“Siapa yang kamu ingin bunuh?!” seru Anton dari arah dalam–menghampiri Marcel dengan penuh amarah. “Berani sekali mulutmu berkata seperti itu!” Ferdi dan Marcel terkesiap melihat pria itu ikut turun ke bawah. Nyatanya tidak demikian, Anton turun ke bawah karena sudah mengetahui kalau Raja akan datang ke kantor. “Maaf, Pak. Jangan salah paham,” ucap Marcel. Lalu, dia menunjuk ke arah Raja. “Maksud saya pria sampah itu! Aku ingin sekali membunuhnya.” PLAK! Anton langsung menghadiahi sebuah tamparan keras pada Marcel. Kalau bukan karena mengingat pesan Raja, dia pasti sudah menghajar Marcel. Marcel terkesiap, tangannya langsung menutupi pipinya yang memerah membengkak. Sungguh, hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya yang harus mendapatkan 2 tamparan dari Ferdi, dan satu tamparan dari Anton. Ferdi sebenarnya sudah tahu kalau Raja adalah menantu dari keluarga Nugraha, tetapi karena dia harus menjaga sikapnya, lantas dia pun memilih bertanya pada Anton dengan sopan “Maaf, Pak. Se
“Apa maksudnya, Pak?” tanyanya dengan tatapan serius, tetapi senyum kecil perlahan terbit di bibirnya. “Bapak pasti bercanda, tidak mungkin saya bersujud di kaki pria rendahan seperti Raja.” Anton mengepalkan kedua tangannya, terhitung beberapa kali Marcel telah menghina sang penerus takhta keluarga Darmendhara di hadapannya. Sebenarnya tangannya mulai terangkat untuk menghajar pria itu, tetapi dia melihat tatapan Raja yang memberi pertanda kepadanya untuk tidak melakukan itu. Anton menatap tajam pada Marcel yang masih berlutut di bawah, “Aku semakin yakin mengapa keluarga Darmendhara ingin memutus kerja sama dengan perusahaan WNE Group, karena kamu …” dia menunjuk Marcel dengan wajah memerah. “tidak bisa menjaga sikapmu. Kerjaanmu hanya merendahkan orang lain. Aku jadi berpikir kembali untuk melaporkanmu pada putra Pak Banara, juga ke polisi.” Tak ingin keadaan semakin memburuk, Ferdi tiba-tiba memberikan pukulan tepat di wajah Marcel, bahkan darah segar mengalir dari hidung sang a
Raja tampak duduk di sofa, ruangan direktur. Di sampingnya ada Anton yang terus-menerus meminta maaf atas kelancangan sikapnya–walau itu hanyalah akting untuk menghukum Ferdi dan Marcel.“Tidak masalah. Justru kamu menjalankan tugasmu dengan baik,” ucap Raja setengah memberikan pujian. “Lupakan … ada hal penting lain yang ingin aku bahas denganmu.”“Apa itu, Pak Raja?” tanya Anton penasaran.“Aku ingin mengetahui informasi mengenai perusahaan Samudera Food Mandiri milik keluarga Nugraha.” Raja bertutur dengan wajah serius. “Apakah perusahaan mereka tidak pernah bekerja sama dengan Darmendhara Group?” tanyanya kemudian.“Tidak pernah sama sekali, Pak Raja. Dan menurut laporan, pendapatan perusahaan SFM terus-menerus mengalami penurunan,” ungkap Anton. “kalau Pak Raja ingin Prince Group menjalin kerja sama dengan perusahaan SFM, akan saya tangani segera. Saya yakin kalau tidak ada perubahan, perusahaan SFM akan pailit.”Raja mengernyitkan dahi. Ternyata selama ini Nugraha menyembunyikan
“Hubungi polisi sebelum pelarian Raja terlalu jauh!” titah Margareth terlihat sangat serius. “Sialan! Gara-gara dia, keluarga kita terkena masalah.”Radit mengangguk dan merogoh ponsel miliknya dengan semangat, “Mama tenang saja, aku nggak akan biarkan pria sampah itu kabur dari Kota.”Ayyara menghela napas panjang, dia pun berkata tegas, “Nggak perlu telpon polisi. Kalau memang kalungku palsu, aku yang tanggung jawab. Kalau perlu kalian awasi aku 24 jam!”Ayyara tak bisa menutupi kekesalannya. Sedari tadi dia berusaha menahan emosi, tetapi akhirnya tak kuat karena mereka terus-menerus menuduh sang suami.Radit pun mengurungkan niatnya untuk menelepon polisi, “Kamu belagu banget ya jadi orang. Baru jadi manajer aja sombongnya minta ampun,” sindirnya.“Oh ya dong jelas, kamu 'kan istrinya.” Margareth menanggapi dengan tatapan geram. “Kamu tuh ya bodoh banget jadi orang. Bisa-bisanya sampe sekarang masih percaya kalau kalung itu asli, padahal sudah jelas-jelas cuma barang kw. Kalau keja
“Bagaimana bisa?” ucap Margareth dengan tatapan mata tak percaya, tetapi dia segera mendongak dan berkata serius pada Joshua, “Saya sarankan Bapak segera mendatangkan ahli perhiasan sebelum terlambat, karena surat perhiasan yang dijaminkan Raja itu palsu.”Radit pun menyetujui, “Benar sekali. Raja hanya menantu miskin yang numpang hidup di keluarga kami, jadi bagaimana bisa dia punya uang untuk membeli sebuah perhiasan kalau bukan menipu?”Mendengar Raja dihina, Joshua tentu murka dan segera membelanya, “Lancang sekali kalian! Pak Raja bukanlah penipu, pihak rumah sakit sudah mengecek keaslian surat perhiasan yang dijaminkan Pak Raja, dan hasilnya asli.”Bahri, Margareth, dan Radit semakin tercengang. Bagaimana bisa?Kini giliran Bahri yang meluruskan, “Coba cek kembali keaslian surat perhiasan itu. Kami mengenalnya dengan jelas. Bahkan saat ini dia pengangguran, jadi rasanya mustahil dia punya kalung semahal itu.”Joshua sekilas mengepalkan kedua tangannya, kalau bukan karena teringa
Bahri, Margareth, dan Radit tercengang-cengang dan heran. Dan lagi-lagi mereka menyalahkan Raja yang telah memprovokasi Joshua.“Maaf … Apa salah kami? Sepertinya Bapak salah mengusir orang. Seharusnya Bapak mengusir dia,” kata Bahri sembari menatap tajam pada Raja. “Sok polos kamu, ya. Kamu menghasut Pak Joshua biar ngusir kami? Sadar dong jadi orang, jangan lempar batu sembunyi tangan” sindirnya.“Benar, Pak.” Margareth setuju. “Ruangan ini jadi tidak nyaman karena ada Sampah.” dia menatap geram pada Raja. “Tunggu apa lagi?! Sana keluar biar nggak mengganggu kenyamanan Papa.”Kini giliran Radit yang bersuara, “Jangan dengarkan pria sampah itu, Pak. Orangnya memang gila dan tukang fitnah.”Ayyara menangis dalam hati. Dalam benaknya, dia sudah tidak sabar ingin menjual kalung miliknya supaya bisa digunakan Raja untuk membuka bisnis. Mungkin dengan cara itu, semua orang terutama ketiga orang itu berhenti untuk menghina suaminya.Di titik ini, Joshua menunjukkan ketegasannya sebagai seo
“Kakek … Ara ….” dia menatap penuh arti pada Nugraha dan Ayyara. “Ceritanya panjang, nanti saja. Saat ini aku ingin sharing dengan kalian yang sudah banyak pengalaman, karena perusahaan menilaiku selama satu bulan ke depan.”Nugraha merubah posisinya yang sedari tadi hanya berbaring. Dengan dibantu Raja, dia menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang pasien, “Terima kasih,” ucapnya. Lalu, dia menatap sang menantu. “Apa yang bisa Kakek lakukan untukmu? Kakek siap membantumu sampai kamu diangkat menjadi karyawan tetap.” “Ayya juga siap membantu Mas Raja 24 jam. Ayya yakin Mas Raja pasti bisa,” tambah Ayyara dengan penuh semangat.Raja mengangguk dan merespon, “Terima kasih, hanya saja aku punya satu permintaan, tolong jangan beritahukan kabar ini kepada Paman, Tante, dan Radit.”Nugraha manggut-manggut pertanda mengerti maksud dari Raja, “Keputusanmu tepat. Kamu harus buktikan terlabih dahulu kalau kamu bisa menjadi karyawan tetap,” pujinya sekaligus memberi nasihat.Sebenarnya Ayyara i
“Kenapa bisa begini sih?” Lagi-lagi Ayyara menggelengkan kepala tak percaya. “Ada yang nggak beres. Aku nggak pernah berencana ngadain pesta mewah seperti ini.” “Ada apa? Apanya yang nggak beres? Pesta apa?” Nugraha semakin penasaran. Ayyara menunjukkan pesan itu pada Nugraha, juga pada sang suami. [Terkonfirmasi: Pesanan ruangan VVIP Hotel The King Star atas nama Ayyara Anindira pada hari ini jam 18:30.] Ayyara juga menunjukkan beberapa pesan dari teman-temannya yang memberikan selamat dan akan menghadiri pesta tersebut. “Mas gimana ini?” Ayyara mulai gelisah. “Ayo Mas temani Ara ke hotel buat klarifikasi kalau aku nggak pernah pesan sama sekali.” Sudah jelas Ayyara sangat gelisah, hotel The King Star adalah hotel bintang 5 yang terkenal di kalangan masyarakat tingkat tinggi. Butuh pegangan uang banyak untuk bisa masuk ke sana, apalagi memesan ruangan VVIP yang tentu membutuhkan biaya 3 kali lipat. Ayyara bukanlah orang kaya. Walau dia baru saja menjadi seorang manajer tim keu