Share

BAB 4

"Tidak Dad! Aku menolak perjodohan itu!" tolak Julie lagi.

Julie menolak perjodohan anaknya dengan pria yang baru ditemui ibunya. Latar belakang yang tidak jelas, bahkan status sosial yang tidak mungkin disandingkan dengan anaknya yang seorang CEO muda. Saudara perempuan Julie hanya mentertawakannya, mereka beruntung karena mereka tidak menjadi korban ramalan tidak jelas itu.

“Bukan kamu dan suamimu yang menentukannya, tetapi aku, itupun kalau kamu mau menerima setengah harta keluarga Thomson,” ucap Tuan Thomson.

“Kalau Kenny tidak mau, biar aku saja yang dijodohkan dengan pria itu Kek,” pinta Dora cepat saat mendengar kakeknya mau memberikan setengah kekayaan keluarga Thomson.

“Tidak! Tidak! Aku setuju Kenny menikah dengan pria rendahan itu, tapi pegang janji Daddy,” timpal Julie.

Tentu saja Julie menerima perjodohan itu untuk anaknya Kenny, iming-iming yang diberikan daddynya sangat menggiurkan. Harta Thomson tidak akan dilepaskan begitu saja, apalagi diberikan kepada saudara kandungnya. Julie memang terkenal congkak dan juga haus akan harta, beruntung Kenny menuruni sifat Nyonya Thomson.

“Mom! Bukankah pendapatku juga penting? Ini hidupku dan aku yang menjalaninya, bagaimana bisa Mommy menerima perjodohan ini hanya karena harta? Aku yakin kalau Mommy mengincar harta kakek saja,” protes Kenny.

“Tenang saja, Mommy sudah melihat pria itu, dia tampan, tidak akan membuatmu malu,” balas Julie.

Austin masih setia memperhatikan percakapan mereka. Hatinya bimbang, apakah dia harus menerima perjodohan yang mendadak seperti ini? Belum lagi penolakan-penolakan yang disebutkan oleh mereka.

"Ternyata benar wanita itu yang dimaksud Nyonya Thomson. Cantik, tapi kenapa hati ini merasa takut?" gumam Austin.

"Maaf Dad, beri kami waktu sebentar untuk berdiskusi," pamit Julie sambil menarik tangan Kenny keluar ruangan.

"Silahkan," balas Tuan Thomson.

Jenifer mambawa Kenny keluar dari ruang keluarga, dia ingin meyakinkan putrinya untuk menerima perjodohan. Kenny terus saja memberontak berusaha melepaskan cengkraman ibunya.

"Apa yang ingin mereka lakukan?" tanya Austin saat melihat Julie dan Kenny keluar ruangan.

Tidak berselang lama, Kenny masuk sambil mengembuskan napasnya dengan sangat berat. Kali ini dia menghampiri neneknya dan merangkul lengan Nyonya Thomson. Berharap sang Nenek menolak permintaan suaminya.

“Tidak apa sayang, Austin sangat baik dan ramah, Nenek yakin dia tidak akan mengecewakanmu,” ucap Nyonya Thomson meyakinkan cucunya sambil menepuk-nepuk tangan cucunya.

“Apa yang kau takutkan sayang? Peramal itu bilang, siapa saja yang menikahinya akan hidup bahagia tanpa kekurangan apapun, percaya saja dengan keputusan Kakek,” ucap Tuan Thomson.

Semua anak dan cucunya memandang iri pada Kenny, kali ini Kenny sudah dipastikan akan mendapatkan setengah dari kekayaan Thomson Company. Mereka tidak suka dengan keputusan orangtuanya, orangtuanya terlalu membanding-bandingkan Kenny dengan anak-anak mereka.

“Baiklah kalau begitu, aku akan bicarakan ini dengan Austin, kalau dia setuju maka pernikahan akan kita gelar seminggu lagi,” ucap Nyonya Thomson.

“Apa! Seminggu lagi! Apakah itu tidak terlalu cepat Nek? Aku saja belum pernah melihat wajahnya,” timpal Kenny dengan wajah keterkejutannya.

“Semakin cepat maka semakin baik,” ucap Tuan Thomson.

Nyonya Thomson merasa sangat bahagia sekali, bahkan setelah mendengar perkataan suaminya dia pamit untuk memanggil Austin di kamarnya, dan mengajaknya berkumpul di ruang keluarga. Austin melihat itu semua dan dia bergegas masuk ke dalam kamarnya, ia tidak mau dianggap lancang oleh penolongnya.

Tokk, tokk, tokk

“Austin, ini aku, apakah kamu sedang tidur?” tanya Nyonya Thomson sambil mengetuk pintu kamar Austin.

Ceklekk

“Tidak nek, aku tidak tidur,” jawab Austin setelah membuka pintu, dia masih menggunakan pakaian lusuh karena belum sempat membersihkan tubuhnya. Waktunya terbuang karena menguping pembicaraan keluarga Thomson.

“Kenapa kamu masih memakai pakaian ini?” tanya Nyonya Thomson.

“Maaf nek, aku tidak memiliki pakaian lain,” balasnya seraya menundukkan kepala, tangannya juga tidak lepas melinting ujung pakaian yang dikenakannya.

“Di kamar ini ada pakaian pria, kamu bisa memakainya. Bersihkan dirimu dan gantilah pakaianmu, lalu turun ke ruang keluarga, ada yang ingin kami sampaikan.“

Mendengar perintah Nyonya Thomson, Austin langsung mengiyakannya dan masuk kembali ke dalam kamarnya. Nyonya Thomson langsung turun ke bawah menunggu kehadiran Austin, begitu juga dengan Tuan Thomson dan yang lainnya. Mereka sangat penasaran seperti apa wajah pria yang akan membuat Kenny memiliki setengah kekakayaan Thomson.

Begitu Austin turun, semua mata memandang kagum kepadanya. Wajahnya yang tampan, serta pakaian yang rapi membuatnya semakin rupawan. Tapi sayang, saat mereka mengingat Austin hanya dipungut dari jalan, mereka langsung memalingkan wajahnya.

“Tampan sih, tapi sayang gembel!” ucap Dora dengan wajah congkaknya.

“Wah… tampan sekali calon cucu mantuku,” puji Tuan Thomson.

Austin hanya tersenyum menerima pujian dari Tuan Thomson, dia membungkukkan tubuhnya memberikan hormat pada anggota keluarga lainnya. Nyonya Thomson yang sedang berbahagia langsung menyuruhnya duduk di samping Kenny. Kenny tidak mengeluarkan ekspesi apapun, pria tampan sudah banyak ditemuinya, bahkan dia sering menolak ajakan dari para pria yang menyukainya.

“Pasti kamu bingung kenapa aku suruh ke sini? Perkenalkan, ini semua adalah anggota keluargamu yang baru,” ucap Nyonya Thomson memperkenalkan anggota keluarganya.

“Perkenalkan, aku suami dari wanita yang membawamu ke sini. Apakah kamu memliki keluarga lain atau kamu hanya seorang diri di dunia ini?” tanya Tuan Thomson.

“Aku tidak memiliki keluarga Tuan,” balas Austin dengan tubuh bergetar karena pertanyaan itu mengingatkannya pada keluarga yang baru saja tiada karena kekuatannya.

“Tidak masalah, sekarang kami adalah keluargamu, panggil aku Kakek sama seperti yang lainnya,” pinta Tuan Thomson.

Austin langsung memandang wajah Tuan Thomson dan memberikan senyumannya. Dia merasa bahagia dengan kebaikan dari pasangan tua ini. Kenny melihat senyuman Austin langsung tersihir dan ikut tersenyum. Nyonya Thomson melihat mereka bertukar senyum dan itu membuatnya bahagia. Tapi sayang, tidak dengan Julie, dia malah memandang sinis ke arah Austin. Dia menerima perjodohan ini dengan sangat terpaksa, jika bukan karena harta Thomson, pasti dia akan menolaknya dengan sangat keras.

“Aku senang kamu ada di sini, apakah kamu mau menjadi bagian dari keluarga Thomson?” tanya Nyonya Thomson.

“Tentu saja jika di izinkan,” jawab Austin.

“Tentu kami mengizinkannya, tetapi dengan satu syarat.”

“Apa syaratnya?” tanya Austin berpura-pura tidak mengetahui niat mereka yang sebenarnya.

“Kamu harus menikahi cucuku Kenny. Kalau kamu setuju, pernikahan akan kami laksanakan seminggu lagi,” balas Nyonya Thomson dengan sangat bahagia.

“Kenny?” tanya Austin dengan kepura-puraannya, padahal ia sudah mengetahui siapa wanita yang akan dijodohkan padanya.

“Iya! Anakku! Anak satu-satunya yang aku punya, kenapa?! Kamu tidak mau menikah dengan wanita cantik dan memiliki karir seperti anakku?!” timpal Julie dengan nada ketusnya.

Austin paham siapa Kenny yang akan dinikahinya, wanita itu adalah wanita yang membalas senyumannya.

“Tidak nek, aku tidak berani menolaknya, kalian sudah terlalu baik mau menampungku, bagaimana bisa aku mengecewakan kalian?” balas Austin.

“Bagus kalau begitu! Sadar diri juga kamu!”

“Bicara yang sopan Julie! Dia juga akan menjadi anggota keluarga kita."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status