Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 1403 Mengambil Keuntungan

Share

Bab 1403 Mengambil Keuntungan

Author: Sarjana
Karena itulah, Ardius merasa tingkah laku Ardika saat ini sangat masuk akal.

Kalau situasi terus berlanjut seperti sekarang ini, tak lama kemudian Ardika pasti tidak sadarkan diri lagi karena mabuk.

Saat itu tiba, dia punya seribu macam cara untuk menghadapi Futari, gadis yang sudah sangat diinginkannya itu.

Melihat rencananya malam ini sudah setengah sukses, Ardius merasa sedikit bangga. Dia segera memberikan isyarat mata kepada orang-orang lain.

"Sini, sini, sebelumnya kalian semua sudah menyinggung Kak Ardika. Kebetulan sekali, kalian bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk bersulang untuknya, agar dia memaafkan kalian!"

Begitu mendengar instruksinya, beberapa orang pria dan wanita muda lainnya tentu saja segera maju.

"Kak Ardika, kejadian tadi adalah salah kami, mulut kami nggak terkontrol. Tolong jangan dimasukkan ke dalam hati, ya. Aku bersulang untukmu!"

Beberapa orang pria yang berkomplot dengan Ardius, juga mengucapkan kata-kata yang enak didengar.

Ardika sama sekali tidak meno
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2736 Menggeledah

    Saat ini, Gandhi tidak berniat untuk mencari perhitungan dengan Ardika.Karena di matanya, Ardika sudah seperti orang mati.Dia sudah mengenal Matthew saat mereka masih berada di Kota Gamiga. Mereka makan, minum, bermain wanita dan berjudi bersama-sama, ditambah lagi dia sengaja menjilat sosok tuan muda yang satu itu, Matthew sudah menganggapnya sebagai teman baik sejak lama.Selain itu, dia juga tahu Matthew sangat dimanjakan oleh Keluarga Xedar Kota Gamiga. Orang tuanya selalu mengabulkan semua permintaannya.Kali ini, selama dia menyenangkan hati Matthew, maka mengamankan kerja sama dengan Rumah Sakit Marim bukanlah hal yang sulit baginya.Inilah alasan mengapa Gandhi begitu percaya diri.Namun, hal yang paling penting di sini adalah bagaimana caranya menyenangkan hati Matthew.Sebelumnya, walaupun dia telah memikirkan berbagai macam cara, tetapi tetap saja masih selangkah lagi sebelum dia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Sementara itu, Matthew adalah tipe orang yang tidak a

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2735 Menggelar Karpet Merah Terlebih Dulu

    "Ardika, apa kita benar-benar perlu menghadiri pesta koktail Tuan Muda Matthew itu?""Pasti ada jebakan. Sebaiknya aku telepon dan tanyakan dulu."Rosa mengeluarkan ponselnya dengan diliputi perasaan agak khawatir. Dia punya banyak teman di ibu kota provinsi.Karena Gandhi mengatakan Tuan Muda Matthew itu telah mengundang banyak nona dan tuan muda ibu kota provinsi, kalau begitu beberapa orang temannya pasti akan menghadiri pesta itu.Tak lama kemudian, Rosa meletakkan ponselnya. Dia berkata, "Aku sudah bertanya pada beberapa orang temanku, mereka semua mendapatkan undangan. Sepertinya Tuan Muda Matthew itu memang menyelenggarakan pesta koktail, bukan secara khusus menyiapkan perangkap untuk kita.""Selain itu, aku juga sudah mencari tahu informasi tentang Tuan Muda Matthew itu.""Orang ini bernama Matthew Xedar, adalah putra bungsu dari Kepala Keluarga Xedar Kota Gamiga saat ini. Dia punya seorang kakak bernama Marthias Xedar.""Orang yang satu ini cukup berkemampuan. Sebelumnya, dia

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2734 Pesta Koktail

    Rosa mengangkat alisnya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Biarkan dia masuk."Tak lama kemudian, Gandhi yang wajahnya memancarkan aroma obat yang pekat berjalan memasuki ruangan. Dia terlebih dulu memelototi Ardika dengan sorot mata tajam, lalu mengeluarkan dua lembar undangan dan melemparkannya pada Rosa tanpa mengucapkan sepatah kata pun."Hotel Hihes, jam dua belas siang, pesta koktail?"Rosa mengambil undangan tersebut dan melihatnya sejenak. Kemudian, dia melemparkan sorot mata acuh tak acuh ke arah Gandhi dan berkata, "Pak Gandhi, apa maksudmu dengan ini? Mengundangku dan Pak Ardika untuk menghadiri pesta koktail? Menurutku, hubungan kita nggak sedekat itu, bukan?"Gandhi melirik Rosa dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dengan sorot mata agak aneh, seperti sedang menilai sebuah objek. Sorot matanya itu membuat Rosa sangat jijik."Gandhi, kalau kamu nggak ada urusan lain lagi, kamu sudah boleh pergi sekarang. Aku masih harus bekerja!"Rosa melontarkan beberapa patah kata itu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2733 Mengungkapkan Identitas

    "Eh, Ardika, bukankah kamu sangat hebat dalam membual, huh?""Kalau begitu, mari kita lihat bagaimana kamu bisa mengamankan kerja sama dengan Rumah Sakit Marim hari ini juga!""Sebelum jam dua belas malam, kalau kamu benar-benar bisa mengamankan kerja sama itu, biarpun aku harus merangkak sampai besok pagi, aku juga akan merangkak keluar dari Grup Gozam.""Para petinggi perusahaan di tempat ini menjadi saksinya!"Ardika menyunggingkan seulas senyum dan berkata, "Baiklah, kalau begitu sudah sepakat."Melihat pertarungan antara dua orang itu sudah makin sengit, para petinggi perusahaan mengangguk, menunjukkan sikap seolah-olah berperan sebagai penonton.Sebelum hasil akhirnya keluar, mereka tidak berani memihak pada siapa pun dengan sembarangan."Kalau begitu, rapat dibubarkan!"Rosa beranjak dari tempat duduknya. Setelah mengucapkan satu kalimat itu, dia langsung berbalik dan pergi.Setelah kembali ke ruangannya, Rosa tahu Ardika tidak suka minum kopi, jadi dia menyeduhkan segelas teh s

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2732 Tidak Perlu Tiga Hari

    Ahli dalam memainkan taktik.Saat ini, Rosa menatap Ardika, tiba-tiba muncul empat kata itu dalam benaknya.Taktik yang dimainkan oleh Ardika sangat sederhana dan langsung, tetapi sangat efektif.Hanya saja, sekalipun orang biasa mengetahui taktik-taktik ini, juga tidak bisa memainkannya.Hanya Ardika, seseorang yang bisa menekan lawan sepenuhnya baik dalam hal kekuatan, kemampuan, mental, maupun aura, yang bisa menggunakan taktik seperti itu dengan santai dan natural.Itulah sebabnya Gandhi baru bisa berakhir begitu menyedihkan, diinjak mati oleh Ardika, tidak punya kesempatan untuk membalikkan keadaan lagi.Saat ini, siapa lagi di antara para petinggi perusahaan itu yang ingat untuk menekan Rosa bersama Gandhi.Tidak ada yang bisa menolak uang.Dibandingkan dengan Gandhi yang selalu memeras mereka, Rosa dan Ardika benar-benar bermurah hati.Selama mereka berkemampuan dan memberikan kontribusi untuk perusahaan, mereka akan mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan.Biarpun sekar

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2731 Tidak Berani Keberatan

    "Pak Gandhi, jadi orang itu nggak bisa terlalu nggak tahu malu ...."Tanpa perlu Ardika buka suara sendiri, ada banyak petinggi perusahaan yang mulai melontarkan kata-kata sindiran pada Gandhi.Selain itu, kalimat yang mereka ucapkan, makin lama makin menjengkelkan. Saking kesalnya, ekspresi di wajah Gandhi berubah lagi dan lagi.Semua orang tahu jelas apa yang harus mereka lakukan dalam situasi seperti ini.Kalau hari ini mereka tidak menginjak mati Gandhi, maka nanti mereka bukan hanya akan terus menjadi sapi perah Gandhi, mereka bahkan harus menghadapi pembalasan gila-gilaan dari pria itu.Kalau begitu, sebaiknya mereka menginjak mati pria itu saja sekalian! Tidak memberi pria itu kesempatan untuk membalikkan keadaan lagi!Melihat pengaruhnya sudah memudar bahkan sudah hampir hilang, Gandhi berdiri mematung di sana, menatap Rosa dan Ardika dengan lekat. Sorot matanya tampak berkedip.Beberapa saat kemudian, dia baru menghela napas, lalu membungkukkan badannya dan berkata, "Maaf, Bu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status