Share

Mari Berpisah!

"Sayang, jalan-jalan yuk, di Malioboro?" ajak Mas Arfen dengan gembiranya, berbeda dengan hari-hari biasa. "Kamu pingin ke Batik Hamzah, kan, mau beli kimono? Eh, di sana juga banyak tunik, daster, rok dan semuanya tuh batik. Sandal, tas sampai printilan-printilan cewek juga ba---"

"Kamu lagi endorse ya, Mas?"

Seketika Mas Arfen terlihat kecewa. Seluruh kulit wajah tampannya memerah. Bola mata tergenang hujan, seperti telaga tersiram cahaya matahari senja.

"Kamu kok gitu sih, ngomongnya, Sayang? Aku serius nih, mau ajak kamu jalan-jalan. Mumpung libur setelah shift malam."

Aku mengangkat bahu, tanpa berpura-pura terlihat senang, terharu atau semacamnya.

"Ayolah, Sayang!"

"Nanti Mama marah?"

Gantian Mas Arfen yang mengangkat bahu. "Lho, memangnya kenapa kok, Mama marah?"

"Ya, nggak tahu, Mas. Selama ini kan, Mama memang selalu marah sama aku. Begini salah, begitu salah. Serba salah, kecuali aku menuruti semua kemauan Beliau. Apa nggak menakutkan itu, Mas? Menyeramkan, serius."
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status