Share

Makanan Mahal Gratis

Author: Zhunea
last update Huling Na-update: 2024-09-27 17:12:43

Sarah sudah berdiri di depan gedung perusahaan Hendra sejak 10 menit lalu, namun taksi pesanannya tak kunjung datang juga.

Ia tertegun saat tiba-tiba ada sebuah mobil sport merah datang menghampiri. Mata Sarah sampai menyipit untuk tahu siapakah gerangan pengemudi mobil yang sudah tak sopan berhenti tepat di depannya.

“Tolong minggirlah, nanti taksi pesananku tak melihat aku di sini!” Kata Sarah mencoba berkomunikasi dengan si pengemudi mobil sport merah yang tak terlihat wajahnya.

Jonathan diikuti Adam dan Rudi mendatangi Sarah.

“Apa ada masalah, Sarah?”

“Mobil ini menghalangi. Aku sedang menunggu taksi online.” Jawab Sarah.

“Astaga, kamu pesan taksi online? Jika mau pulang, katakan padaku, aku siap mengantarmu pulang. Untuk apa menunggu taksi yang ber pengemudi asing. Bukankah lebih baik pulang bersamaku yang sudah kamu kenal sejak 5 tahunan.”

Sarah membuang napas kesal.

“Lebih baik aku naik taksi daripada pulang denganmu!” Ketus Sarah.

“Kau ini. Sudah ditinggal Hakam, harusnya cari penggantinya. Aku sudah siap lahir batin menjadi suami kamu, Sarah. Bukankah kamu tahu, cintaku padamu tak pernah padam.” Katanya dengan penuh percaya diri, dan semakin membuat Sarah kesal padanya.

Sarah melangkah bersiap pergi. Namun mobil merah itu mundur menghentikan langkah Sarah.

Berhenti sejenak memandang kesal pada mobil tersebut, Sarah kembali melangkah. Dan lagi mobil itu menutup jalan Sarah.

Mengambil langkah cepat Jonathan mengetuk jendela mobil mewah tersebut. "Kenapa mengganggu Sarah, keluar kalau berani!"

“Sarah, kamu masuk saja ke mobil Jonathan. Mobilnya masih ada di dalam tempat parkir!” Ucap Adam namun Sarah tidak mau.

Ia berjalan lagi dan lagi lagi mobil itu turut mengikuti gerak Sarah. Kali ini Sarah berjalan ke kanan, sehingga mobil itu ikut maju dan hampir menabrak Jonathan jika saja laki-laki itu tak meloncat menghindari.

“Sialan. Sebenarnya dia ini siapa? Jangan-jangan penculik?!”

Kali ini Sarah yang mengetuk kaca mobil si pengemudi. “Keluarlah. Aku ingin tahu kamu siapa!”

Klik

Pintu terbuka.

Seorang pria keluar dengan pakaian serba hitam, dan berkacama hitam pula. Kulitnya terlihat putih bersih dengan hidung mancung bertengger di sana.

“Si-siapa?” Sarah tertegun akan ketampanan pria di hadapannya. Ia seperti kenal, tapi tak mampu mengucapkan nama yang sudah terukir di kepalanya.

“Hakam bukan?” Adam menyipitkan mata. Ia memberanikan diri mendekat supaya bisa jelas melihat wajah pria tersebut.

“Sepertinya iya.” Ucap Rudi yang turut mengamati wajah pria tersebut.

“Kalian bilang Hakam?” Jonathan tertawa seketika. “Mana ada Hakam menggunakan mobil keluaran terbaru dan edisi terbatas pula. Mata kalian ini sepertinya perlu diperiksakan, hahaha!”

“Benar juga.” Adam menggelengkan kepala. Dia yakin telah salah mengira.

“Tapi dari bentuk tubuhnya dia mirip Hakam. Hanya saja kulitnya lebih putih!” Kata Rudi masih sibuk memperhatikan pria di hadapannya.

“Wah, dia tampan. Siapa dia?” Bisik-bisik para wanita yang kebetulan lewat.

“Mobilnya luar biasa bagus. Sesuai dengan pengemudinya."

“Dia sangat tampan, bagaimana aku bisa mengalihkan pandang?” Banyak wanita memuja pria itu, membuatnya semakin risih.

Pria itu memegang tangan Sarah dan kemudian melepaskan kacamatanya.

“Hakam?” Baik Sarah, Jonathan, Adam dan Rudi berseru terkejut bersama.

“Sarah, masuklah ke mobilku. Ayo!” Ia menarik Sarah memintanya masuk ke dalam mobilnya.

“Mobilnya katanya?” Jonathan tertawa. “Hei pria berdarah miskin, kamu pinjam mobil siapa? Cepat kembalikan sana, jangan sok kaya hanya dengan mobil pinjaman!”

Hakam malas meladeni. Ia masuk dan membawa Sarah pergi.

“Katakan padaku, kamu mau makan dimana?!”

"Kenapa kamu kembali, Hakam? Bukankah sudah aku bilang untuk menjauhiku dan keluargaku? Hinaan saja yang nantinya kamu dapat. Aku tidak mau!" Sarah membuang wajahnya ke jendela samping.

"Aku merindukanmu!" Hakam memegang tangan Sarah, membuat jantung Sarah berdebar tak karuan. "Apapun yang terjadi, akan kita hadapi bersama. Kali ini, mereka yang akan menyesal telah menghinaku selama ini. Percayalah!"

Sarah melepaskan tangan Hakam. "Tidak semudah itu. Kamu tahu sendiri mereka seperti apa padamu-"

"Dan kamu bisa lihat seperti apa aku sekarang." Katanya merujuk pada penampilannya.

“Kamu keras kepala kalau dibilangin. Aku ingin kamu pergi dan hidup bebas. Hidup denganku tidak akan membuatmu bahagia-”

“Kata siapa? Aku senang selama aku ada di dekatmu. Sudah jangan cerewet dan jangan berpikiran yang tidak-tidak."

Ia membelokkan setir ke sebuah restoran mewah yang sering Hakam lihat, tapi tak pernah ia masuki. Dan sekarang, ia bebas melakukan apapun dengan fasilitas yang ia punya, bahkan memakan makanan mewah yang disediakan restoran ini ia mampu beli.

“Kenapa kita kemari?" Sarah terkejut. "Aku tidak ada uang untuk membayar makanan di sini. Cari yang lebih murah saja."

“Aku yang akan bayar, jangan khawatir."

“Makanan di sini sangat mahal, Hakam. Dengan uang mana kamu akan membayarnya. Aku sedang mengumpulkan uang untuk membangun rumah, di sini hanya akan membuang uang saja untuk sekali makan."

Tapi Hakam tidak peduli. Yang ada dipikirannya hanya ingin meratukan Sarah dengan segala kemewahan yang sekarang sudah bisa ia beli dengan black card nya.

**

Sarah tercengang saat melihat menu yang dihidangkan di restoran mewah ini.

Ada sepiring telur ikan yang sangat mahal. Harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Biasa disebut kaviar dari ikan sturgeon. Ada lagi dua porsi daging Wagyu dengan kualitas terbaik.

Ada juga kue berbentuk kotak berlapiskan emas. Bunga-bunga yang mengelilingi kue tersebut pun juga berlapis emas. Terkesan mewah. Tentu saja kue itu harganya selangit.

“Tidak tidak, ini tidak benar. Kepala ku pusing.” Sarah memegang kepalanya.

Dia tak berani bertanya harga semua makanan yang dipesan Hakam berapa, karena dia tahu, pasti dia akan merogoh ratusan juta untuk sekali makan di sini.

“Aku yang bayar. Jangan khawatir. Ini aku tunjukkan!” Hakam mengambil black cardnya dan menunjukkannya kepada Sarah.

Sarah tercengang selama beberapa saat. Dia tahu, black card hanya dimiliki orang yang benar-benar kaya. Harus ada minimal saldo miliaran untuk dapat memiliki kartu elit tersebut. Dan siapa Hakam sampai memiliki kartu hitam itu?

“Jangan pikirkan ini, makan saja. Kamu pasti belum pernah makan kaviar ini. Rasanya manis dan berair.” Hakam tersenyum hangat.

"Tapi?"

"Sudahlah. Aku tidak akan menyuruhmu membayar, tenang saja. Cukup makan ini dengan perasaan tenang dan senang."

Sarah tertarik. Ia segera menyendok kaviar itu dan memasukkannya ke dalam mulut. Sensasi kres-kres, manis dan berair membuatnya ingin memakan makanan itu lagi.

“Ini enak.” Katanya seakan melupakan perdebatan sebelumnya.

Beralih ke wagyu, ia memuji makanan itu habis-habisan. Belum lagi kue berlapis emas di hadapannya.

“Ini sungguh makanan luar biasa!” Katanya sembari merasai lidahnya.

Melihat kebahagiaan Sarah tentu saja hati Hakam menghangat.

“Apa aku tidak salah lihat kalian ada di sini?” Jonathan tertegun.

“Oh, kau membuntuti kami? Selalu saja. Apa tidak ada kerjaan lain selain menguntit?" Tanya Hakam. “Ada apa? Ada yang ingin dibicarakan?”

Jonathan tertawa. Ia mengambil kursi dan duduk di sebelah Sarah.

“Sarah, hati-hati, nanti dia kabur ke toilet lalu tidak kembali. Dan membuat kamu membayar makanan mahal yang barusan kamu nikmati!”

Sarah memandang Hakam takut. Bisa saja Hakam melakukan itu karena dia dendam padanya yang telah mengusirnya.

Hakam tersenyum mendengar itu. “Kamu meremehkan ku tidak bisa membayar makanan ini?”

“Tentu saja. Kau hanya OB. Untuk membayar ini semua perlu mengumpulkan gaji OB selama puluhan tahun!”

“Lalu gajimu? Bisa untuk membayar makanan ini?” tanya Hakam.

“Bahkan pendapatan keluargaku selama sebulan bisa membayar beberapa kali makan di sini dengan menu yang sudah dimakan Sarah tadi!” Katanya dengan begitu sombong.

Hakam tersenyum penuh arti.

“Sarah tidak butuh bualan, ia butuh pembuktian. Bagaimana jika kita buktikan siapa yang bisa membayar makanan tadi?!”

Seketika Jonathan mengeluarkan kartu kreditnya. Sementara Hakam mengeluarkan dompet dengan lembaran uang ratusan ribu yang sangat tipis.

Jonathan tertawa seketika. Ia bangkit dan mengulurkan kartu kreditnya ke arah kasir.

“Sudah kubilang, aku yang bisa membayarnya. OB sepertimu tidak akan mampu membayar makanan itu. Berlagak ke restoran mahal.” Ucapnya penuh kesombongan.

Hakam bangkit bersama Sarah menghampiri Jonathan di kasir.

“Padahal aku mau ambil ini!” Hakam menunjukkan black cardnya yang seketika membuat Jonathan melebarkan mulutnya hingga jatuh ke lantai. “Ya sudah kalau kamu bayarkan. Terima kasih.” Katanya tak lupa melemparkan senyum senangnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Ipar adalah Maut

    “Jangan pergi, aku mohon.” Sarah menahan Hakam yang hendak pergi. Setelah kejadian menegangkan tadi, rasanya Sarah enggan untuk berpisah dengan Hakam. Dia takut seseorang sedang mengincar Hakam sekarang. “Hanya sebentar. Aku janji akan segera kembali.”Sarah menggelengkan kepalanya. “Kali ini saja, jangan pergi.”Terpaksa Hakam menuruti keinginan istrinya. Ia pun duduk kembali dan memeluk Sarah. “Ya sudah.” Seketika Sarah menarik napas lega. **Jonathan menahan napas mengetahui anak buahnya gagal menghabisi nyawa Hakam. “Kamu sudah membersihkan semuanya?” Tanyanya pada Javiar. “Sudah. Dua orang anak buahku mati bunuh diri untuk menghindari mereka.”Senyum Jonathan melebar. “Bagus, cari anak buah yang seperti itu lagi. Sebelum Hakam menghilang dari muka bumi ini, aku tidak akan melepaskannya.” Javiar menganggukkan kepala. Di kepala Jonathan kini dirinya sedang menyusun rencana lain untuk Hakam. Penghinaan yang Hakam berikan tidak akan pernah ia biarkan begitu saja. Dia akan me

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Mati Semua

    “Aku sudah mengacaukan beberapa orang secara bersamaan. Jonathan yang angkat kaki dari gedung ini, Randu menantu pertama papa mungkin sekarang ini sedang frustasi karena tidak memiliki mobil lagi dan mulai curiga istrinya selingkuh.” Hakam menyesap kopinya. “Hatiku senang.” Katanya kemudian tertawa. “Dibalik itu semua, sebenarnya posisimu tidak aman. Mereka bisa saja mengincarmu!” Ucap Arya. “Aku tahu itu. Tapi biarkan saja mereka melakukannya. Bukti yang nantinya aku kumpulkan akan membuat mereka semua mendekam di penjara, karena itulah tujuan akhirku kepada mereka. Mungkin mereka berpikir aku diam dan menerima saja saat dihina. Nyatanya mereka membangunkan macan tidur. Mereka akan tahu dengan siapa mereka berhadapan sekarang.”Sorot mata Hakam tajam. Siap melahap apapun yang menghalanginya. Sekali dirinya dikerjai, maka tiga kali lipat dirinya akan membalas. “Kamu memang bukan orang baik!” Arya tertawa. “Tidak ada orang yang mengatakan aku baik. Bahkan aku sendiri menyebut dirik

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Mulai Suka

    Keluar hotel di pagi buta. Wajah cerah tapi bibir bengkak. Sintya berjalan cepat menuju taksi yang sudah ia pesan. “Sungguh Jonathan sangat luar biasa.” Gumamnya sembari memandang wajahnya di kaca bedak. Pertarungan ranjang semalam membuat hati Sintya sangat bahagia hari ini. Bahkan ia lupa rasanya bercinta dengan suami sendiri, karena dia terlanjur merasai tubuh pria lain. Sampai di rumah, Sintya disambut tatapan tajam Randu. “Darimana kamu?!”Sintya gugup. “Menginap di rumah teman.”“Teman yang mana?”Sintya tak segera menjawab. Randu mencekal lengan istrinya membuat wanita itu memekik. Dengan kasar Randu mengusap bibir bengkak Sintya. “Dengan siapa kamu tidur semalam, hah?”“Randu, jangan menuduh Sintya sembarangan!” Sari berjalan cepat menolong putrinya. “Dia bilang ke mama semalam kalau akan ke rumah temannya dan menginap.”“Teman pria atau wanita sehingga bibirnya bengkak seperti ini

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Menyimpan Banyak Rahasia

    Di sebuah diskotik, gemerlap lampu warna-warni menyala terang ditemani musik berisik yang membuat semua pengunjungnya berjoget ria. Namun tidak dengan Jonathan yang juga ada di sana. Ia memilih duduk meneguk minuman beralkohol hingga habis dua botol. Tubuhnya mulai sempoyongan. “Siapa yang mau menemaniku, hah?” Serunya. Wajahnya nampak putus asa dan lelah. Dirinya sudah keluar dari perusahaan Arya. Sudah ada di depan mata bahwa dia tak akan sering bertemu dengan Sarah lagi. Belum lagi papanya masih menuntut dirinya membayar hutang makanan kaviar yang dimakan Hakam dan Sarah waktu itu. Dan tuntutan dari ibunya yang ingin putranya membawa kembali motor yang sudah ia belikan. Bukan tak bisa membeli motor sport lagi, namun Hanum ingin Jonathan bangkit dan membalas kekalahannya pada Hakam. Dia tidak terima keluarganya direndahkan oleh orang tak jelas seperti Hakam. DerrtPonsel Jonathan bergetar di atas meja. Segera ia membuka ponselnya dan melihat siapa yang mengirim pesan padanya.

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Sekongkol

    “Sekarang kamu percaya padaku, kalau aku tidak ada hubungan apapun dengan Alea.” Ucap Hakam. “Meski begitu kamu juga harus menghargai perasaanku. Jangan lagi dekat dengan Alea, atau siapapun itu!” “Aku suka kamu cemburu. Itu artinya cinta kita sudah terikat.” Ucapan Hakam membuat wajah Sarah memerah. “Jangan membicarakan cinta, kita bukan remaja yang sedang pubertas.” Katanya mengarahkan pandangannya ke arah lain. Sarah malu membicarakan perkara cinta dengan Hakam di tempat umum seperti ini. Melihat rona merah di pipi istrinya membuat Hakam tertawa kecil. “Ya sudah. Kita bicarakan di atas ranjang nanti.”Sarah menghela napasnya panjang. “Lalu ada urusan apa kamu ada di kafe ini? Bukannya di rumah membujuk ku supaya tidak marah.”“Klien asal Jerman benar-benar datang malam ini. Kami membicarakan pekerjaan. Tidak lama ia kembali ke hotel tempatnya menginap. Besok dia akan datang ke kantor untuk meneruskan pembicaraan ini.”“Benar?” Sarah menelisik kebenaran di mata Hakam. “Iya. Ya

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Obsesi

    Seperti kesempatan bagi Jonathan menyaksikan Sarah dan Hakam bertengkar. Malam ini ia sudah berada di rumah keluarga Ramanda dengan membawa berbagai makanan instan yang ia beli dari sebuah restoran. “Om Surya, ini adalah rendang kesukaan, Om. Silakan dimakan!”Surya hanya mengangguk. Wajahnya terlihat malas menanggapi Jonathan, tak seperti dulu, dia sangat antusias jika Jonathan datang. “Jo, kalau om tidak suka, biar tante saja yang makan!” Sari mengambil rendang itu untuk menghargai pemberian Jonathan. Baru akan menyendok, Surya menariknya pergi dari ruang tamu. Jonathan membuang napas seketika. Tanpa sengaja Sintya lewat. Ia baru saja keluar dari dapur dan melihat Jonathan dengan wajah senang. “Jo!” Jonathan melambaikan tangan, tapi sebelumnya ia melirik kanan kiri supaya tidak ada yang melihat aksinya. “Kapan kita bertemu lagi?” Ucap Sintya dengan suara yang sangat pelan. “Hubungi saja jika kamu membutuhkanku!”Sintya mengangkat dua jempol. Sialnya Randu muncul di belakangn

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status