Semoga suka dan selamat membaca, MyRe. Terus dukung novel kita dengan cara vote gems, hadiah dan ulasan manis. Oh iya, siapa nih yang kejang-kejang sama keuwuan Mas Bon Cabe? Hihihi … Jantungnya tetap aman kan, MyRe? Sehat selalu untuk kalian semua. Lanjutannya besok lagi yah. Papai ... IG:@deasta18
"Cih." Harvey berdecih geli membaca surat dari istrinya. Harvey kemudian menoleh ke arah istrinya, senyum tipis karena lucu dengan surat tersebut. "Baiklah." Harvey berkata rendah, "aku akan tidur di sofa agar mengantisipasi sentuhan tanpa rencana, Darling." 'Hah? Mas ingin tidur di sofa?' Raela yang tidur sambil membelakangi Harvey, seketika membuka mata. 'Ck, nggak apa-apa. Terpenting aku bebas malam ini. Lagipula bukan aku yang menyuruh Mas tidur di sofa, jadi aku tidak akan berubah menjadi ikan Pari, akibat durhaka pada suami.' "Tapi kau berani tidur sendiri di kasur?" lanjut Harvey, seketika Raela membalik badan dan menatapnya. "Kebetulan ini malan jum'at. Tragedi pembuangan mayat di pulau ini, terjadi pada malam jum'at." Gluk' Raela meneguk saliva secara kasar kemudian menatap ranjang yang luas, lalu dia beralih menatap sofa yang entah kenapa terasa sangat jauh dari ranjang. Jika Harvey tidur di sofa kemudian pada hantu datang, bagaimana nasib Raela?! "Tidur di sini
"Kalau kamu penjual donat--" Cyra menggantung kalimat, mengamati Raela dari atas hingga bawah. Hal itu membuat Raela makin panik, takut dikatain dan dihina oleh kakak ipar suaminya ini. "Kamu bisa bikin donat dong," lanjut Cyra, menatap lekat dan secara teliti pada Raela. Sesekali mengendus Raela karena perempuan ini beraroma manis yang pekat. Aroma coklat. 'Pantas saja Harvey kegagalan sama Adek ini. Aromanya coklat, siapa yang nggak lapar coba.' batin Cyra. "Parfummu coklat yah?" tanya Cyra kemudian. "Iya, Kak." Raela menganggukkan kepala pelan. "Iya apa ini? Parfum aroma coklat atau bisa bikin donat?" "Dua-duanya," jawab Raela kikuk. Sebenarnya dulu parfum Raela beraroma buah-buahan segar, akan tetapi setelah menikah, Harvey mengganti parfum Raela dengan parfum beraroma coklat yang kuat. Harvey mengatakan supaya sama dengan aroma asli tubuh Raela. Entahlah, Raela merasa suaminya gila dan lebih baik dia patuh daripada banyak protes kemudian dimarahi oleh Harvey. Sampai
Tampanan suamiku. Titik! Jangan lihat ah,' batin Raela, langsung menjauhkan pandangannya dari sepupu Sheena yang bernama Kendrick. Soalnya pria itu saingan ketampanan suaminya. Sejujurnya semua pria di dalam sana tampan semua. Namun, yang vibes ketampanannya sama dengan suaminya, yah pria bersama Kendrick ini. "Nah, kalau yang duduk di lantai, sambil meluk istrinya, yang memakai kaos putih dan celana pendek, itu namanya Kak Edward De' Arson. Istrinya Kak Sanaya Cazie Axelion. Anak mereka satu dan namanya Mark Hendrick De Arson, juga dua tahun lebih muda dari kita. Kak Sanaya ini putrinya Aunty Zira Dominick Azam dan Uncle Kaesar Axelion." "Wah." Raela kembali terpukau karena anak dari sepupu sahabatnya ini bisa dikatakan seumuran dengan mereka. Ya, Tuhan! "Muehehe … jangan heran. Soalnya Granddad anak bungsu di keluarga Azam dan jarak usia Granddad dengan saudaranya itu jauh, sekitar dua belas tahun atau tiga belas tahun kalau nggak salah. Jadi keturunan Granddad Zayyan, masih u
"Loh, kamu kok sendirian di sini, La?" tanya Sheena, di mana dia menemukan Raela sedang duduk di teras samping yang menghadap hutan, sedangkan sepupunya yang lain ada di dalam. "Ingin ngadem," jawab Raela, cengar cengir karena tak enak pada Sheena. Sheena menarik kursi kemudian duduk di sebelah Raela. Sejujurnya dia habis kabur dari kamar, dia malas menghadapi kegilaan Axel yang sangat mengejutkannya. Setiap kali Axel bersikap padanya, Sheena langsung berkata dalam hati, 'Perasaan Kak Axel tak seperti ini deh padaku. Perasaan dia lembut, sopan dan tak ada aura pria mesumnya.' Itu saking cemasnya dia pada Axel mode suami, sebab saat pria itu menjadi sosok kakak untuknya, Axel memperlakukannya sangat manis dan tanpa adanya tatapan jahanam pria. Sekarang, jika berdua dia harus duduk di pangkuan Axel, jika gaunnya tersingkap sedikit pria itu langsung menariknya ke atas ranjang. Bahkan mandi pun harus dengan Axel. "Kak Harvey mana? Kenapa dia membiarkanmu sendirian di sini?" t
"Eih, Sayang. Jangan ke sini," ucap Nindi, buru-buru menghadang Raela untuk datang ke halaman belakang. "Kenapa, Mommy?" tanya Raela, penasaran ada apa di halaman belakang. "Itu ada …-" Ucapan Nindi berhenti saat melihat suaminya datang. Fokusnya teralihkan, di mana dia langsung menghampiri sang suaminya. Raela memanfaatkan itu untuk ke luar ke halaman belakang. Dia buru-buru ke sana dan ketika tiba di sana, halaman belakang sudah ramai oleh bodyguard serta anggota keluarga Azam maupun De'felix. Tiba-tiba saja empat bodyguard lewat sambil menggotong sesuatu. Mayat Aubria! Deg'deg' deg' Raela langsung mematung, menatap mayat tersebut dengan wajah pucat dan tegang. "Ya Tuhan, tutup mata kamu, Sayang." Nindi kembali menghampiri Raela lalu menutup mata menantunya tersebut. Sheena sendiri terlihat biasa saja, sebab ini bukan hal yang mengerikan baginya. Sebagai putri Zeeshan, hal ini hal biasa. Daddynya pernah membawanya ke sebuah markas yng isinya penjara. Mungkin
"Besok aku ingin punya kamar sendiri," ucap Sheena pada Axel, di mana saat ini dia berada di kamar Axel. Pesta sudah selesai dan saatnya mereka beristirahat. Sheena sudah berganti pakaian, mengenakan piyama lengan panjang dan celana. Dia sangaja karena cukup was-was jika harus mengenakan dress tidur. Saat dia mengenakan dress tidur, Axel menyentuhnya. Sheena tak ingin hal itu terulang lagi. "Maksudmu kau ingin tidur terpisah dari suamimu, Amore?" tanya Axel, menatap Sheena yang sedang sibuk menyusun bantal di bagian tengah ranjang. "Ya." Sheena menjawab santai, lanjut meletakan banyak bantal di tengah ranjang. Itu akan menjadi pemisah antara dia dan Axel. Tiba-tiba saja dengan marah Axel naik ke atas ranjang, membuat Sheena menatap waspada pada pria tampan dan hot tersebut. Axel meraih bantal yang Sheena susun di tengah lalu melemparnya secara kasar ke sembarang arah. "Kak Axel!" pekik Sheena. "Kak?" ulang Axel penuh peringatan, menarik Sheena cukup kasar sehingga per