Share

1. “Dia sangat mahir bercinta, tapi tentunya kamu sudah tahu itu.”

POV Sang Mantan aka Cinta Pertama Sang Duke

Hal penting yang ada di benak Katherine Bennet pada Sabtu sore itu adalah apakah dia ingin pergi ke undangan pesta malam itu atau tidak. Mengingat tuan rumahnya adalah Patrycia sepupu dari Paris de Bourgh, sekilas ingatan melintas di wajahnya. Paris adalah musuh bebuyutan Katherine seumur hidup, menyiksanya setiap ada kesempatan ketika mereka masih kuliah. Namun ada permintaan dari Jaxon, sahabat Katherine yang kebetulan jadisuami Paris, agar datang ke pesta itu untuk mengawasi Paris, gadis itu mendapati dirinya bimbang dan tidak tahu harus bagaimana.

“Tolonglah, Kay, kau tahu betapa cintanya aku pada Paris. Aku minta maaf karena minta bantuanmu untuk ini, tetapi tidak ada orang lain yang lebih aku percayai selain kau,  jadi Please. Maukah kau membantuku?” 

Sejujurnya, Jaxon terlihat sangat berantakan. Sahabatnya itu datang ke flat Katherine dengan rambut acak-acakan dan tidur di ranjangnya semalaman suntuk. Dari pukul sepuluh malam hingga pukul dua pagi, Jaxon telah menceritakan semua hal yang membuatnya khawatir, termasuk keyakinannya bahwa istrinya, Paris, akan mengkhianatinya jikadiberi kesempatan. Di samping itu, Jaxon bersikeras bahwa istrinya akhir-akhir ini sangat dekat dengan William Windsor, Duke of Ashbourne. Tentu saja, Jax tidak lupa menyebutkan bahwa William dulunya pernah menjadi pacar Katherine di SMA ketika mereka semua menuntut ilmu di Carlton High, Washington D.C.

Pertanyaan paling penting tetaplah saja apa yang harus dilakukan Katherine? Haruskah dia pergi ke pesta ini atau membuat alasan kepada Jax? Namun tidak peduli apapun keputusannya, semuanya kembali pada satu pertanyaan sederhana: apakah Katherine benar-benar ingin pergi?

Gadis itu menghela napas berat. Terus terang saja, ia tidak punya pilihan. Meskipun bertemu dengan Paris saja sangat menyebalkan apalagi mengawasinya, Jaxon telah membantu Katherine di masa lalu, dan terlebih lagi, Katherine merasa bahwa ia harus melakukan ini sebagai sahabat yang baik. Bahkan jika Paris kadang-kadang (atau yah, sebagian besar waktu, benar-benar) bersikap menyebalkan.

Akhir-akhir ini dia merasa semakin tua. Alih-alih menjadiorang terakhir yang pergi, gadis itu sekarang menjadi orang pertama yang meninggalkan pesta. Pesta tidak memberinya kegembiraan seperti dulu. Mungkin dia sudah bosan dengan pesta-pesta yang dulunya selalu dia nikmati. Pikirannya pun melayang pada orang-orang yang kemungkinan besar akan berada di pesta itu malam ini. Sudah jelas pesta itu akan dihadiri oleh semua orang kaya sombong yang hobi membuang uang keluarga mereka. Dan kemudian akan ada beberapa bangsawan seperti William. Katherine menghela napas berat sekali lagi. Wiliam, Wiliam, Wiliam. Sudah lama sejak terakhir kali dia melihat pria itu, namun rasanya seperti baru kemarin mereka melakukan percakapan mereka yang terakhir dan yang paling menyakitkan.

William adalah seorang playboy dan dia akan selalu menjadi playboy. Pria itu selalu liar dan tidak dapat dikendalikan. Katherine hampir membuat kesalahan dengan jatuh cinta pada pria itu sepuluh tahun yang lalu. Hubungan mereka hanyalah sebatas affair untuk sementara waktu sampai gadis itu menyadari bahwa hubungannya dengan pria itu tidak akan berlangsung lama. William pada akhirnya akan bosan padanya, dan suatu hari dia akan minta maaf, membuat alasan, dan meninggalkannya. Seperti yang dilakukan pria itu di masa lalu, meninggalkan hati yang patah kemanapun dia pergi. Kota ini dipenuhi dengan wanita-wanita buangannya. William memang sudah seperti itu sejak dia masih muda dan Katherine beruntung berhasil melarikan diri tanpa bekas luka. Sambil mendesah, gadis itu membiarkan pikirannya membawanya kembali  ke tahun-tahun yang lalu. 

Katherine masih ingat hari dimana gadis itu mengetahui siapa William sebenarnya. Mereka sedang menghadiri pesta di rumah Castile Christophe, sahabat William. William, Castile, dan tiga laki-laki lainnya membentuk sebuah geng yang dikenal sebagai Crown Boys. Mereka adalah para lelaki tampan dan semua gadis memuja mereka. Sama seperti di setiap pesta yang pernah mereka hadiri, William dan Katherine berbaur dengan orang lain. Namun pada pesta kali itu, ada soerang gadis dengan rambut pirang keriting bernama Mandy yang datang menghampiri Katherine dan memperkenalkan dirinya sebagai salah satu mantan pacar William. Mandy berkata bahwa dia menyapa Katherine karena dia pernah melihat Kate dengan William sebelumnya.

“Hai, namaku Mandy. Senang bertemu denganmu!” Bahkan sebelum Katherine sempat menjawab sapaan itu, Mandy sudah melanjutkan perkenalannya. “Kudengar kau adalah taklukan terbaru William!” katanya dengan senyum cerah meskipun kata ‘taklukan’ itu membuat Katherine bingung. “Jadi, sudah berapa lama? Aku pernah berkencan dengannya tahun lalu. Ketika dia masih anak tahun pertama dan aku sudah di tahun kedua.”

Katherine merasa waspada saat itu, dan bertanya-tanya dalam hati apakah Mandy cemburu dengan Katherine, atau masih merasa tersakiti karena perpisahannya dengan William. Mandy yang sepertinya menyadari kewaspadaannya pun melambaikan tangannya lalu menunjuk pria jangkung berambut pirang beberapa meter dari mereka. “Jangan khawatir. Itu hanyalah cerita lama. Aku sekarang mengencani Dallas kok.” Mandy berbalik menghadapnya dan tersenyum. “Liam menyenangkan selama itu berlangsung. Dia sangat mahir bercinta, tapi tentunya kau sudah tahu itu.” Dia tertawa kecil, sedikit tersipu.

Tapi sebenarnya, Katherine tidak tahu akan hal itu. Hubungannya dengan William belum berlanjut ke kamar tidur dan karena usianya masih tujuh belas tahun, gadis itu tidak yakin apakah dia siap atau tidak untuk melakukan hubungan seksual.

Tentu saja, dia menutup mulutnya rapat-rapat dan memberikan senyum tipis pada Mandy.

“Kitatetap berteman meskipun ketika dia pertama kali memutusku, aku ingin sekali membunuhnya. Tapi kalau dipikir-pikir, aku seharusnya tahu bahwa cepat atau lambat hal itu akan terjadi. Semua gadis lain telah memperingatkanku tapi aku terlalu naif. Aku pikir seorang anak tahun pertama tidak akan berani mencampakkan seseorang yang lebih tua dan lebih dewasa.” Mandy menggelengkan kepalanya dan tertawa gugup. “Betapa bodohnya aku, ya.” 

“Semua gadis lain?” Katherine mengerjap, tidak yakin apa yang dimaksud Mandy dengan kata katanya. Karena Katherine baru saja pindah ke SMA Carlton, dia tidak begitu mengenal banyak orang dan tidak ada yang memberinya peringatan tentang William, atau yang lebih dikenal sebagai Liam.

Sekarang melihat ke belakang, Katherine ingat mereka bertemu selama liburan musim panas dan langsung sangat cocok satu sama lain. Katherine tidak tahu tentang sejarah William atau gelarnya sebagai pewaris gelar ‘Duke’. Keingintahuan menguasai gadis itu dan membuatnya memberanikan diri untuk bertanya lagi, “Gadis lain yang mana? Peringatan apa?”

“Oh, kau gadis malang, kau tidak tahu apa yang kau hadapi, bukan?” Mandy tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status