"Ahhh ...."Seluruh permukaan kulit Irvy dan tulang-tulangnya, termasuk organ dalamnya terasa sangat sakit seperti tersayat-sayat oleh pisau.Seperti yang dideskripsikan oleh Sari sebelumnya."Irvy!""Irvy!"Seluruh Keluarga Liwanto langsung panik bukan main.Leon, Gustar dan yang lainnya buru-buru menerjang maju, tetapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa.Tuan Besar Liwanto juga bergegas maju. Dia menggunakan jarum perak untuk mengeluarkan darah racun dari dalam tubuh Irvy secara paksa, sehingga kondisinya sedikit membaik. Namun, ini masih jauh dari tahap racun telah ditawarkan.Walaupun Irvy tidak berteriak dengan menyedihkan lagi, tetapi serangkaian reaksi racun ini juga hampir membuatnya kehilangan setengah nyawanya. Dia berbaring di lantai dengan wajah yang makin kehitaman, napasnya juga mulai tersengal-sengal."Hei, aku ingin bilang jangan menyentuh racun ini.""Bahkan anak kecil berusia tiga tahun juga tahu nggak bisa memasukkan sembarang barang ke dalam mulut.""Lihatlah, inil
Sambil meracik, Sari sengaja menyebutkan nama dan khasiat herba-herba ini.Jelas dia sedang sengaja memamerkan kemampuannya. Dia ingin meredam api arogan Ardika. Pada saat bersamaan, dia juga ingin membuat lawannya itu merasa tertekan.Namun, saat dia tiba-tiba menoleh, dia malah terkejut setengah mati."Ardika, apa yang sedang kamu lakukan? Apa kamu ingin mati?!"Sari bertanya dengan nada bicara tajam.Karena Ardika tidak kelihatan panik seperti yang dia bayangkan, juga tidak meracik penawar, melainkan hanya duduk di sana dengan santai sembari menggunting kuku.Boleh dibilang penampilan Ardika saat ini terlihat sama sekali tidak menganggap serius duel ini, juga tidak menganggap serius racun yang telah masuk ke dalam tubuhnya itu!Dengan ekspresi muram, Sari kembali berkata dengan dingin, "Ardika, kalau kamu ingin mati, aku nggak menghentikannya, jangan sampai menyeretku masuk penjara!""Dengar baik-baik, setiap detik yang kamu buang-buang sekarang, pada akhirnya mungkin akan menjadi a
Sari juga mengangkat alisnya, menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya dan berkata, "Bagaimana kamu bisa tahu hanya dengan mengendusnya?"Melihat reaksi Sari ini, semua orang makin terkejut.Mereka mengira Ardika hanya asal bicara, siapa sangka ternyata apa yang dikatakannya itu memang benar.Seluruh Keluarga Liwanto menatap Ardika dengan tatapan terkejut seperti melihat hantu."Pasti dia asal tebak saja!"Sementara itu, Gustar dan Irvy diliputi amarah yang membara.Perasaan iri membuat orang menjadi tidak bisa berpikir logis, seakan-akan sudah menggila.Bisa-bisanya Ardika mengungguli mereka dalam hal obat-obatan, benar-benar telah menghancurkan kebanggaan mereka itu habis-habisan."Bagaimana aku bisa mengetahuinya hanya dengan mengendus? Tentu saja mengendus dengan menggunakan hidung.""Apa yang perlu dikejutkan?"Ardika menanggapi Sari dengan nada bicara santai, jelas tampak sangat percaya diri, seolah-olah hal ini hanya semudah makan dan minum baginya.Ucapan Ardika ini hampir m
Namun, Sari juga tidak berencana untuk mengalah pada Ardika. Dia langsung melangkah ke arah lemari-lemari obat tersebut.Di setiap laci kecil tersebut sudah dilabeli dengan nama herba. Namun, Sari sama sekali tidak melihat label-label itu. Herba apa pun yang diinginkannya, dia langsung maju, membuka laci dan mulai mengambilnya.Walaupun jenis herba di setiap ruang obat berbeda-beda, tetapi susunan garis besarnya sudah ada aturannya.Dilihat dari hal ini saja, sangat jelas Sari sudah familier dengan herba-herba ini.Tanpa butuh waktu lama, Sari sudah memilih belasan jenis herba, lalu menggunakan herba-herba ini untuk membentuk kombinasi yang berbeda-beda.Saat seorang ahli racun membuat racun, yang paling penting baginya adalah efektivitas.Karena sering kali ada kebutuhan dalam situasi mendesak, sama sekali tidak ada banyak waktu untuk merebusnya perlahan-lahan. Jadi, hanya bisa mengambil dan menggunakan herba apa pun yang ada di lokasi.Proses pembuatan racun juga sangat sederhana.Be
Sari menunjukkan ekspresi tidak terima.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau kamu takut mati, kita bisa menambah satu persyaratan, yaitu duel ini nggak sampai mengancam nyawa.""Setelah meresepkan racun, harus terlebih dahulu memikirkan resep penawarnya. Kalau pihak lawan mengaku kalah, harus segera menyerahkan penawar kepada lawan.""Kalau racun salah satu di antara kita mencelakai lawan hingga membuat lawan kehilangan nyawa, konsekuensinya adalah masuk penjara!"Tidak ada yang menyangka Ardika memilih untuk bersikap keras hingga akhir.Bahkan perasaan Raja Obat sendiri juga sudah mulai campur aduk. Mungkinkah pemuda ini benar-benar adalah ahli dunia medis yang tidak terkenal?"Oke, ayo kita duel!"Sari berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, dengar baik-baik, hari ini sudah dipastikan kamu harus bersujud sebanyak tiga kali!"Selesai berbicara, dia mengalihkan pandangannya ke arah Jifar dan berkata, "Tuan Besar, tolong izinkan kami gunakan ruang obat Kediaman Keluarga Liwanto seben
Sari menatap Ardika dengan sorot mata provokatif.Dia merasa Ardika bisa mengetahui kondisi tubuh Betty, bahkan gurunya, Raja Obat juga sampai meminta saran dari pria itu, seharusnya pria itu memang berkemampuan.Namun, dia tidak merasa Ardika bisa menang dalam duel racun dengannya."Nggak, duel ini nggak bisa dilakukan!"Begitu mendengar ucapan Sari, ekspresi seluruh Keluarga Liwanto langsung berubah drastis. Bahkan Jifar langsung berkata dengan dingin, "Ardika, kamu sendiri yang menimbulkan masalah ini, jangan menyeret Keluarga Liwanto dalam masalahmu.""Langsung berlutut dan bersujud memohon pengampunan dari Kak Raja Obat saja!"Berduel racun dengan murid Raja Obat.Bercanda?Tadi generasi muda Keluarga Liwanto saja sudah kalah telak di tangan Zilkri.Selain itu, kemampuan Sari masih di atas level Zilkri. Bagaimana mungkin Keluarga Liwanto bisa menang darinya?Walaupun Sari mengatakan seluruh Keluarga Liwanto boleh berpartisipasi.Namun, itu juga hanya sekadar omong saja.Bagaimana