LOGINSelama ini Grup Hatari berada dalam kendali Luna, Keluarga Bangsawan Basagita SurabaSelain pengkhianatan para petinggi perusahaan, untuk sesaat Ardika tidak bisa memikirkan bagaimana caranya Lesti bisa mencopot Luna dari jabatannya sebagai presdir perusahaan dalam kurun waktu sesingkat itu."Nggak, para petinggi perusahaan sangat setia pada Bu Luna."Vania menceritakan apa yang telah terjadi. "Hanya saja, Lesti membesar-besarkan kejadian kamu memukuli dan melukai Citra, ingin mencopot Bu Luna dari jabatannya dan mengangkat Citra sebagai presdir baru.""Dia memanggil semua petinggi perusahaan ke rumah sakit, nggak ada satu pun di antara petinggi perusahaan itu yang setuju.""Tapi, seorang anak buahnya yang bernama Nevah sangat menakutkan. Wanita itu sangat ahli dalam bela diri dan sangat kejam. Siapa pun di antara petinggi perusahaan yang nggak setuju, dia akan langsung mematahkan lengan dan kaki orang itu.""Bu Luna nggak ingin melihat para petinggi perusahaan menderita. Pada akhirnya
"Pak Gabriel, 'kan?"Ardika melirik Gabriel sekilas. Kalau bocah ini tidak berinisiatif menghampirinya, dia hampir lupa ada orang ini di sini.Apa boleh buat, kali ini datang terlalu banyak orang, satu kelompok demi satu kelompok."Panggil aku Gabriel saja, panggil aku Gabriel saja!"Gabriel berbicara sambil tersenyum. Namun, dengan wajahnya yang sedang babak belur saat ini, membuatnya terkesan agak konyol.Ditambah lagi, dia juga sudah berusia empat puluhan tahun. Hal ini membuat para murid cabang Provinsi Denpapan yang mendengar ucapannya ini, langsung melemparkan sorot mata meremehkan ke arahnya."Nggak perlu gugup."Ardika menepuk-nepuk pundaknya dan berkata dengan tegak, "Pak Gabriel, mulai sekarang tolong bantu jaga keamanan Klinik Torem. Ya, paling nggak, jangan sampai kejadian hari ini terulang lagi."Ardika sendiri sama sekali tidak memandang rendah Gabriel.Bagaimanapun juga, orang biasa juga punya cara bertahan hidup sendiri.Selama orang yang bersangkutan tidak berniat jaha
Sialan!Hanya menyuruh pria tua itu untuk menusukkan beberapa buah jarum perak saja, tetapi langsung memeras puluhan miliar darinya.Lunad benar-benar kesal setengah mati.Namun, saat ini Lunad hanya bisa menahan gejolak amarah yang menyelimuti hatinya itu. Ardika tidak membunuhnya saja, sudah termasuk memberinya kesempatan untuk bertahan hidup."Ayo, pergi!"Ardika membiarkan sekelompok orang itu pergi, dia berkata dengan acuh tak acuh menghadap punggung Lunad, "Aku membiarkanmu kembali hidup-hidup karena ingin kamu menyampaikan sebuah pesan pada majikan yang di belakangmu itu.""Kalau dia ingin melewati masa tuanya dengan tenang, jangan berulah. Jangan demi membalas budi, malah berakhir dengan nyawa sendiri yang melayang."Sangat jelas hari ini Lunad tiba-tiba membawa anggotanya kemari, pasti karena Jemi memohon bantuan Rusel.Tanpa mengetahui yang benar dan yang salah, pria itu langsung mengirim Lunad selaku ketua Aula Hukum secara terang-terangan datang kemari dengan membawa murid
Begitu mendengar ucapan ini, murid-murid itu langsung menghentikan langkah kaki mereka dengan ekspresi ketakutan.Wajah Lunad makin berkedut. Dia menatap Ardika dan berkata dengan marah, "Sebenarnya apa maumu?!"Dia tahu Ardika tidak berencana untuk membunuhnya.Namun, karena Ardika tidak berencana untuk membunuhnya, tetapi pria itu malah membiarkan dirinya dalam kondisi sekarat begini.Dia benar-benar tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh Ardika.Selain itu, terjebak dalam posisi seperti ini membuatnya merasakan penghinaan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.Ardika menunjuk dokter yang bertugas di Klinik Torem, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Hmm, membiarkannya menyegel pembuluh darahmu dengan akupunktur, lalu mencabut pedangnya saja sudah beres."Inilah alasan mengapa Ardika mengatakan Lunad tidak boleh pergi ke rumah sakit.Dokter yang bertugas di klinik itu mengangguk, lalu berkata, "Tuan Ardika benar. Kalau pembuluh darahmu nggak disegel, kondisimu sangat berbahaya."
Lunad sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Baginya, kalau bukan karena Vita bersikeras ingin melindungi Ardika, dia bisa menundukkan Ardika semudah menundukkan anak kucing atau anak anjing.Sekarang, berani-beraninya Ardika berbicara padanya dengan nada bicara seperti itu! Benar-benar seperti badut sialan yang bergantung pada kekuatan pendukung saja."Dasar lancang!"Melihat Lunad bersikap begitu lancang pada Ardika, raut wajah Vita langsung berubah menjadi muram. Dia hendak menyerang pada saat itu juga.Namun, Ardika malah melambaikan tangannya, lalu berjalan menghampiri dua belah pihak berlumuran darah yang tergeletak di lantai itu dengan langkah kaki perlahan.Melihat pemandangan itu, Lunad pun tertegun. Mengingat cara Ardika saat menghadapi murid Aula Hukum sebelumnya, dia langsung bersikap waspada.Walaupun sekarang kedua lengannya sudah terluka, tetapi kedua kakinya masih normal.Dengan kecepatannya, dia tidak punya kepercayaan diri bisa menghindari serangan Vita, tetapi A
Seperti serangan Lunad terhadap Cahdani sebelumnya, kecepatan saat dua bilah pedang itu berbalik sama sekali tidak berkurang. Dua bilah pedang tersebut membuat Lunad terpukul mundur, hingga pada akhirnya terpaku di dinding dengan keras.Sakit yang luar biasa langsung menjalar dari kedua sisi baju Lunad, membuat sekujur tubuhnya berkedut.Namun, rasa sakit ini bukanlah apa-apa bagi Lunad.Yang paling tidak bisa diterimanya adalah, saat berhadapan dengan Vita, dia berakhir sama seperti Cahdani si pecundang itu.Sambil menahan rasa sakitnya, Lunad menatap Vita. Raut wajahnya tampak sangat muram.Cahdani dan yang lainnya tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana cara Vita menyerang, tetapi Lunad sendiri bisa melihat dengan jelas.Pergerakan yang sangat sederhana.Sebelum dua belah pedangnya mengenai Vita, wanita itu hanya melambaikan pedangnya sejenak.Ya, hanya itu saja.Hanya dengan pergerakan santai itu saja, Vita sudah bisa menangani serangannya yang paling kuat, bahkan berbalik meluka







