POV Sang CEO Liar
Javier Summers duduk di mejanya dan masuk ke komputernya. Awalnya, pria itu hanya memeriksa emailnya dan memastikan bahwa dia tidak melewatkan berita penting apa pun sebelum membuka file yang diberikan Ella kepadanya. Dia sedang setengah jalan membaca dokumen itu ketika sebuah pertanyaan aneh muncul di benaknya.
‘Apakah Ella akan datang dengan kekasihnya?’
Ella tidak pernah berbicara tentang kehidupan pribadinya dan Javier tidak dapat menyangkal bahwa saat ini dia mulai merasa penasaran. Kebanyakan wanita akan terbuka dengannya tetapi hal itu tidak pernah terjadi dengan Ella. Tapi setelah dipikir kembali, kebanyakan wanita dengan mudahnya jatuh ke dalam pesonanya kecuali gadis itu. Itu adalah satu hal yang sedikit membuat pria itu merasa frustrasi. Terkadang hal itu juga yang membuat Javier bertanya-tanya apakah Javier yang mulai kehilangan pesonanya atau Ella hanya tertarik pada jenis kelamin yang sama?
Satu hal yang pasti, Ella adalah gadis yang serius, tegang, dan tidak pernah kehilangan akal sehatnya. Bahkan pesona Javier yang sempurna pun gagal menaklukkan gadis itu. Hal ini telah menjadikan Ella sekretaris yang sempurna dalam industri ini, di mana artis atau aktris terlalu temperamental dan dramatis namun Ella dapat berunding dan bernalar dengan mereka. Dan lagi, hal ini bagus untuk persentase karyawan lama yang tetap bertahan di perusahaannya. Allah tahu Javier harus memecat setidaknya selusin wanita yang pernah menjadi sekretarisnya dan semua itu dikarenakan para wanita tersebut jatuh cinta pada pria itu. Sekretarisnya yang terakhir sebelum Ella bahkan lebih gila dan melemparkan dirinya telanjang pada Javier selama jam kantor! Itu cukup memalukan dan merepotkan untuk diselesaikan. Bagaimana cara Javier menjelaskan kepada HR bahwa sekretarisnya masuk ke ruangannya dan mulai melepaskan pakaiannya? Pria itu menggelengkan kepalanya dengan putus asa.
Kemudian sekali lagi, pikirannya kembali ke sekretarisnya, Ella Stanford. Bahkan jika dia tidak mau mengakuinya kepada siapa pun, dia sudah mulai memikirkan gadis itu sejak lama. Bahkan saat dia bersama wanita lain. Dan kadang-kadang ketika pikirannya berani menembus ke wilayah terlarang, dia bahkan bertanya-tanya seperti apa gadis itu di tempat tidur. Dia tahu dia harus berhenti berpikir seperti ini tentang sekretarisnya. Dia tidak bisa main-main dengan sekretaris terbaik yang pernah dia miliki.
Telepon di samping lengannya berdering dan pikirannya yang mengembara kembali ke kantornya saat ia mengangkat gagang telepon.
“London Star menunggumu di line satu,” kata Ella.
“Terima kasih, Stanford. Aku akan mengambilnya dari sini.” Javier menekan tombol untuk menerima panggilan. Tidak seperti sekretarisnya yang misterius yaitu Ella Stanford, tidak ada yang disembunyikan oleh London Star. Wanita itu tidak pernah merasa malu memamerkan sosoknya di depan umum atau membuat pria ngiler karenanya. Dan sejujurnya, Javier tidak keberatan dengan itu. London adalah wanita yang menyenangkan di dalam dan di luar kamar tidur.
“Hei, London,” sapanya hangat, masih mengingat dengan jelas sosok London yang seksi dan seks dadakan mereka sore ini.
* * *
Setelah pembicaraannya dengan London, Javier memanggil Ella ke kantornya dan mengembalikan file-file itu bersama dengan instruksi yang jelas yang ditulisnya pada post-it lalu ditempelkannya pada dokumen itu. Ketika Ella berjalan memasuki ruangannya, mata pria itu terpaku padanya. Ella mengenakan blus dengan rok yang ujungnya sederhana, tepat di atas lutut. Gadis itu selalu berpakaian dengan pantas. Dan sepertinya baru sekarang Javier memperhatikan betapa indah kaki Ella dan bagaimana pinggul gadis itu bergoyang tatkala ia berjalan. Gerakan itu mengganggu sekaligus menggoda.
Javier menahan pikiran-pikiran nakalnya ini dan mengarahkan pandangannya ke wajah Ella. Gadis itu cantik, tidak secantik seperti semua wanita yang pernah Javier tiduri, tetapi mungkin hal itu dikarenakan Ella hampir tidak memakai makeup apa pun. Andai saja gadis itu bisa mengganti kacamata tebal miliknya dengan softlens. Matanya beralih ke rambut gadis itu yang ditarik ke belakang dan dijepit ke dalam sanggul yang nampak terlalu ketat. Tiba-tiba Javier memiliki keinginan liar untuk melepas semua jepit Ella dan merasakan rambut hitamnya yang lembut dengan tangannya.
Ketika tatapan Javier akhirnya tiba di mata Ella, yang dia lihat hanyalah kecerdasan gadis itu, dan Javier tahun bahwa mereka berdua berbeda, tidak ada apa-apa selain bisnis di benak Ella. Ketidakpeduliannya terhadap Javier begitu jelas bahkan hampir menghina. Bagaimana gadis yang satu ini tidak jatuh ke dalam pesonanya?
“Apakah kamu akan membawa seseorang?” Pria itu akhirnya bertanya, memutuskan bahwa sebaiknya bertanya langsung kepada Ella daripada penasaran terus-menerus.
Alis gadis itu terangkat, matanya melebar bingung. “Maaf?”
“Ke pesta ulang tahunku. Apakah kamu akan membawa seseorang?”
Gadis itu terdiam selama beberapa detik sebelum dia menjawab, “Ya, saya akan membawa seorang teman.”
Alis Javier melengkung menggoda. “Seorang pria?”
“Ya.” Ujung mata gadis itu berkedut. “Apakah itu akan menjadi masalah untuk Anda?” ujar gadis itu, menantang Javier meskipun nada suaranya masih dalam batas kesopanan.
“Tidak sama sekali.” Javier mengangkat bahu seolah-olah tidak berarti apa-apa baginya apakah Ella akan membawa pacarnya atau saudara laki-lakinya. Meskipun sejujurnya, itu amat sangat penting dan pria itu amat sangat penasaran. Terutama karena pertanyaan berikutnya lebih merupakan sindiran daripada pertanyaan ramah belaka. “Dan apakah temanmu itu seorang akuntan atau penasihat pajak?”
Dahi Ella yang halus dan lembut berkerut saat gadis itu bertanya dengan nada tidak percaya. “Anda ingin tahu apakah teman saya adalah seorang akuntan atau penasihat pajak?”
“Itulah yang kutanyakan,” jawab Javier sambil mengangkat bahu lagi. “Jadi, dia yang mana, akuntan atau penasihat pajak?”
“Apakah Anda sedang membutuhkan seorang akuntan atau penasihat pajak atau semacamnya?” tanya Ella bingung.
“Tidak.”
Mata gadis itu menyipit karena curiga. “Lalu kenapa Anda bertanya?”
“Karena aku tuan rumahnya. Akan aneh jika aku tidak tahu sedikit pun tentang temanmu itu, terutama karena kamu yang membawanya ke pesta ulang tahunku. Bukankah begitu?”
Ella menatap pria itu, tanpa berkata apa-apa. Bahunya persegi dan tubuhnya menjadi kaku. Bahkan tangannya mengepal menjadi kepalan tangan di setiap sisi sosok kecilnya. Javier bertanya-tanya apakah gadis itu akan memukulnya atau mungkin menamparnya karena ia telah merendahkannya. Akhirnya, gadis itu kembali membuka mulutnya. “Apa yang membuatmu berpikir dia adalah seorang akuntan atau penasihat pajak?” Suaranya sedingin Kutub Utara.
“Apakah aku betul? Apakah teman priamu itu memang akuntan atau penasihat pajak? Atau mungkin keduanya?” Javier bersikeras, sedikit kesal karena Ella menghindari pertanyaan itu.
“Tidak,” jawab gadis itu.
“Oke.” Javier mengalihkan pandangannya ke layar komputernya, berpura-pura sibuk dengan apa pun yang ada di sana lalu bertanya dengan santai, “Siapa namanya?”
“Damon. Damon Matthews.”
Javier mengerjap. Nama itu terdengar familiar. “Apakah dia pemilik perusahaan manufacturer kompor itu?”
“Tidak,” jawab Ella dengan nada agak defensif. Kemudian seolah-olah gadis itu telah memperhatikan nadanya, nada suaranya kembali natural. “Pemilik pabrik kompor itu adalah Davon Matthews. Davon, bukan Damon.”
“Ah, kamu benar.” Javier melirik Ella sekilas sebelum pandangannya kembali ke monitornya. Dari penglihatan tepinya, dia bisa melihat bibir Ella melunak dan mulutnya sedikit terbuka. Didorong oleh rasa ingin tahu, Javier menarik perhatiannya kembali pada gadis itu.
“Jujur saja, saya rasa Damon tidak akan keberatan jika kamu salah mengira dia sebagai Davon,” kata Ella, lidahnya keluar dari mulutnya yang terbuka dan menjilat bibir bawahnya yang kering. “Damon-ku sangat hot.”
Javier bisa merasakan suhu tubuhnya naik tanpa alasan yang jelas, setidaknya tidak ada alasan logis yang bisa dia pikirkan. “I will be sure to remember that!” bentaknya lalu mendorong file-file itu ke arah Ella. “Kamu dapat mengambil file-file ini dan kembali ke mejamu. Pastikan kamu sudah mengatur meeting dengan tepat dan jangan lupa untuk membawa file tambahan yang diperlukan jika kita jadi melanjutkan proses akuisisi.”
“Tentu saja, Bos.” Ella tersenyum pada pria itu ketika ia melangkah maju dan mengambil file dari meja. Kemudian gadis itu berjalan keluar dari kantor dengan menggerakkan pinggul menggoda setiap saraf pada tubuh Javier. Javier mengumpat pelan, cukup pelan hingga tak seorang pun kecuali dirinya sendiri yang bisa mendengar. Ini gila! Dia baru saja berhubungan seks dengan London Star hanya beberapa jam yang lalu dan sekarang tubuhnya dicengkeram oleh hasrat. Dan dia bahkan tidak memikirkan artis dengan suara gerah dan lekuk yang subur itu. Tidak, dia sedang memikirkan sekretarisnya yang kaku! Sekretarisnya lah yang menyebabkan bagian depan celananya terasa ketat.
“Sial!” Akhirnya Javier mengumpat.
POV Sang Sekretaris Ella sangat marah. Gadis itu hampir akan kembali ke kantor Javier dan menampar wajah laki-laki kurang ajar itu. Namun entah bagaimana, ia berhasil menenangkan diri dan ketika bosnya, Javier Summers berjalan di depannya dan mengucapkan selamat tinggal padanya, Ella sanggup memasang senyum sopan yang biasa terpampang di wajahnya seolah-olah tidak ada yang terjadi. Seolah-olah Javier tidak hanya menghinanya dengan berpikir bahwa tipe pria yang bisa Ella kencani adalah akuntan dan penasihat pajak
POV Sang CEO Liar Ella terlambat. Ella Stanford jelas-jelas terlambat. Javier tidak bisa menahan diri untuk tidak sesekali melirik arloji Rolex-nya dan menoleh ke arah pintu masuk. Sepuluh menit lagi dan semua orang yang saat ini menikmati cocktail dan makanan ringan di
POV Sang Sekretaris Ella benar-benar gemetar ketika dia menunggu aba-aba untuk masuk. Mungkin ia seharusnya tidak membiarkan Damon dan Jackie membujuknya untuk melakukan ini. Namun demikian, dia sudah berada tepat di luar pintu besar yang menuju ke ruang makan. Seseorang di dalam sedang berpidato dan begitu pidato itu selesai, Ella akan masuk untuk menyanyi. Sorak-sorai diikuti dengan tepuk tangan, menunjukkan bahwa waktu telah tiba. Jackie memeluk gadis itu sebentar sementara Damon membisikkan kata-kata penyemangat ke telinganya.
POV Sang CEO Ella tampak seperti dirinya yang biasa namun pada saat yang sama, dia terlihat berbeda. Ada sesuatu tentang caranya bergerak, cara pinggulnya bergoyang. Dan ketika Javier memandang Ella, pria itu memperhatikan bentuk sensual bibir gadis itu saat Ella menatapnya dalam-dalam dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya. “Ayo, Sayang, tiup lilinnya dong,” desak London di sampingnya, melingkarkan tangannya di lengan Javier. Javier menatap Ella sekali lagi sebelum membungkukkan badan dan meniup lilin. Kerumunan bersorak dan satu per satu tamunya mulai mengucapkan selamat. Beberapa saat kemudian, Javier meninggalkan para tamu untuk bergabung dengan saudara-saudaranya. Dua dari delapan saudaranya ada di sini demi merayakan ulang tahun Javier. Meskipun mereka delapan bersaudara, mereka benar-benar dekat satu sama lain. “Kami masih bel
POV Sang Sekretaris Ella berusaha keras menahan tawanya. Bosnya bungkam tidak berkutik akibat semua komentar Damon dan tidak diragukan juga dikarenakan cara Damon tidak menggubris London Star, wanita terakhir bosnya, dan memusatkan seluruh perhatiannya pada Ella. Meskipun Ella harus mengakui, saat gadis itu melirik punggung London yang terbuka, tidak ada satu pun noda atau selulit di kulit telanjang wanita itu, sesuatu yang tidak bisa Ella katakan tentang dirinya sendiri. Dia dengan cepat menepis rasa tidak insecure-nya. Lagi pula, bahkan dengan begitu banyak hal indah yang dipajang dan tersedia untuknya, mata Javier tetap terkunci dengan aman pada setiap gerakan Ella. Itu sendiri bisa menjadi pujian tertinggi yang pernah ada. “Ella, duduk di sebelahku. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, pronto!” Perintah Javier jelas
POV Sang CEO LiarJavier Summers tidak menyukai malam ini. Dia tidak menyukainya sedikit pun. Pria itu bahkan bisa menganggap hari ini sebagai ulang tahun terburuk yang pernah dia alami. Tidak, dia tidak bisa menyalahkan makanan yang disajikan. Mereka luar biasa enak, dimasak dan disiapkan oleh koki terbaik di Amerika Serikat. Dan dia juga tidak bisa menyalahkan dekorasinya, mereka persis seperti yang dia inginkan: elegan dan berkelas. Band yang memainkan musik saat ini juga memberikan penampilan terbaik mereka, jadi dia juga tidak bisa menyalahkan band itu.Yang paling membuatnya kesal adalah kenyataan bahwa sekretaris kecilnya yang selalu menunjukkan kesopanan tiba-tiba memutuskan untuk bertingkah bebas malam ini dan dia tidak hanya melakukan ini sendiri, dia memiliki seorang pria tampan di sisinya, bersemangat untuk menyenangkan Ella dan tidak bisa menunggu malam yang penuh kenikmatan setelah pesta in
POV Sang Boss Band mulai bermain lagi. Hanya saja kali ini, Lagunya bertempo lebih lambat, sesuatu cocok untuk slow dance. Ella baru saja kembali ke meja ketika dia melihat Javier dan London Star. Untung saja, gadis itu memiliki Damon di sisinya sehingga situasi tidak awkward. Lagipula semuanya selalu lebih baik dengan seorang teman di sisinya dibandingkan menghadapi sesuatu seperti ini sendirian. Mata London berbinar dan wanita itu pun bangkit. “Damon, aku suka lagu ini. Ayo berdansa denganku,” ujarnya, mengaitkan lengannya ke Damon sembari menekan payudaranya yang besar di lengan pria itu. “Kau tidak keberatan jika aku meminjamnya untuk berdansa kan, Ella?” “Aku benar-benar tidak ingin meninggalkan cewekku sendirian,” jawab Damon, berusaha melepaskan lengannya dari genggaman London dan gagal total karena wanita itu justru memeluknya lebih erat.
POV Sang CEOJavier melepaskan genggaman tangannya dan menarik napas dalam-dalam. Dia merasa seperti manusia gua. Belum pernah dia bersikap posesif terhadap seorang wanita, tak peduli wanita mana pun. Adrenalin terpompa dalam pembuluh darahnya dan yang ingin ia lakukan hanyalah merenggut Ella dari Damon dan membawa gadis itu pergi — kemungkinan besar ke kamar tidurnya, di tempat tidurnya. Otaknya terus mengingatkannya bahwa ia akan terlihat seperti orang bodoh jika ia mencoba merayu Ella. Namun dia kini memiliki ereksi akibat berdansa dengan Ella. Ella Stanford itu adalah sekretarisnya, ya Allah! Gadis itu bekerja untuknya tapi entah kenapa yang terpikir di otaknya saat ini tidak ada kaitannya apa pun dengan pekerjaan!London melingkarkan lengannya di pinggan Javier. Wanita itu baru saja kembali dari berdansa dengan Damon. “Aku sangat lelah sekarang.” London menghela napas dalam-dalam seolah-olah dia baru saja berlari satu mi