Share

Kamu Tetap Kekasihku

Ariani hanya diam. Dia tak menanggapi apa yang dikatakan 'mantan' kekasihnya itu. Rasanya seluruh tubuhnya membeku. Lidahnya kelu.

Aji tetap memeluk Ariani. Dirinya masih sangat berharap bahwa kekasih yang sangat dia cintai itu dapat mengerti dengan keadaan yang tengah terjadi saat ini.

Perlahan, dia balikkan tubuh Ariani yang masih mematung. Dia tempelkan dagunya pada dagu sang kekasih.

Tak ada kata yang terucap dari keduanya. Hanya pelampiasan rasa sakit yang coba keduanya keluarkan.

"Aku sayang kamu selalu, Rin," ucap Aji sambil menundukkan wajahnya. Matanya melihat ke arah ubin kayu jati seolah takut menatap Ariani. Kaca mata minusnya sudah mulai berembun.

"Kamu sayang aku? Tapi mengapa menikah dengan orang lain di hari yang sudah kita janjikan bersama? Mengapa demikian?" tanya Ariani sendu.

Aji tak menjawab. Otaknya sudah seperti konslet saja dengan apa yang sudah terjadi. Kejadian yang berlangsung sangat cepat. Sehingga ia tak sampai untuk mencerna semuanya dengan baik.

Dinaikkannya lagi letak kaca matanya. Dadanya seolah terasa sesak saja. Tak ada yang dapat dilakukan lagi, selain berusaha membuat Ariani mengerti akan semua yang sudah terjadi kepada mereka berdua. Aji menatap Ariani dalam diam.

"Co--coba kamu jelaskan apa maksud dari semua ini?" Ariani bertanya dengan perlahan.

Ia tak mau mengintimidasi Aji dengan kemarahan. Semuanya pasti tak akan menemukan titik temu yang baik.

Aji tak menjawab. Ia hanya menghembuskan napas beratnya satu-satu. Dadanya terasa sesak. Hingga ia tak mampu untuk berkata-kata.

Kedua mata sipitnya pun semakin menyipit. Aji tak tahu harus mulai bercerita dari urutan yang mana pada Ariani.

"Kamu harusnya jujur saja padaku. Aku tak masalah kok kalau kamu tidak mau menikah denganku. Tapi jangan membatalkannya sepihak di hari H seperti ini. Jujur aku malu sekali." Ariani berkata dengan tulus.

Membuat air mata Aji berada di ujung pelupuk matanya. Ariani sudah dia kecewakan. Tapi dia tak mampu mengatakan hal apapun untuk menjelaskannya. Kondisi yang dihadapinya cukup menyulitkan. Terlebih semuanya terjadi begitu cepat.

"Aku tidak keberatan kok jika kamu menikah dengan wanita lain. Tapi setidaknya bilanglah padaku dulu. Biar aku bersiap-siap untuk pergi darimu, Ji," tambah Ariani lagi.

Senyum tipis yang menyayat hati dia tampakkan pada Aji. Ariani berusaha untuk tetap tenang.

Bohong apabila dia tak kecewa. Bohong apabila dia tak marah. Kekasihnya sudah berikrar janji suci dengan perempuan lain.

"Aku tak bermaksud, Sayang. Semuanya hanyalah sebuah kecelakaan. Aku bersumpah pada Tuhan bahwa hanya kamu yang aku sayangi selamanya," ucap Aji lirih.

"Aku ikhlas jika kamu bersamanya. Berarti hari ini kita sudah bukan siapa-siapa lagi,"

"Tidak--" Aji berkata dengan suara setengah tinggi. Dia tak mau kehilangan kekasihnya itu.

Ariani tersenyum. Dia melepaskan genggaman tangan Aji yang seolah mengikatnya sejak tadi.

Bagaimanapun semuanya sudah terlanjur terjadi. Tak ada yang dapat dilakukan selain menerimanya.

"Kamu, hari ini, besok, dan hari-hari selanjutnya tetap kekasihku, Rin," ucap Aji tegas. Dia seolah tak mau ditolak.

"Kamu jangan begitu, Ji. Kamu kan sudah menikah dengan gadis selain aku. Sebaiknya kita berteman saja mulai sekarang," ucap Ariani dengan tulus.

Ariani pun berusaha untuk melepaskan tangan Aji dengan perlahan. Dia berusaha untuk menerima semua yang sudah terjadi.

Aji bukan lagi untuknya.

Dia sudah memiliki istri sekarang. Tak sepantasnya dia berada di dekat Aji lagi. Meskipun sosoknya akan selalu berada di hatinya.

Cinta hanyalah semu. Dulu dia sangat mencintainya. Namun, dia harus merelakannya pergi sekarang. Cintanya tetap untuk seorang yang sama.

Aji tak terima dengan ucapan Ariani. Dia menarik kasar tangan Ariani. Hingga tubuh sang empu menghantam tubuh atletisnya.

Aji memeluk erat Ariani. Seolah dia tak mau kehilangan kekasihnya itu.

Ariani berusaha untuk melepaskan diri. Tak seharusnya dia mempertahankan apa yang bukan menjadi miliknya lagi. Aji sudah sah menjadi suami orang. Dia tak pantas untuk bertahan.

"Jangan lepaskan, Rin! Aku tahu kamu juga memiliki rasa yang sama denganku. Diamlah dan nikmatilah saja semuanya," perintah Aji.

Dibenamkannya dagunya di pundak Ariani. Ia ingin menciumi parfum sang kekasih yang memabukkan itu. Tak ingin sebentar saja Ariani berpaling dari sisinya.

"Ji, aku senang sudah menjadi bagian dalam hidupmu selama hampir dua tahun ini. Aku seperti menjadi ratu di hidupmu," kata Ariani sambil mengusap ujung rambut Aji.

Aji mengangguk. "Kau akan selalu menjadi ratu di hidupku. Kau ratuku selalu," ujar Aji sambil tersenyum le arah Ariani.

Mereka berdua pun menikmati kesendirian di ruang kosong ini. Mencoba untuk berdamai dengan keadaan.

Tak ada yang dapat dilanjutkan lagi. Namun, keduanya tetap berusaha untuk menyatukan kepingan-kepingan yang hancur. Kepingan kisah romansa keduanya.

"Bagaimana kalau kita tetap berhubungan?" tanya Aji. Sebuah ide gila tetiba terlintas di kepalanya.

Ariani tergelak. Dia kaget mengetahui apa yang baru saja diucapkan Aji padanya. Apa maksudnya?

"Apa maksudmu?" tanya Ariani. Dia masih mencerna setiap ucapan yang baru saja mampir di kedua telinganya. Aji berkata tanpa disaring.

"Kamu bisa tetap menjadi kekasihku, Rin. Hubungan kita tetap seperti dulu. Jika ada kesempatan aku akan menceraikannya," ucap Aji sambil mengukir senyum.

Ariani mendelik ke arah Aji. Tak disangkanya pikiran Aji begitu pendek mengenai sebuah hubungan dalam rumah tangga. Seenak jidatnya saja asal berkata demikian. Setelah asal menikah dengan perempuan lain.

"Kamu gila. Kamu sudah menikah dengannya dan kemudian asal akan bercerai." tandas Ariani tanpa pikir panjang.

"Aku... Aku tak pernah mencintainya. Aku tak pernah mengenalnya. Tiba-tiba saja penghulu mengucap namanya saat mengikrarkan janji suci itu. Dan aku tak dapat mengubah semuanya karean sudah ditulis di surat-suratnya." Aji menjelaskan dengan panjang kali lebar. Penuh semangat di hadapan Ariani.

Tak mau untuk kehilangan Ariani.

Ariani tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Aji. Dia sampai menganga dengan penjelasan dari 'mantan' kekasihnya itu.

"Apa yang kamu katakan benar, Ji?" Ariani bertanya.

"Aku tak pernah bohong. Apalagi untuk hal sepenting ini," ujar Aji.

Ariani terdiam. Mencoba mencerna setiap ucapan dari Aji. Menimbang mengenai kebenaran dari ucapan sang empunya.

"Bagaimana, Rin? Apa kamu masih mau menjadi kekasihku?" tanya Aji lagi. Kali ini pertanyaannya dibuat dengan mantap.

Ariani tak menjawab. Dia hanya menatap Aji dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Sulit untuk menjawab pertanyaan dari Aji.

Sebab hatinya juga tetiba menjadi bimbang.

Ariani pun hanya menatap dengan dua manik hazelnutnya penuh arti. Hanya Aji yang dapat mengetahui jawabannya. Dan semesta yang ikut hadir pada kisah romansa keduanya. Sebab seolah semuanya sudah terdapat jawabannya.

Bersambung...

Hai~

Sambil ngedengerin lagu galau dan baca ni cerita keknya asik. Aku juga ngelakuin hal itu kok. Have fun, guys...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status