Share

13. Aku Suka …

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 21:14:04

Keduanya seperti musuh!

"Oh iya, Kaze, aku bawakan kotak bekal untukmu. Nanti, setelah kamu sampai di sana, kamu langsung makan yah," ucap Nindi dengan nada riang, menyerahkan sebuah kotak bekal untuk adiknya. Sekalian ingin memecah suasana tegang yang tercipta entah karena apa.

Kaze meraih kotak bekal tersebut sambil melirik ke arah Zeeshan yang terlihat menampilkan ekspresi datar.

"Kapan kalian berangkat? tanya Nindi pada adiknya.

Sebenarnya dia datang ke kampus adiknya untuk berpura-pura sebagai pacar palsu Kaze. Ada seorang dosen muda yang menyukai adiknya, tetapi Kaze tak suka pada dosen tersebut. Oleh sebab itu dia meminta Nindi datang ke sini.

Kaze dan team-nya akan melakukan penelitian di sebuah kota, hari ini adalah hari keberangkatan mereka. Meminta kakaknya datang di saat sekarang adalah moment yang pas bagi Kaze untuk memamerkan Nindi sebagai pacar dihadapan dosen gatal tersebut.

Namun, rencana Kaze bisa dikatakan gagal karena Nindi membawa suaminya ke tempat ini.

Rasanya percuma kakaknya berubah dan tampil sangat cantik, karena dia datang dengan membawa pria tampan ke sini. Sial memang!

"Nin, kau pulang saja sana," usir Kaze setelah itu, antara kesal dan dongkol pada kakaknya. Sebenarnya bukan pada kakaknya, tetapi pada pria yang telah menikahi sang kakak.

Dulu, Kaze sangat menyukai pria di sebelah kakaknya ini. Dia bahkan kagum pada prinsip pria itu. Namun, setelah mengetahui sesuatu, Kaze beralih membencinya.

Siapapun yang menyakiti kakaknya, Kaze membencinya! Sayangnya Kaze tidak bisa menghentikan pernikahan keduanya, citra pria ini terlalu bagus di mata orangtuanya.

"Lah, pura-puranya nggak jadi, Sayang?" tanya Nindi lembut, mendekat pada adiknya. Kemudian dia berbisik pelan pada Kaze. Akan tetapi suaranya masih kedengaran sehingga Zeeshan bisa mendengar obrolan keduanya. "Mana dosen centil yang kamu bilang? Yang suka godain kamu?"

"Mau pura-pura apa? Kau saja datang dengannya," jawab Kaze pelan, melirik sinis ke arah Zeeshan yang masih memperlihatkan tampang muka datar.

"Ck. Abaikan saja. Katakan ih, yang mana dosennya?"

Sebelum Kaze menjawab, seseorang yang ingin Nindi ketahui muncul di sana.

"Hai, Kaze," sapa perempuan cantik dengan tubuh padat tersebut, tersenyum manis pada Kaze. Akan tetapi melihat Kaze langsung merangkul perempuan di sebelahnya, dia langsung menampilkan raut muka tak suka.

"Sayang, ini teman kamu yah?" tanya Nindi, bersikap layaknya kekasih adiknya.

Kaze lebih tinggi dari Nindi dan itu membuat mereka terlihat serasi. Yah, jika orang-orang tak menyadari kemiripan di antara mereka. Untungnya Nindi dan adiknya tak terlalu mirip. Punya kemiripan, akan tetapi harus dilihat dengan mata teliti.

"Dosenku, Nin," jawab Kaze, tersenyum manis ke arah kakaknya–bersikap seakan mereka adalah pasangan kekasih yang sedang dimabuk kasmara.

"Ouh, dosen." Nindi ber' oh ria. "Eh, Honey, ada daun jatuh di atas rambut kamu," ucap Nindi tiba-tiba, langsung mengambil daun di atas kepala Kaze. Sedangkan Kaze reflek menunduk dan sedikit membungkuk agar kakaknya bisa mengambil daun di atas kepalanya.

Mereka benar-benar manis sehingga banyak yang memperhatikan. Dosen muda genit tersebut buru-buru beranjak dari sana, kesal dan panas melihat keromantisan Kaze dengan perempuan yang ia duga adalah pacar Kaze.

"Makanya pacaran biar nggak digangguin sama wanita kurang belaian itu!" ketus Nindi setelah mengambil daun tersebut, melempar daun sembarang arah sambil menatap sebal pada adiknya.

Sebenarnya yang membuat Kaze sangat risih pada dosen muda tadi adalah dia sudah punya tunangan akan tetapi tetap mengejar-ngejar Kaze.

"Untung kamu punya kakak yang cantik, awet muda, dan mempesona. Jadi aku bisa menyelamatkanmu dari rayap berondong tadi," lanjut Nindi, memuji diri sendiri meski sejujurnya dia malu karena ada Zeeshan di sini.

Pasti Zeeshan ilfeel. Namun, biarlah pria itu ilfeel supaya hubungan mereka cepat berakhir.

Kaze menatap malas ke arah kakaknya. "Cantik tapi triplek," ucapnya santai, reflek mendapat pukulan cukup kuat di lengannya–pelakunya adalah Nindi.

"Eh, jaga yah ucapanmu?! Kupecat kamu jadi adik baru tahu rasa," galak Nindi, terus menatap kesal pada adiknya. 'Sialan, nggak adik, nggak suami, semuanya suka nyakitin. Emang adik lucknat ini! Mana dia ngomong depan suamiku lagi. Malu banget!' batin Nindi, masih menyiangkan tangan di depan dada.

"Dan hanya orang tidak waras yang suka pada triplek," lanjut Kaze, lagi-lagi mendapat pukulan dari Nindi.

"Kaze monyet!" kesal Nindi, terus memukul adiknya. Sedangkan yang dia pukul malah terkekeh pelan. "Awas saja yah kamu! Argkkk … aku seksi gini dibilang triplek. Mata mu tuh yang kebanyakan mengonsumsi tobrut! Semoga kelak istrimu seperti triplek berjalan!"

"Tidak masalah. Bisa kupermak manual," jawab Kaze, tersenyum manis pada kakaknya.

"Eh, bocah. Ngomong apa tadi?!" Nindi semakin kesal mendengar jawaban adiknya. Lagi-lagi dia kembali memukul Kaze.

Zeeshan yang sejak tadi diam, hanya memperhatikan pertengkaran kakak dan adik tersebut. 'Sibling gila.' batinnya, terus menatap istrinya yang memarahi adiknya.

Sebenarnya Zeeshan punya kakak dan posisinya sama seperti Kaze, sama-sama anak kedua dan punya kakak perempuan. Namun, hubungan Zeeshan dan kakaknya bisa dikatakan tentram, tak gila seperti hubungan Nindi dan Kaze.

****

'Dia tidak kembali ke kantor?' batin Nindi, di mana dia sudah pulang ke rumah–di antar oleh Zeeshan. Adiknya sendiri sudah berangkat ke kota tempat ia akan melakukan penelitian.

Yah, Nindi mengira Zeeshan hanya mengantarnya pulang. Namun, saat dia turun dari mobil, pria ini juga ikut turun. Zeeshan juga ikut masuk ke dalam rumah.

Nindi cukup waspada karena merasa diikuti oleh Zeeshan. Pria ini berjalan tepat di belakangnya, membuat Nindi waspada serta gugup. Ketika Nindi masuk ke kamar, pria ini juga ikut masuk.

Nindi sebenarnya ingin mandi, akan tetapi karena Zeeshan ada di sini dia mengurungkan niat. Dia memilih duduk bersantai di sofa sambil bermain ponsel. Dia sama sekali tak bersuara, berusaha mengabaikan Zeeshan.

"Nin," panggil Zeeshan tiba-tiba.

Nindi mendongak pada pria itu, menatap dan memperhatikan suaminya yang sedang melepas tuxedo. Saat pria itu melepas jam tangan, Nindi cukup deg deg kan.

Itu jam tangan yang Nindi tukar dengan arloji Zeeshan yang sebelumnya ia rusak.

"Ada apa, Mas?" tanya Nindi.

"Kau tidak perlu memikirkan perkataan Kaze tadi," ucap Zeeshan tiba-tiba. Nadanya datar dan ekspresinya tak kalah datar dari nada bicaranya.

Hal tersebut membuat Nindi bingung dan merasa sangat aneh. Dia ingin mencoba memahami ucapan suaminya akan tetapi melihat ekspresi Zeeshan yang datar, dia sulit memahaminya. Apa maksudnya? Perkataan Kaze?

"Aku suka dadamu. Ukurannya pas di tanganku," lanjut Zeeshan dengan begitu lempeng.

Namun, percayalah! Efeknya sangat dahsyat bagi Nindi. Mata perempuan itu reflek melebar dan mulutnya terbuka lebar. Tak lama semburan merah muncul di pipinya, sangat malu mendengar penuturan Zeeshan.

Sedangkan pria dingin bak es balok itu, dengan santai masuk ke dalam kamar mandi.

"Gila! Nggak kusangka Mas Zeeshan bakalan ngomong begitu. O-orang sedingin dia bahas masalah … aswsjswksjsksjw!" ucap Nindi pelan, pipi semakin panas karena masih syok mendengar ucapan Zeeshan tadi.

***

"Apa ada menu yang terlewatkan?" tanya Nindi pada maid, di mana dia sedang menyiapkan makan malam untuk Zeeshan.

Kali ini dia sudah koreksi rasa dan dia pastikan jika rasa masakannya tak keasinan. Ah yah, sebelum Zeeshan kembali ke kantor, pria itu meminta agar Nindi menyiapkan makan malam untuknya. Menunya-- pria itu yang menentukan.

Sekarang Zeeshan sudah pulang dan sudah waktunya makan malam. Jadi Nindi menyiapkan makan malam untuk suaminya. Tak bisa dipungkiri, Nindi sangat antusias karena meskipun sebelumnya Zeeshan mendapat makanan asin dari Nindi, tetapi pria itu tetap ingin mencoba masakan Nindi. Itu membuat Nindi merasa tersentuh.

"Sudah, Nyonya," jawab maid.

"Hu'um. Tolong panggilkan Tuan untuk makan malam, Bu," ucap Nindi kemudian pada maid, mendapat anggukkan dari maid tersebut.

Maid tersebut pergi memanggil Zeeshan, dan tak lama Zeeshan datang dengan kepercayaannya dan wanita kemarin.

Ah, Nindi sudah tahu siapa perempuan itu. Namanya Alice Saquina, sekretaris sekaligus kepercayaan Zeeshan. Yah, Zeeshan punya dua kepercayaan. Pertama Oliver Leonardo, pria yang lebih tua 3 tahun dari suaminya dan sangat setia pada Zeeshan. Dan yang kedua, Alice, kepercayaan Zeeshan.

Alice lebih sering bekerja di Paris. Namun, jika Zeeshan membutuhkannya di negara ini, maka Alice akan ikut ke negara ini. Sedangkan Oliver, kemanapun Zeeshan pergi, Oliver akan selalu ikut.

Zeeshan menatap Nindi sejenak lalu beralih memperhatikan menu makanan di atas meja makan. Dia diam sesaat, memandangi masakan istrinya dengan cermat dan cukup lama. Dari pancaran matanya, tersirat sesuatu. Namun, tak ada yang bisa memahinya.

Zeeshan tiba-tiba menarik kursi yang biasa Nindi tempati. Hal tersebut membuat Nindi mengerutkan kening, bingung sekaligus heran.

'Apa Mas Zeeshan mau pindah tempat duduk yah?' batin Nindi.

"Duduklah," ucap pria itu tiba-tiba, menatap Nindi intens dan mempersilakan perempuan itu untuk duduk.

Nindi mengerjap beberapa kali, beberapa detik membeku karena tak menduga jika Zeeshan menarik kursi untuk dirinya. Dia pikir pria ini ingin pindah tempat duduk. Ternyata … pria ini menarik kursi untuknya.

Dengan kaku dan cukup tegang, Nindi duduk di kursi yang Zeeshan persilakan. Sedangkan pria itu, duduk di tempat biasa ia duduk.

Nindi ingin berterima kasih pada Zeeshan, akan tetapi seseorang lebih dulu berterima kasih pada suaminya tersebut.

"Terima kasih, Tuan Zeeshan. Makanan yang ada di meja ini-- semuanya makanan favoritku di negara ini. Anda sangat perhatian. Sekali lagi terima kasih, Tuan."

CacaCici

Semoga suka dengan bab hari ini, MyRe. Besok kita lanjut lagi yah ... Maaf, untuk sekarang kita slow update dulu yah. (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠) Terus dukung novel kita dengan cara vote gems, hadiah, dan ULASAN MANIS DI KOLOM KOMENTAR. Papai ... IG;@deasta18

| 24
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (14)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Huhuhu ... berarti Kakak samaan sama Nindi, soalnya Nindi juga nggak suka sama sekretaris Cacan. ಥ⁠‿⁠ಥ(⁠〒⁠﹏⁠〒⁠)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Huaaa ... Zeeshan mana paham begituan, Kak.ಥ⁠‿⁠ಥ(⁠〒⁠﹏⁠〒⁠)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Huhuhu ... nunggu kunci bab yah, Kakku sayang. (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Membuatmu Menjadi Milikku    16. Mulut Bon Cabe

    'Mas Zeeshan tak mengganti parfum?' batinnya, termenung karena mencium aroma yang membuatnya bernostalgia. Zeeshan mencengkeram pergelangan tangan Nindi lalu menarik perempuan itu supaya beranjak dari sana. "Lepaskan!" pekik Nindi, memaksa tangannya lepas dari cengkeraman Zeeshan–setelah mereka berada di luar toko, "ck, lepaskan cengkeramanmu! Pergelangan ku sakit," cicit Nindi masih berusaha melepas cengkeraman tangan suaminya dari pergelangannya. Zeeshan melepas pergelangan tangan Nindi, setelah itu melayangkan tatapan tajam yang terasa membunuh dan menyeramkan. "Siapa yang mengizinkanmu keluar, Hum?""Aku tidak butuh izin siapapun," ucap Nindi dengan nada datar, bergegas pergi dari sana akan tetapi Zeeshan menariknya–memaksa Nindi agar ikut dengannya. Zeeshan membuka pintu mobil lalu memaksa Nindi untuk masuk ke dalam. Setelah itu, dia juga masuk ke dalam mobil–menyalakan mobil lalu melaju dari sana. "Kau perempuan yang bersuami, Nindi!" peringat Zeeshan tiba-tiba, "hidupmu ta

  • Membuatmu Menjadi Milikku    15. Aromamu Yang Kurindu

    "Tapi karena kau istriku, kau boleh tetap di sini," seru Zeeshan tiba-tiba, "dengan syarat, lepas pakaianmu dan bergabung denganku." Mendengar ucapan terakhir Zeeshan, mata Nindi seketika melebar dan ekspresinya kaget bercampur shock. Dia melepas sandal berbulu yang dia kenakan lalu berbalik badan, di mana dia langsung melempar sandal tersebut ke arah Zeeshan yang masih berada di dalam kolam renang. Pyuung' Namun Zeeshan menghindar dengan cepat sehingga sandal Nindi tersebut berakhir terlempar ke seberang kolam. "Genit! Mesum!" ucap Nindi dengan nada setengah marah. "Humm?" Zeeshan menaikkan sebelah alis, "atas dasar apa kau menilaiku mesum?" "Masih nanya!" Nindi berkacak pinggang, "kamu--" "Mas," tegur Zeeshan cepat. "Yah itu, Mas menyuruhku melepas pakaian. Tujuannya apa coba? I-ingin menggrepe-grepe tubuhku yah," ucap Nindi dengan nada menggebu-gebu. Zeeshan berdecih pelan, lagi-lagi menaikkan sebelah alis sambil menatap intens ke arah istrinya. "Perempuan

  • Membuatmu Menjadi Milikku    14. Ruangan Terlarang

    "Anda sangat perhatian. Sekali lagi terima kasih, Tuan," ucap Alice, sekretaris Zeeshan yang ikut makan malam bersama. Nindi menatap sejenak pada perempuan itu, dalam hati dia meringis dan kecewa. Sungguh Zeeshan menyuruhnya memasak semua menu di sini hanya untuk menyenangkan sekretarisnya? 'Cinta ditolak memanglah menyakitkan. Tapi mantan Crush menyuruh masak untuk wanita lain, ternyata itu jauh lebih menyakitkan. Bon Cabe monyet!' batin Nindi, berupaya tetap tenang walau hatinya sakit dan ngilu. "Seingatku semua makanan di atas meja ini, tak pernah dimasak oleh chef di rumah ini," ucap Zeeshan dengan datar, menoleh pelan ke arah sekretarisnya, "jadi kau mencoba ini di mana sehingga semua makanan ini bisa menjadi makanan favoritmu?" "Ah yah, Tuan benar." Oliver membernarkan ucapan Zeeshan, "setiap kali kau ke negara ini, kau tinggal di sini dan otomatis hanya makan di rumah ini. Dan … kenapa semua makanan ini menjadi makanan favorit, Alice, sedangkan chef di sini saja tak pern

  • Membuatmu Menjadi Milikku    13. Aku Suka …

    Keduanya seperti musuh! "Oh iya, Kaze, aku bawakan kotak bekal untukmu. Nanti, setelah kamu sampai di sana, kamu langsung makan yah," ucap Nindi dengan nada riang, menyerahkan sebuah kotak bekal untuk adiknya. Sekalian ingin memecah suasana tegang yang tercipta entah karena apa. Kaze meraih kotak bekal tersebut sambil melirik ke arah Zeeshan yang terlihat menampilkan ekspresi datar. "Kapan kalian berangkat? tanya Nindi pada adiknya. Sebenarnya dia datang ke kampus adiknya untuk berpura-pura sebagai pacar palsu Kaze. Ada seorang dosen muda yang menyukai adiknya, tetapi Kaze tak suka pada dosen tersebut. Oleh sebab itu dia meminta Nindi datang ke sini. Kaze dan team-nya akan melakukan penelitian di sebuah kota, hari ini adalah hari keberangkatan mereka. Meminta kakaknya datang di saat sekarang adalah moment yang pas bagi Kaze untuk memamerkan Nindi sebagai pacar dihadapan dosen gatal tersebut. Namun, rencana Kaze bisa dikatakan gagal karena Nindi membawa suaminya ke tempa

  • Membuatmu Menjadi Milikku    12. Musuh Bertemu

    "Demi pria lain. Selingkuhanmu?" Nindi menatap handphonenya yang dilempar oleh Zeeshan. Rasa kesal dan marah seketika memenuhi dirinya. Nindi bangkit dari sofa lalu berdiri, menatap menantang ke arah Zeeshan. "Mau demi selingkuhanku atau bukan, itu bukan urusanmu!" ketus Nindi, segera beranjak dari sana dengan menyenggol lengan Zeeshan. Dia menghampiri handphone miliknya yang Zeeshan lempar lalu mengambilnya. Saat Nindi berdiri–sebelumnya berjongkok untuk mengambil handphonenya, tiba-tiba saja Zeeshan sudah berada di belakangnya. "Jadi benar jika kau berselingkuh?" ucap Zeeshan dengan nada marah yang tertahan. "Bukan urusanmu," jawab Nindi ketus, menatap Zeeshan dengan alis menekuk. Rahang Zeeshan seketika mengatup, menatap Nindi dengan marah. Dia mencengkeram Nindi kemudian menarik perempuan itu secara kasar ke atas ranjang. Bug' Dengan amarah yang menyelimuti diri, Zeeshan mendorong kasar Nindi ke atas ranjang–membuat Nindi terhempas kuat, berakhir berbaring di tengah.

  • Membuatmu Menjadi Milikku    11. Kau Berselingkuh?

    'Kalau bukan karena kau mengandung anakku, aku tidak akan menikahimu. Aku tidak peduli pada penampilanmu.' Tiba-tiba saja ucapan Zeeshan waktu itu, kembali mengiang dalam kepala Nindi. Jika Nindi pikir lagi, Zeeshan sebenarnya tak peduli pada penampilannya dulu. Namun, karena mereka menikah, Zeeshan ingin Nindi merubah penampilan. Pria itu menyuruhnya berpenampilan lebih rapi, bukan karena Zeeshan suka padanya. Namun, karena pria itu ingin menjaga nama baik dan reputasi. Harusnya Nindi memahami itu dan tak berharap apapun. Nindi menghela napas lalu segera masuk ke dalam rumah. Melihat Zeeshan ada di ruang tengah, sedang duduk di sofa sambil berbincang dengan tangan kanan serta perempuan tadi, Nindi memilih beranjak dari sana. Untuk apa Nindi ke sana dan bergabung?! Toh, Zeeshan melewatinya begitu saja, tak mengatakan apapun dan langsung masuk ke dalam rumah ini bersama perempuan tadi. Namun meski begitu, Nindi menyuruh maid untuk membuatkan minuman pada Zeeshan dan tangan ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status