Selamat membaca, MyRe. Semoga suka ... Dukung terus novel kita dengan cara vote gems, hadiah dan ulasan manis. Papai ... IG;@deasta18
"Nah, itu kurangnya. Dia tidak mau menikah denganku," jawab Sza sambil cengar cengir. Victor langsung menepuk jidat. "Lalu kenapa kamu mengatakan kalau dia calon suamimu?" "Kan aku sudah bilang, Pak, orang tuanya yang pengen banget aku menikah dengan dia. Pokoknya orang tuanya apalagi daddy-nya, mengharuskanku supaya menikah dengannya, sembilan hari lagi. Tapi sepertinya itu tak akan terjadi, soalnya dia membenciku." Victor mengerutkan kening. "Kenapa dia membencimu, Sza? Kamu se menggemaskan ini, bisa-bisanya dia membencimu." "Hehehe … soalnya aku suka genit ke dia. Muhehehe …," jawab Sza sambil cengengesan malu-malu. "Tampan sih, Pak, sayang kalau tidak digeniti." Victor kembali menepuk jidat lalu geleng-geleng kepala karna mendengar jawaban Sza. Namun, tiba-tiba dia menaikkan sebelah alis. Senyum tipis muncul di bibirnya. "Se tampan apa pria ini, Sza, sampai seorang Sza yang judes ke lawan jenis bisa berubah menjadi perempuan genit?" "Tampan pokoknya, Pak. Dari angka 100, a
'Katakan di mana Xenon? Dan suruh Xenon secepatnya menemuiku!' Ando berdecak pelan, wajahnya terlihat kesal dan muram. Saat ini dia sedang berbicara dengan Lora, lewat sambungan telepon. "Tuan Xenon tak ada di sini, Tuan pergi untuk menemuimu," jawab Ando. 'Tapi Xenon juga tidak di sini! Kau berbohong, Hah? Cepat suruh Xenon ke sini, atau aku akan marah padanya!' kesal Lora di seberang sana. "Tuan memang pergi menemuimu. Mungkin belum sampai karena dia tak menggunakan mobil pribadi, mungkin naik taksi lalu terjebak macet di jalan," ketus Ando tanpa sadar, terlalu kesal pada Lora. 'Lima menit Xenon tidak datang, kau akan tahu akibatnya, Ando. Aku … akan meminta Xenon memecatmu!' ancam Lora, setelah itu mematikan sambungan telepon secara sepihak. Ando menghela napas kemudian lagi-lagi berdecak. Namun, mendadak raut cemas muncul di wajah, takut pada ancaman Lora. "Kau kenapa, Dude?" tanya Arsenio, di mana saat ini mereka berada di ruang kerja Xenon–rumah mewah orang tua sang t
"Waktuku tinggal sembilan hari lagi untuk meyakinkan Tuan Xenon menikah denganku," gumam Sza, di mana saat ini dia sedang ada di kampus–menunggu sang dosen pembimbing datang. Dosen pembimbingan telah berganti dan ini kali pertama dia akan bimbingan dengan dosen pembimbingnya. Meski Aluna menyarankan Sza agar bimbingan dengan Rico, Sza tak mengambil. Dia takut dipersulit karena orang-orang bilang, Rico suka mempersulit mahasiswa yang bimbingan dengannya. "Tuan Zeeshan memang bilang kalau aku tetap akan menikah dengan Tuan Xenon, tapi bagaimana jika Tuan Xenon marah gara-gara terpaksa menikah denganku lalu seumur hidupku akan disiksa olehnya?" monolog Sza, duduk di lantai koridor kampus karena sedang menunggu kepastian dari sang dosen pembimbing. Bukan hanya Sza yang duduk di lantai, banyak mahasiswa akhir duduk di lantai karena tak kebagian duduk di kursi tunggu yang telah di sediakan di depan ruangan. Rata-rata mereka mahasiswa akhir yang menunggu dosen pembimbing. Di sisi lain,
"Kau tetap menikah dengan Xenon," jawab Zeeshan enteng. Hal itu membuat Sza membelalak horor. Hei, lalu apa bedanya dia bisa dan tidak bisa membuat Xenon jatuh cinta? Nindi mendongak pada suaminya, ingin protes tetapi mengingat ini demi kebaikan nusa dan bangsa, dia memilih tak protes. Di sisi lain, Xenon diam-diam senyum tipis. Dia bangkit dari sofa kemudian keluar dari sana. "Hei, X, kamu mau kemana?" seru Nindi ketika melihat Xenon keluar, "tetap di sini dan jaga calon istri kamu.""Sudah ada Mommy," jawab Xenon tanpa menoleh, bergegas keluar dari kamar tersebut. "Ck, lihat anak kamu?! Makin hari makin seperti es. Itu gara-gara kamu, Mas!" ucap Nindi, mengomeli suaminya. "Tunggu, Sweetheart. Setidaknya anak itu tidak membantah kalau Sza adalah calon istrinya. Itu kemajuan, Poni," ucap Zeeshan saat Nindi berjinjit untuk menjewer telinganya. "Ouh, benar juga, Mas. Berarti … hehehehe." Nindi tertawa geli, menepuk pelan lengan suaminya. Sza hanya duduk diam dengan ekspresi kaku
"Anak kecil sepertimu tak seharusnya membahas pernikahan." Mendengar suara bariton, berat, dan seksi tersebut Sza reflek mendongak pada pemiliknya–sosok yang menggendong tubuhnya saat ini. Dug' Xenon membaringkan Sza di ranjang, akan tetapi perempuan itu malah buru-buru untuk mengambil posisi duduk. "Terlebih menikahi dosenmu," lanjut Xenon datar, melirik ke arah Sza yang mendongak padanya dan menatapnya dengan raut muka kaget. Mata bulat perempuan ini … indah! 'Jadi Om ganteng ini dengar ucapanku dan Aluna yah? Dia pasti ilfeel. Ah, tapi yasudah. Mau ilfeel yah ilfeel saja, toh aku nggak berniat ngincar dia.' batin Sza, menaikkan tangan untuk menggaruk pipi. "Maaf deh, Paman. Tapi itu cuma candaan kok," ucap Sza pada akhirnya. Tiba-tiba saja Xenon membungkuk dan mencondongkan tubuh ke arah Sza, membuat perempuan itu reflek memundurkan kepala dan tubuh–menatap Xenon dengan mata bulat karena kaget. "Jangan menggaruk pipi, itu bisa membuat pipimu terluka dan terkontaminasi
"Tangkap teman Nona Sza dan lenyapkan dia. Perempuan itu bisa menjadi saksi untuk Nona Sza. Posisi ku dalam bahaya bila dia tetap hidup," titah Tony pada anak buahnya. Anak buahnya langsung patuh, segera mendekat ke arah kerumunan. Sedangkan Tony, dia memilih memantau. Sebelumnya, Tony selalu bermain rapih dengan berpura-pura menjadi orang baik di depan Sza. Namun, karena rencana mereka tadi malam gagal, dia tak ingin pura-pura baik lagi. Dia terang-terangan memperlihatkan wajah aslinya. Nasib sial! Sza malah kecalakan dan itu akan berakibat fatal. Kuasa hukum Sza bisa curiga pada mereka semua. "Szaaaa …." Aluna terus menangis. Akan tetapi tiba-tiba seseorang mendekat padanya lalu meletakkan pisau di perutnya. "Diam dan ikut dengan kami. Jika tidak, kau bisa mati!" ancam orang itu sambil berbisik pada Aluna. Aluna seketika berhenti menangis, tubuhnya mendadak kaku dan wajahnya seketika pucat pasi. Tak ada yang menyadari karena semua orang fokus pada Sza. Di sisi lain, se