LOGINNamun, bahkan dengan identitas orang-orang ini yang kelihatan dari luar sana, mereka sudah juga merupakan tokoh hebat bagi Sutandi.Bagaimanapun juga, pendukung mereka adalah Organisasi Snakei. Ini saja sudah cukup.Seharusnya Vita membantu bisnis Sutandi berdasarkan instruksi dari Ardika melalui orang-orang ini.Beberapa orang tokoh hebat ini jelas tidak terlalu menganggap serius Ardika. Setelah Sutandi mengenalkan pemuda itu pada mereka, mereka juga hanya beranggapan Sutandi hanya ingin membantu generasi muda. Karena itulah, mereka pun menanggapi sekadarnya saja, mengucapkan kalimat seperti pemuda ini cukup baik dan semacamnya.Walaupun Sutandi merasa kecewa, tetapi dia juga tidak tergesa-gesa.Dia hanya membukakan jalan bagi Ardika. Adapun mengenai apakah pada akhirnya Ardika bisa menjalin hubungan dengan Organisasi Snakei atau tidak, itu tergantung pada Ardika sendiri.Ya, benar. Sekarang Sutandi sama sekali tidak menentang Ardika menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh hebat.Saat in
Di mata orang-orang yang menghadiri pertemuan tersebut, citra Ardika makin baik seiring dengan kedatangan Hilto.Namun, Ardika tetap tidak memedulikan hal-hal seperti itu.Orang-orang meremehkannya, dia tetap bisa menghadapinya dengan tenang.Dengan pengalaman hidupnya, mentalnya sudah terlatih kuat, bisa menghadapi situasi apa pun dengan tenang.Hilto juga tidak berlama-lama di vila. Setelah duduk dan minum teh bersama Ardika, dia langsung pamit undur diri.Bagaimanapun juga, dia adalah seorang anggota instansi pemerintahan. Menghadiri pertemuan dengan tamu undangan dari berbagai kalangan seperti ini, memang kurang pantas."Ardika, sepertinya Pak Jace sangat memandang tinggi kamu. Tadi untung saja ada kamu. Kalau nggak, Kakak pasti nggak akan memberi kami muka seperti itu!"Setelah Hilto pergi, Leane berkata sambil tersenyum cerah.Dulu dia sangat tidak menyukai Ardika, tetapi malam ini makin dilihat, dia menjadi makin menyukai murid suaminya ini.Boleh dibilang, di antara orang-orang
Sementara itu, ekspresi Sutandi juga terlihat agak rumit dan getir. "Benar saja, hanya Kakak yang bersedia datang. Orang-orang Keluarga Yasin lainnya masih merasa kita nggak selevel dengan mereka, nggak bersedia menghadiri pertemuan keluarga kita."Walaupun berbicara demikian, Sutandi tetap membawa istri dan putrinya untuk menyambut kedatangan sosok tersebut.Pintu mobil sudah terbuka, seorang pria paruh baya yang tampak berwibawa pun keluar dari kursi pengemudi.Sosok tersebut berkemudi sendiri.Sementara itu, begitu melihat pria paruh baya yang turun dari mobil tersebut, Ardika mengangkat alisnya.Pria paruh baya itu adalah kenalannya, Hilto, Wakil Wali Kota Ibu Kota Provinsi, sekaligus Kapolda Ibu Kota Provinsi."Kakak, selamat datang!"Sutandi melangkah maju, lalu segera mengulurkan tangannya.Hilto tidak mengulurkan tangannya, dia mendengus dengan tidak senang dan berkata, "Baru menghasilkan uang nggak seberapa, sudah membeli vila sebagus ini, bahkan mengadakan pertemuan untuk pam
"Oh, begitu, ya."Ardika mengangguk, dia mengenal Hilto, Kapolda ibu kota provinsi.Kala itu, dia juga sudah tahu nama belakang Hilto dan Sutandi sama-sama Yasin, jadi dia sudah mulai berspekulasi apakah keduanya memiliki hubungan.Siapa sangka Sutandi, gurunya, benar-benar adalah anggota Keluarga Yasin yang itu.Sutandi melambaikan tangannya dengan tidak senang dan berkata, "Anggota Keluarga Yasin apanya? Hal-hal seperti ini nggak perlu dipamerkan di hadapan Ardika, aku nggak pantas memiliki identitas ini.""Kenapa? Apakah hubungan Guru dengan Keluarga Yasin nggak baik?" tanya Ardika sambil mengerutkan keningnya.Sutandi tersenyum getir dan berkata, "Bukan hanya sekadar nggak baik. Perumpamaannya begini. Hubunganku dengan Keluarga Yasin, sama seperti hubunganmu dengan Keluarga Mahasura.""Jujur saja Ardika, aku juga seperti anak yang telah dicampakkan oleh Keluarga Yasin. Jadi, kala itu aku begitu menjagamu, juga bukan sepenuhnya karena kasih sayangku padamu.""Aku juga merasakan hal
"Adapun mengenai hubungan pertemanan, yah kalau hanya menjalin hubungan pertemanan pribadi dengan Nona Hana, aku nggak keberatan.""Tapi kalau hubungan pertemanan semacam yang kamu jalin dengan Jerfis itu, sebaiknya lupakan saja.""Berbicara nggak mengenakkan, aku nggak pernah merasakan kesan baik terhadap orang Negara Jepara."Hana menunjukkan ekspresi sedih dan berkata, "Aku tahu ada banyak rakyat biasa Negara Nusantara yang nggak menyukai orang Negara Jepara, tapi aku nggak menyangka bahkan orang yang begitu luar biasa seperti Tuan Ardika pun, memiliki pandangan seperti itu."Ardika tertawa mengejek dirinya sendiri sebelum berkata, "Aku ini hanyalah seorang menantu benalu yang dipandang rendah oleh semua orang. Nona Hana, kenapa kamu bisa merasa aku lebih terhormat dibandingkan rakyat biasa?"Ardika paling membenci orang yang mengelompokkan orang lain berdasarkan latar belakang dan kedudukan. Jadi, tentu saja dia tidak akan menjadi orang yang dibenci oleh dirinya sendiri.Malas meli
Ardika tersenyum tipis dan berkata, "Hmm paling nggak, yang kuketahui lebih banyak dari yang kamu bayangkan.""Oh? Benarkah? Sepertinya kami sangat kecewa dengan kinerja intelijen Tuan Ardika."Hana sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, mengekspos lehernya yang putih dan jenjang itu, serta dua gundukan indah yang bisa membuat pria bergairah itu. Nada bicaranya juga berubah menjadi lembut. "Hal-hal yang kuketahui tentang Tuan Ardika terlalu sedikit.""Tapi makin kugali, aku makin penasaran padamu, Tuan Ardika.""Aku makin ingin tahu segalanya tentangmu ...."Di bawah pencahayaan redup, Hana menciptakan suasana yang ambigu.Tidak tahu sejak kapan, di bawah meja, kaki kecil telanjangnya itu sudah bersandar dengan ringan pada kaki Ardika.Harus diakui bahwa wanita ini adalah makhluk yang indah.Sekujur tubuhnya, paling tidak semua bagian yang bisa terlihat saat ini, semuanya sempurna.Bahkan kaki kecilnya yang ringan itu, juga memiliki daya tarik yang mematikan terhadap pria yang memili







