Share

BAB 3

“Siapa dia Mom? Mengapa gembel seperti ini dibawa pulang?”

“Aku menemukannya di jalan, lalu aku membawanya ke rumah sakit, berhubung dia tidak memiliki keluarga jadi aku bawa ke sini.”

“Jadi, sekarang rumah kita menjadi rumah penampungan gembel seperti ini?”

“Jaga bicaramu! Dia adalah tamuku, tidak sepantasnya kamu berkata seperti itu!”

“Terserah Mommy saja,” balas Julie dengan congkak.

Dengan rasa welas asih, Nyonya Thomson membantu Austin dan menawarkannya untuk tinggal di rumah besar keluarga Thomson. Austin menerima tawaran Nyonya Thomson. Begitu sampai di rumah, anak tertuanya Julie tidak menyukai Austin. Nyonya Thomson tidak memiliki anak laki-laki, dia hanya memiliki tiga anak wanita, tiga cucu wanita, dan satu cucu laki-laki.

Ketiga anaknya selalu bersaing untuk mendapatkan harta yang dimiliki oleh keluarga Thomson. Bukan hanya anak-anaknya saja yang bersaing, bahkan cucunya pun ikut bersaing dan itu membuatnya sedih. Karena persaingan itulah, Nyonya dan Tuan Thomson seperti kehilangan sebuah kehangatan keluarga.

“Kamu mau tinggal di sini bersamaku dan juga suamiku?” tanya Nyonya Thomson kepada Austin.

Austin menjawab pertanyaan wanita tua itu dengan anggukan kepala. Austin tidak menyangka jika dia akan bertemu dengan orang baik yang mau menampungnya disaat keterpurukannya.

Austin merasa bersyukur dengan apa yang didapatkannya, dia tidak menyangka kalau wanita tua yang sudah menolongnya ini akan memperlakukannya seperti keluarganya sendiri. Tentu saja Austin menerima permintaan Nyonya Thomson, bahkan dengan senang hati.

Nyonya Thomson membawa Austin ke kamarnya. Begitu memasuki kamar, Austin terkagum-kagum dengan fasilitas yang diberikan oleh Nyonya Thomson. Dia hanya laki-laki biasa yang baru saja dibuang oleh keluarganya karena melakukan satu kesalahan. Meskipun baru menegenal Austin, Nyonya Thomson sangat perhatian padanya.

“Kamu istirahatlah di sini, aku turun dulu, jika kamu membutuhkan apapun, kamu bisa memintanya pada maid yang ada di mansion ini. Anggap saja ini adalah tempat tinggalmu sendiri,” ucap Nyonya Thomson sambil tersenyum.

Setelah mempersilahkan Austin untuk beristirahat, Nyonya Thomson langsung turun ke bawah berniat untuk bersantai di ruang keluarga. Siapa sangka, hari ini semua anak dan cucunya berkumpul di kediamannya. Biasanya jika sudah berkumpul seperti ini, pasti akan ada kegaduhan yang dibuat oleh anak-anak dan cucunya.

“Tumben kalian datang ke sini? Masih ingat kalau kalian memiliki Orangtua?” tanya Nyonya Thomson sambil meminum minumannya.

“Kami merindukanmu Mom.”

“Aku juga nek, aku sangat merindukan nenek.”

“Ya… ya… aku juga merindukan kalian, jadi?” Nyonya Thomson seperti sudah mengetahui apa niat anak dan cucunya datang ke sini.

“Mom, aku tidak setuju kalau Thomson Company diberikan kepada Kenny. Dia hanya seorang wanita, lebih pantas Thomson Company diberikan kepada anakku, William,” ucap anak bungsunya.

“Apa yang bisa William lakukan? Bukankah dia hanya suka bersenang-senang di Club?” timpal Julie, Ibu dari Kenny.

“Apa bagusnya Kenny? Lebih baik anakku saja Dora yang meneruskan perusahaan,” sanggah anak kedua Nyonya Thomson.

“Apakah kalian mengharapkan kami mati dan menikmati harta Thomson? Apakah kalian sudah tidak memiliki hati lagi?” tanya Nyonya Thomson.

Setelah mengatakan itu, semua anak dan cucunya hanya menundukkan kepala, tidak ada yang berani menjawab pertanyaan Nyonya Thomson. Hanya Kenny yang berani mendekati Nyonya Thomson, Kenny adalah wanita muda yang penuh dengan kelembutan serta welas asih, sama seperti Nyonya Thomson. Maka dari itu, pasangan Thomson sangat mempercayai Kenny untuk meneruskan perusahaan yang selama ini mereka kelola.

Tanpa mereka sadari, Austin memperhatikan pembicaraan mereka dari atas. Ia keluar karena merasa haus, tapi langkahnya terhenti, dia tertarik untuk mendengarkan perdebatan mereka. Bibirnya menyunggingkan senyum, lalu menggelengkan kepalanya.

"Kasihan sekali Nyonya Thomson, seluruh keluarganya sama seperti keluargaku yang haus akan harta," ucap Austin sambil tersenyum sinis. Austin terus memperhatikan mereka semua yang ada di bawah. Matanya menangkap sosok wanita muda dengan balutan jas yang elegan, wanita itu adalah Kenny.

"Apakah dia yang dimaksud Nyonya Thomson saat di rumah sakit tadi?" tanyanya pada diri sendiri.

“Maafkan kami, Nek. Kami tidak bermaksud seperti itu, mungkin mereka mau membantuku untuk mengelola perusahaan, dan aku tidak mempermasalahkannya. Lagipula itu adalah perusaan keluarga kita bukan,” ucap Kenny menenangkan Nyonya Thomson sambil memeluknya dari samping.

“Lihatlah, hanya Kenny saja yang bisa mengerti aku, kalian semua malah membuat aku pusing,” ucap Nyonya Thomson.

“Ada apa ini?” tanya Tuan Thomson yang baru saja tiba.

“Lihatlah anak-anakmu, kita belum mati saja sudah merebutkan harta, bagaimana kalau kita sudah mati? Pasti mereka senang dan berbahagia karena kematian kita,” balas Nyonya Thomson.

“Apakah benar begitu?” tanya Tuan Thomson.

“Tidak Dad, kami tidak bermaksud seperti itu, Kami hanya ingin anak-anak kami juga bekerja di Thomson Company sama seperti Kenny, bukan di kantor cabang,” jawab anak bungsu mereka.

“Sudahlah, nanti kita bicarakan. Tadi aku habis dari peramal yang biasa meramal keluarga kita. Dia bilang, jika Mommy kalian menemukan pria dan membawanya pulang, maka pria itu harus dijadikan menantu di rumah ini. Peramal juga bilang, pria itulah yang akan membawa kejayaan untuk keluarga kita. Tapi yang menjadi masalah, kita tidak boleh asal memilih pria karena ramalan itu. Pria itu harus di bawa ke rumah dengan hati yang tulus,” terang Tuan Thomson.

Tuan Thomson sangat mempercayai peramal yang dimaksud. Selama ini dia selalu mengikuti apa yang dikatakan oleh peramal itu karena ramalannya tidak pernah meleset, dan Tuan Thomson selalu mempercayainya bahkan menghormati peramal itu.

Mendengar perkataan Tuan Thomson, Nyonya Thomson tersenyum bahagia. Tetapi tidak dengan Julie, Julie sudah mengetahui jika ibunya membawa seorang pria ke rumah. Dan Julie tidak menyukai Austin karena penampilan buruk Austin dan kasta yang rendah. Berbeda dengan anak dan cucunya yang lain, mereka semua menampilkan wajah keterkejutannya dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Tuan Thomson.

“Kenapa kamu tersenyum bahagia seperti itu?” tanya Tuan Thomson kepada istrinya.

“Keberuntungan yang sangat tepat, aku baru saja membawa pria dari jalanan. Aku sengaja membawanya ke sini karena dia tidak memiliki tempat tinggal,” balas Nyonya Thomson.

“Waah… apakah kamu serius? Di mana pria itu? Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya, keluarga kita pasti diberkati oleh Tuhan,” ucap Tuan Thomson sambil tersenyum puas.

“Dia sedang istirahat, tadinya aku mau menceritakan ini padamu, dan aku berpikir untuk menjodohkan Austin dengan Kenny.”

“Austin? Jadi nama pria itu Austin, nama yang bagus, aku setuju dengan ide kamu sayang,” ucap Tuan Thomson.

“Kenapa harus dijodohkan dengan Kenny? Aku tidak menyukainya, suamiku juga tidak akan menyukainya,” tolak Julie.

Austin mendengar semua perkataan Tuan Thomson dan penolakan Julie, ia sangat terkejut. Bagaimana mungkin ada kebetulan seperti yang ia alami?

"Apakah ini yang dinamakan takdir? Apa mereka akan menerimaku seperti Nyonya Thomson menerimaku?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status