Raut wajah Matthew langsung berubah menjadi pucat pasi.Namun, menghadapi pertanyaan yang ditujukan oleh Ardika padanya, dia tidak berani ragu-ragu. Dia segera mengangguk dan berkata, "Ya, ya, ya! Terlalu ringan!""Tuan Muda Ardika masih ingin bajingan ini membayar harga apa, silakan beri instruksi saja!"Biarpun ekspresinya sangat muram, Felisha buru-buru menimpali.Ardika berdiri, melirik peti mati yang sudah terletak di lantai sedari tadi, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Dengan mempertimbangkan ibumu, kali ini peti mati itu nggak perlu digunakan lagi.""Patahkan saja satu lenganmu lagi.""Kalau lain kali kamu berani memprovokasiku lagi, kamu harus berbaring di dalam peti mati itu sendiri."Ekspresi Matthew pucat pasi seperti selembar kertas putih, sekujur tubuhnya juga gemetaran dengan tak terkendali.Patah satu lengan saja sudah sangat tersiksa, sekarang Ardika malah ingin satu lengannya lagi juga dipatahkan."Terima kasih banyak telah berbelas kasihan, Tuan Muda Ardika! Terima
Sekujur tubuh Matthew gemetaran sejenak. Dia mengangkat kepalanya, lalu berkata dengan ekspresi sedih, "Sebelum jam tiga sore, berlutut di depan pintu Grup Gozam dengan membawa kesepakatan kerja sama Rumah Sakit Marim.""Hmm, ingatanmu cukup bagus."Ardika mengulurkan lengannya dan berkata, "Kalau begitu, apa kamu sudah bawa kesepakatan kerja sama itu kemari?"Matthew menoleh, melemparkan sorot mata meminta bantuan pada ibunya.Felisha langsung mengambil setumpuk dokumen dari anak buahnya, lalu melangkah maju dan berkata, "Tuan Muda Ardika, sekarang seluruh Rumah Sakit Marim adalah milik Tuan Muda. Mengenai kesepakatan kerja sama, hanya butuh perintah dari Tuan Muda saja.""Kalau Tuan Muda menginginkannya, langsung telepon saja. Aku akan mengantarkannya secara pribadi untuk Tuan Muda.""Untuk apa Tuan Muda sampai bersusah payah pergi ke Hotel Hihes secara pribadi ...."Felisha membungkuk sembilan puluh derajat di hadapan Ardika, menyodorkan dokumen pada Ardika sambil tersenyum, berbica
Namun, Wilgo juga adalah orang yang berpengalaman, dia tahu bagaimana caranya meredakan situasi canggung ini. Dia langsung tertawa dengan santai seolah-olah tidak ada yang terjadi, lalu berbalik dan berkata pada Rosa, "Rosa, karena Tuan Muda Matthew sudah menunjukkan ketulusan seperti ini, maka hari ini Ayah mewakilimu untuk memaafkan Tuan Muda Matthew, ya.""Bagaimana?"Rosa tidak menanggapi Wilgo, secara naluriah dia mengalihkan pandangannya ke arah Ardika.Walaupun dia sendiri juga tidak tahu jelas apa yang sebenarnya terjadi, tetapi dia sangat yakin Felisha bisa membawa Matthew ke Grup Gozam untuk membuat pertunjukan seperti ini, pasti ada hubungannya dengan Ardika.Sekarang dia baru tahu kenapa sebelumnya Ardika berkata dengan penuh percaya diri bahwa Matthew pasti akan datang ke Grup Gozam dan berlutut meminta maaf tepat pada jam tiga.Jadi, Rosa tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia langsung membiarkan Ardika untuk memutuskan hal ini."Nggak, nggak bisa diterima."Ardika tiba-
Kalau bukan karena sebelumnya dia sudah menekan wanita itu dengan sangat mengintimidasi, sikap arogan wanita tersebut tidak kalah dari putranya, bahkan jauh lebih arogan dibandingkan putranya.Sikap arogan Matthew ini sepenuhnya adalah duplikat dari sikap arogan Felisha sebagai ibunya itu.Hanya saja, setelah berkali-kali ditekan oleh Ardika dengan sangat mengintimidasi, Felisha baru berubah menjadi tunduk.Jadi, alasan Felisha membuat pertunjukkan ini, bahkan memberi tahu Ardika mereka boleh menghabisi putranya dan dia sama sekali tidak akan berkomentar apa pun, itu hanya sedang memainkan peran sedih untuk ditunjukkan pada Ardika, berharap Ardika bisa melepaskan Matthew, jangan benar-benar menghabisi putranya yang satu ini.Namun, saat kata-kata Felisha ini masuk ke telinga Wilgo dan yang lainnya, mereka mengartikannya dengan berbeda.Sebelumnya mereka mengira Felisha datang dengan membawa begitu banyak orang, bahkan menyuruh putranya untuk berlutut adalah tanda-tanda akan meledakkan
Putranya mengalami penderitaan seperti itu, tetapi Felisha tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Wanita itu tampak acuh tak acuh melihat putra kandungnya menderita.Seolah-olah yang di hadapannya itu hanyalah sampah yang bisa dihabisi kapan saja, bukan putranya sendiri.Dengan raut wajah dingin, dia menegur putranya dengan marah, "Cepat minta maaf pada Bu Rosa!""Kalau Bu Rosa nggak puas, akan kuhabisi kamu!""Aku bahkan sudah membelikan peti mati untukmu!"Begitu Felisha selesai berbicara, kerumunan orang-orang di belakangnya langsung membuka jalan. Kemudian, ada beberapa orang pria kekar berjalan ke depan dengan mengangkat sebuah peti mati, lalu melemparkan peti mati tersebut ke lantai dengan iringan suara "bam".Menyaksikan pemandangan itu, kelopak mata Wilgo dan yang lainnya langsung melompat dengan cepat, merasa hal ini benar-benar di luar nalar.Di bawah tatapan tidak percaya Gandhi dan yang lainnya, tanpa memedulikan satu lengannya yang dalam kondisi patah itu, Matthew yang
Makin lama, Wilgo makin meyakini Felisha bersikap sopan seperti ini pada dirinya pasti karena dia akan segera menjadi ketua cabang Provinsi Denpapan.Dia berpikir, 'Ah, pasti setelah mendengar putranya menyinggung putriku, dia datang secara pribadi untuk meminta maaf.'Bagaimanapun juga, ke depannya Felisha masih harus berbisnis di ibu kota provinsi. Ditambah lagi, terlepas dari betapa arogannya Keluarga Xedar, Organisasi Snakei tetap merupakan penguasa ibu kota provinsi.Dengan kata lain, peran Keluarga Xedar adalah tamu, sedangkan Wilgo sendiri adalah tuan rumah.Setelah berpikir demikian, Wilgo langsung merasa semangat. Dia tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Nyonya Felisha terlalu sungkan. Dulu kita sudah pernah berinteraksi, mungkin ke depannya kita juga akan sering berinteraksi.""Nyonya Felisha bersedia datang berkunjung, adalah sebuah kehormatan bagi Grup Gozam."Walaupun ucapan Wilgo terkesan seperti sedang berbasa-basi, tetapi ada makna tersirat dalam ucapannya itu. Kemudian