Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 1112 Ada Tokoh Besar yang Datang Lagi

Share

Bab 1112 Ada Tokoh Besar yang Datang Lagi

Author: Sarjana
Melihat Pendo yang berlutut di bawah kaki Ardika dengan patuh itu, semua orang yang berada di tempat itu tidak bisa berkata-kata lagi.

Pria itu adalah seorang wakil ketua kantor polisi pusat Kota Banyuli. Walaupun kekuasaan dan pengaruhnya tidak bisa dibandingkan dengan keluarga kaya terkemuka, tetapi dia juga bukanlah orang yang bisa ditundukkan oleh sembarang orang.

Namun, pemandangan di luar nalar itu benar-benar terpampang nyata di hadapan mereka.

Kalau tidak memiliki latar belakang yang luar biasa, Ardika benar-benar adalah seseorang yang bertindak semena-mena!

"Bam!"

Ardika langsung menendang Pendo hingga terpental keluar, lalu berkata tanpa melirik pria itu sama sekali, "Pergi sana."

"Ayo pergi!"

Pendo menyeka bekas darah di sudut bibirnya, lalu segera merangkak bangkit. Dengan dipapah oleh beberapa orang anak buahnya, dia segera pergi meninggalkan tempat itu seperti orang yang sedang melarikan diri.

Saat ini, bahkan Humni juga menatap Ardika dengan sorot mata yang serius.

Dia a
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anca Le
terlalu ber
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1113 Wali Kota Banyuli Terdahulu

    "Oh? Tokoh besar? Siapa?"Ardika mengangkat alisnya, menatap Humni dengan tatapan penuh minat.Dia merasa sangat menarik.Keluarga Sudibya memang layak disebut sebagai keluarga terpandang, mereka memiliki banyak relasi, ibarat patah satu, tumbuh seribu.Sebelumnya, mereka memanggil Pendo yang merupakan wakil ketua kantor polisi pusat Kota Banyuli kemari. Sekarang, tokoh besar seperti apa lagi yang mereka panggil kemari?Namun, tentu saja Ardika tidak menganggap serius tokoh besar itu.Tidak peduli sebanyak apa pun orang yang datang hari ini, dia akan menyingkirkan mereka semua.Hari ini, dia sudah bertekad untuk menyiksa Yudin di bawah kakinya, menghancurkan harga diri pria itu sepenuhnya!Humni tahu Ardika tidak menganggap serius ucapannya. Dia tertawa dingin dan berkata, "Eh, Ardika, jangan bangga dulu.""Bagi Keluarga Sudibya, orang yang akan datang kemari ini tentu saja bukan apa-apa.""Tapi, di tempat kecil seperti Kota Banyuli ini, dia sudah dapat dipastikan sebagai tokoh besar y

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1114 Memangnya Kamu Bisa Mewakili Penduduk Kota Banyuli

    "Tuan siapa, ya?"Tidak tahu apakah karena ucapan Humni enak didengar, atau karena pria itu adalah orang Keluarga Sudibya, Tiano bersikap lebih sopan padanya.Humni menangkupkan tangannya dan berkata, "Namaku Humni, aku adalah ahli bela diri yang dipekerjakan oleh Keluarga Sudibya.""Ternyata Tuan Humni, ya."Tiano menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku dengar-dengar Tuan Muda Keluarga Sudibya mengalami sedikit masalah. Sebagai tetangga, wajar saja kalau aku datang membantu.""Perkenalkan, ini adalah cucuku, Ponipa Boganta. Ponipa, cepat kemari beri salam kepada tetua."Sambil berbicara, dia memanggil pemuda di belakangnya untuk memberi hormat kepada Humni.Tiano berinisiatif datang membantu, sebenarnya untuk membukakan jalan untuk cucunya.Sekarang dia sudah lanjut usia, dia berinisiatif keluar menunjukkan diri dan membantu orang lain, hanya karena mempertimbangkan masa depan anak cucunya.Humni tahu jelas pemikiran Tiano. Dia bersabar, memuji cucu pria tua itu, "Ponipa adalah anak

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1115 Mengandalkan Usia dan Pengaruh Lama

    "Oh? Kalau Wali Kota Banyuli sekarang bertemu dengan tua bangka itu juga harus hormat padanya?"Ardika tersenyum tipis sambil menatap Tiano. "Apa benar begitu? Memangnya dia siapa? Mengapa aku nggak tahu?"Sebagai Wali Kota Banyuli dan berada di sini saat ini, Ardika merasa ucapan Ponipa benar-benar konyol."Anak muda, kamu begitu arogan, sebenarnya apa latar belakangmu?"Ekspresi Tiano sudah sangat muram.Pendo menghubungi Tiano dengan dua tujuan, yaitu menyampaikan permintaan maaf kepada Keluarga Sudibya secara tidak langsung dan memberikan kompensasi atas kesalahannya yang langsung main "kabur" begitu saja karena digertak oleh Ardika.Tujuan yang lainnya adalah meminta bantuan Tiano untuk menguji identitas Ardika.Karena itulah, saat menelepon Tiano tadi, dia tidak memberi tahu pria tua itu ada kemungkinan Ardika adalah wali kota baru Kota Banyuli, bahkan dia juga tidak memberitahunya identitas lain Ardika.Saat ini, Tiano sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai Ardika.Humni berkat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1116 Menegur

    Setelah mendengar ucapan panjang lebar Ardika, semua orang di tempat itu tercengang.Eh ... ini ....Ardika tidak hanya memprovokasi Tiano lagi dan lagi.Saat ini, dia malah berani menegur Tiano dengan nada bicara layaknya seorang guru!Pemuda yang bahkan belum menginjak usia kepala tiga, hanya merupakan seorang bocah ingusan di hadapan Tiano yang merupakan wali kota terdahulu itu.Bagaimana dia bisa berani melakukan hal seperti itu?Dari mana sumber keberaniannya?Semua orang benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi. Mereka hanya merasa Ardika benar-benar tidak tahu diri.Sementara itu, Tiano sendiri sampai tertawa saking kesalnya. "Anak muda, aku sudah memakan asam garam kehidupan jauh lebih banyak dibandingkan kamu! Apa kamu pikir kamu berhak untuk menegurku?!""Aku sudah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, memperoleh banyak cinta dan dukungan dari penduduk kota.""Sedangkan kamu, aku dengar-dengar kamu adalah menantu benalu yang menjadi target makian banyak o

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1117 Pengaruh Sudah Memudar

    Selain Ardika dan Draco, semua orang di dalam vila langsung pasang kuping, mendengar dengan saksama.Mereka semua ingin mendengar jawaban Ridwan dengan jelas. Mereka ingin tahu pria itu akan memberi jawaban seperti apa.Mungkin karena nada bicara Tiano sedikit tegas, membuat orang di ujung telepon tertekan. Ridwan tidak membiarkan semua orang menunggu terlalu lama.Hampir begitu Tiano selesai berbicara, dia langsung berkata dengan tidak sabar, "Guru, mengapa Guru bisa bertanya seperti itu?""Bukan, bagaimana mungkin aku adalah pendukungnya?!"Nada bicara Ridwan terdengar cemas, seolah-olah terburu-buru ingin memutuskan hubungan dengan Ardika.Begitu mendengar ucapan Ridwan, semua orang langsung melemparkan sorot mata mengejek ke arah Ardika."Eh, Ardika, seperti ini maksudmu pengaruh memudar?""Kamu sudah lihat sendiri pengaruh Tuan Tiano, 'kan? Hanya dengan beberapa patah kata darinya, pendukungmu langsung mencampakkanmu tanpa ragu!""Kamu pikir kamu siapa? Berani-beraninya kamu bersi

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1118 Pertunjukan yang Menarik

    "Apa katanya? Dia nggak bisa melakukannya?!"Ucapan Ridwan terdengar jelas di telinga semua orang. Dalam sekejap, suasana menjadi heboh."Mengapa demikian? Ardika hanyalah menantu benalu Keluarga Basagita. Bisa-bisanya Pak Ridwan melawan guru sendiri demi dia? Aku nggak salah dengar, 'kan?!""Si Ardika sialan itu sudah meminjam pengaruhnya untuk menyinggung Tuan Muda Yudin dan menganggap remeh Tuan Tiano, mengapa Ridwan malah nggak menjatuhi hukuman padanya? Apa yang dipikirkan oleh Ridwan?"Semua orang tidak mengerti mengapa Ridwan bertindak demikian.Bukankah Ardika hanya seorang menantu benalu pecundang?Dengan masa depan cerah yang dimiliki Ridwan saat ini, seharusnya hanya dengan satu kalimat darinya saja, dia ada orang yang tak terhitung jumlahnya yang akan menghabisi Ardika, 'kan?Tiano sendiri juga tidak mengerti.Bahkan dia tidak menyangka Ridwan akan memberikan jawaban seperti itu. Dia tercengang sejenak.Setelah tersadar kembali, dia langsung marah besar. "Ridwan, apa maksud

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1119 Kamu Adalah Anggota Pasukan Khusus

    "Eh, tua bangka, kamu masih belum memetik pelajaran dari panggilan telepon yang diputus secara sepihak oleh Ridwan?"Melihat Tiano yang jelas-jelas sudah lanjut usia, tetapi masih begitu mementingkan harga diri dan tidak tahu membaca situasi itu, Ardika tidak bisa menahan diri dan menggelengkan kepalanya."Huh! Memangnya Ridwan siapa? Apa kamu pikir aku memedulikannya?"Tiano berkata dengan dingin, "Dia baru menjabat sebagai Wali Kota Banyuli sekitar dua atau tiga tahun saja, bokongnya bahkan masih belum panas menduduki posisi itu.""Selama aku buka suara saja, kamu lihat sendiri orang-orang di instansi pemerintahan Kota Banyuli akan mendengarkannya atau mendengarkanku!"Saat ini, Tiano masih dengan keras kepalanya beranggapan bahwa Ridwan adalah pendukung Ardika.Ridwan mengatakan tidak berani ikut campur dalam urusan Ardika pasti hanya alasan saja. Dia sengaja berbicara demikian di hadapan orang banyak.Intinya, latar belakang Ardika tidak mungkin sehebat yang dikatakan oleh Ridwan.

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1120 Utang Satu Tamparan Dulu

    Di Negara Nusantara, tim tempur adalah sebuah keberadaan yang sangat luar biasa.Tidak peduli seberapa arogan dan semena-mena keluarga kaya terkemuka, saat berhadapan dengan anggota tim tempur, mereka juga harus menjaga sikap mereka.Karena itulah, begitu mendengar Draco mengakui bahwa dia adalah anggota tim tempur.Bukan hanya Tiano yang terkejut setengah mati, bahkan Humni juga sedikit mengerutkan keningnya dan mengamati Draco dalam diam."Sobat, kamu berasal dari tim tempur mana?"Tiano mengajukan pertanyaan sekali lagi. Tanpa dia sadari, dia bahkan sudah mengubah panggilannya terhadap Draco.Namun, Draco tetap bersikap buruk seperti sebelumnya. Dia berkata, "Aku berasal dari tim tempur Kota Banyuli. Eh, tua bangka, kalau ada yang mau kamu katakan, cepat katakan! Kalau nggak ada, cepat enyah dari sini!"Tim tempur Kota Banyuli!Ternyata pria itu berasal dari tim tempur Kota Banyuli!Begitu mendengar ucapan Draco, jantung Tiano dan Humni kembali berdegap dengan kencang.Tim tempur Ko

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2346 Tamu Tak Diundang

    "Plak ...."Saat melewati anak buah Timnu itu, pria kurus tersebut langsung mengangkat lengannya dan melayangkan tamparan ke wajahnya.Anak buah itu mengeluarkan suara teriakan menyedihkan, terpental membentur dinding dengan darah menyembur keluar dari mulutnya, lalu terjatuh ke lantai dan tidak bergerak lagi.Hanya dengan pergerakan sederhana seperti mengangkat lengan saja, satu orang sudah terbunuh.Apalagi orang tersebut adalah anak buah Timnu!Menyaksikan pemandangan itu, dua orang ahli bela diri lainnya yang sedang membuka pintu baja Hainiken langsung ketakutan setengah mati.Namun, mereka sudah membuka pintu besi lainnya, menyesal juga sudah terlambat sekarang."Bam ...."Seorang pria kerdil menerjang keluar lagi. Dengan kepalanya yang botak, dia langsung menabrak ahli bela diri Hainiken yang menghalangi jalannya itu hingga tubuh orang tersebut terpental dan mengalami patah tulang."Timnu, kamu sedang menghadapi masalah? Berani-beraninya kamu membiarkan kami keluar!""Kamu nggak

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2345 Keluarkan Mereka

    Timnu menarik napas dalam-dalam, berusaha keras menahan aliran darah yang bergejolak dalam tubuhnya, agar tidak terjadi kejadian memalukan dirinya memuntahkan darah.Lengannya yang tadi berbenturan dengan lengan Ardika, juga sedikit bergetar.Dia mendongak menatap Ardika, ekspresi terkejut menghiasi wajahnya.Tadi saat tinjunya membentur tinju Ardika, dia merasakan kekuatan luar biasa besar yang belum pernah dirasakannya sebelumnya menjalar memasuki tubuhnya. Gelombang kekuatan dahsyat itu nyaris membuat dirinya terpental.Kalau bukan karena dirinya segera mengurangi kekuatan tersebut melalui gesekan dengan permukaan lantai, tubuhnya pasti akan mengalami cedera serius.Walaupun demikian, saat ini wajahnya juga berubah menjadi memerah, sekujur tubuhnya juga terasa tidak enak dan diliputi kekesalan."Bagaimana mungkin?"Dia menatap Ardika dengan tatapan sedikit tidak percaya. Mungkin karena aliran darah yang bergejolak dalam dirinya, saat ini dirinya diliputi gelombang keterkejutan.Seja

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2344 Melawan Timnu

    Timnu mengalihkan pandangannya dari jasad Lisman, lalu menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Yah, mungkin saja. Kamu memang sangat kuat.""Sayang sekali. Kalau kamu nggak memprovokasiku, mungkin kamu masih bisa menyembunyikan dan mengasah kemampuanmu tanpa menonjolkan diri selama beberapa tahun lagi . Setelah kamu benar-benar berkembang, mungkin aku juga bukan tandinganmu.""Sayang sekali, kamu nggak paham orang yang terlebih dulu menonjolkan diri, akan menghadapi serangan.""Jadi, Ardika, hari ini kamu pasti akan mati di Hainiken ...."Timnu menatap Ardika dengan sorot mata acuh tak acuh, seperti sedang menatap mayat yang sudah tak bernyawa.Di umur dua puluh tahun, Timnu sudah berkecimpung di dunia preman ibu kota provinsi.Dengan mengandalkan kekuatannya sendiri, dia berhasil mendapatkan posisinya sendiri.Dia bisa mencapai posisinya hari ini dengan menginjak-injak mayat musuh yang sudah tak terhitung jumlahnya.Bahkan di Organisasi Snakei pun, dengan mengandalkan kemampuannya sen

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2343 Membunuh Enam Orang Dalam Sekejap Mata

    Delapan orang ahli bela diri yang memiliki postur tubuh tinggi dan tegap itu juga berpencar ke segala sisi, memblokade jalan keluar Ardika.Mereka seolah-olah sudah bisa membayangkan pemandangan Ardika ditebas oleh Lisman menjadi dua bagian."Oh? Hanya begini?"Namun, tepat pada saat ini, terdengar suara acuh tak acuh Ardika.Tanpa mendongak, dia meraih sebuah bangku dengan ujung kakinya, lalu melemparkan bangku tersebut dengan kakinya."Bam ...."Bangku tersebut tampak seperti meteor. Dalam sekejap mata, bangku itu sudah bertabrakan dengan pedang dalam genggaman Lisman. Bangku itu langsung hancur berkeping-keping, pecahannya terbang ke segala arah."Pfffttt ...."Kecepatan pergerakan pecahan itu luar biasa cepat, beberapa orang ahli bela diri tersebut sama sekali tidak sempat menghindar.Ada yang kulitnya tergores hingga terkelupas dan kehilangan daya tempur.Ada pula yang tenggorokannya dan dahinya tertancap pecahan tersebut, hingga langsung tewas di tempat.Di antara delapan orang a

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2342 Kamu Tidak Punya Kesempatan Lagi

    "Eh, Ardika, lihatlah adik iparmu itu! Jelas-jelas dia sudah ketakutan setengah mati, tapi dia tetap menyuruhmu untuk lari. Hubungan antara kalian cukup erat, ya.""Tapi kalau ingin lari sekarang juga sudah terlambat. Hari ini kamu nggak akan bisa keluar dari Hainiken lagi!"Melihat Futari sampai sudah menangis sejadi-jadinya saking ketakutannya, Werdi, Raina dan yang lainnya tertawa dengan liar.Ardika sudah membuat mereka merasakan penghinaan yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya, bahkan memotong jari mereka dan membuat mereka menjadi target Organisasi Snakei, yang hanya bisa bersembunyi di dalam Hainiken dengan gelisah. Ardika benar-benar sudah membuat hidup mereka sangat menderita.Tentu saja mereka jauh lebih senang dibandingkan siapa pun saat melihat Ardika tertimpa masalah.Mengingat Ardika tidak mungkin bisa lolos lagi, Werdi menjadi makin bangga dan arogan.Dia melangkah maju dengan langkah kaki cepat, lalu berkata dengan ekspresi arogan, "Eh, Ardika, berlutut sekarang j

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2341 Hanya Seekor Anjing

    "Kamu nggak menyangka aku mengikuti alur permainan kalian, menyebabkan Sofian mati di tangan Werdi.""Saat kalian tahu aku bisa menghancurkan berlian dengan tangan kosong, ditambah lagi dengan hari ini Wilgo menarikku ke pihaknya.""Itulah sebabnya, kamu mulai panik.""Kamu takut aku benar-benar terlibat dalam persaingan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, lalu menyebabkan rencana besar majikanmu itu untuk mengendalikan cabang Provinsi Denpapan menjadi gagal.""Begitu aku di luar kendali, sebagai orang yang bertanggung jawab menjalankan instruksi dari majikan, kamu harus bertanggung jawab besar.""Karena itulah, kamu sudah nggak bisa menahan diri lagi dan mengirim orang untuk menculik Futari, memaksaku datang ke Hainiken. Kamu ingin menyingkirkan aku, yang merupakan faktor di luar kendali ini selamanya.""Tapi, kamu lupa satu hal. Bagaimana kalau serangkaian kejadian ini adalah apa yang kuinginkan?"Ardika menatap Timnu sambil tersenyum tipis.Saat ini, dia terkesan seperti sos

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2340 Rahasia Hainiken

    "Tujuanku bukan ingin keluar dari sini hidup-hidup."Ardika menggelengkan kepalanya, lalu menatap Timnu dengan tatapan sangat serius dan berkata dengan acuh tak acuh, "Melainkan membawa mayatmu dan mayat Werdi keluar dari sini.""Bukankah Organisasi Snakei meminta kalian untuk menyerahkan pelaku pembunuhan Sofian sebelum siang ini?""Aku akan mengabulkan keinginan kalian."Melihat ekspresi penuh percaya diri Ardika, Timnu mengerutkan keningnya.Dia menoleh dan melirik Lisman sekilas.Lisman segera melangkah maju dan berkata dengan suara rendah, "Kak Timnu, orang-orang kita sudah mengawasinya, nggak ada orang-orang yang mencurigakan."Di seluruh Hainiken adalah orang-orang mereka. Ardika memang hanya masuk seorang diri."Kak Timnu, bocah ini berani bersikap begitu arogan, itu artinya dia nggak menganggap serius kamu!"Lisman memelototi Ardika dengan tajam.Malam dua hari yang lalu, dia kalah telak dari Ardika. Setelah berlutut di hadapan Ardika tepat di depan banyak orang, dia baru berh

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2339 Membiarkan Mayatmu Tetap Utuh

    "Uh ... uh ...."Ketiga orang pembunuh itu menutupi tenggorokan mereka dengan tidak percaya. Dengan diliputi perasaan tidak terima, tubuh mereka terkulai tak berdaya di lantai.Sementara itu, Ardika sama sekali tidak terluka, juga tidak ternodai oleh noda darah.Dia langsung menendang ketiga mayat itu, lalu menggunakan tisu untuk menyeka tangannya. Kemudian, dia turun ke lantai satu dengan santai."Bam!"Ardika menendang pintu baja di lantai satu hingga terbuka.Aula yang besar dan luas dengan pencahayaan redup terlihat di depan mata Ardika.Di antaranya, ada banyak pintu baja lainnya yang menuju ke arah yang berbeda.Dalam sekejap, Ardika bisa merasakan aura jahat menyelimuti seluruh tempat itu.Seakan-akan di balik pintu-pintu baja tersebut adalah kandang-kandang.Setiap kandang itu mengurung seekor binatang buas Kota Jewo! Selama kandang itu dibuka, maka binatang buas tersebut akan memilih dan melahap targetnya!"Plok ... plok ... plok ...."Terdengar suara tepukan tangan yang tidak

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2338 Niat Membunuh

    Ardika tidak menyadari keberadaan para nona dan tuan muda yang datang untuk menyaksikan pertunjukan itu.Biarpun dia menyadari keberadaan mereka, dia juga tidak akan memedulikan serangga-serangga yang hanya bisa bersembunyi dalam kegelapan itu.Dengan langkah mantap, dia berjalan memasuki pintu utama Hainiken yang terbuka lebar itu. Seorang pelayan yang membawa sebuah nampan berjalan menghampirinya."Tuan, untuk sementara waktu ini Hainiken berhenti beroperasi. Tuan datang kemari ada keperluan apa, ya?""Aku datang mencari Timnu."Ardika melirik pelayan yang rambutnya diikat satu dan kulitnya putih mulus itu sekilas, lalu mengambil segelas minuman yang telah dilengkapi dengan sedotan kertas di nampan pelayan tersebut."Ternyata Tuan Ardika, ya."Pelayan itu membungkukkan badannya, lalu mengulurkan lengan panjangnya dan berkata, "Pak Timnu berada di lantai tiga bawah tanah. Silakan lewat sini, aku akan membawa Tuan ke bawah."Ardika mengangguk, lalu berjalan menuju ke arah lift dengan l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status