Harga Diri Seorang Suami

Harga Diri Seorang Suami

Oleh:  Ayu Anggita  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
12 Peringkat
36Bab
525Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Gunawan dipecat dari jabatannya sebagai kepala pengawas di pabrik. Tak hanya itu, istrinya menggugat cerai dirinya dan mengusirnya dari rumah. Sebagai pria, Gunawan jelas tak terima. Ia berusaha untuk bangkit dan membuat orang-orang menyesal telah meremehkannya...!

Lihat lebih banyak
Harga Diri Seorang Suami Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Fazluna
Semangat Kak
2024-02-12 06:27:56
0
user avatar
Erlin Natawiria
wah, nemu lagi cerita yang dibawain tokoh utama cowok. semangat nulisnya, ya!
2024-02-11 13:12:07
0
user avatar
Dian Matahati
seru ceritanya ini
2024-02-10 22:16:56
0
user avatar
Rosa Rasyidin
semangat yaaa
2024-02-10 16:27:49
0
user avatar
Embusan Angin
smangat kakak
2024-02-09 17:07:25
0
user avatar
ismomos
bagus kak ceritanyaa, semangat yaa
2024-02-09 16:37:04
0
user avatar
Azzurra
semangat terus dalam berkarya kaka. Novelnya keren. sukses untuk Novelnya thor...
2024-02-09 16:17:54
0
user avatar
Iftiati Maisyaroh
Cerita kereeen............
2024-02-09 11:55:32
0
user avatar
Adny Ummi
lanjutz thoorr
2024-02-09 07:53:05
0
user avatar
YL Wanodya
Wah keren! Ditunggu upnya thoorr
2023-10-15 19:57:51
1
user avatar
Adny Ummi
lanjut, Thoorr
2023-09-22 13:19:38
1
user avatar
Ayu Anggita
Selamat membaca. semoga suka. oh iya jangan lupa tinggalkan jejak ya. makasih
2023-09-22 11:33:56
1
36 Bab
1. Kabar Duka
"APA, MAS? KAMU DIPECAT?" Anggun berkacak pinggang sambil memekik keras di depan sang suami. Gunawan hanya mengangguk saja. "Maafkan aku, Dek. Tapi pabrik sedang mengalami kemunduran. Jadi sebagian besar karyawan harus dirumahkan. Termasuk aku," jelas Gunawan. "Terus aku sama Ibu mau makan apa kalau kamu nggak kerja, Mas?" tanya Anggun. Gunawan menghela napas panjang. "Aku janji akan mencari pekerjaan setelah ini. Aku akan berusaha keras agar kalian bisa makan," jawabnya. Anggun berdecak kesal saat mendengar jawaban sang suami. Dalam hati dia bersyukur karena sang suami dipecat. Dia jadi mempunyai sebuah alasan untuk berpisah dari lelaki itu. "Kamu tuh harusnya bisa mempertahankan posisi kamu di pabrik. Kamu kepala pengawas, kan?" ujar Anggun. "Iya. Tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa saat pemilik pabrik merumahkan sebagian besar karyawannya," sahut Gunawan. "Dasar menantu nggak
Baca selengkapnya
2. Perseteruan
Gunawan segera mengajak Anggun untuk pulang ke kampung halamannya begitu mendengar kabar duka itu. Sepanjang perjalanan, air mata Gunawan tak berhenti menetes. Ada segumpal sesal dalam yang bersarang dalam dada saat tak bisa menemani sang ibu di saat-saat terakhirnya. "Udah deh nggak usah cengeng. Lebay banget sih!" ketus Anggun. Gunawan menatap sang istri sekilas. Dia kemudian mengusap air matanya tanpa merespon ucapan sang istri yang terdengar menyakitkan hati itu. "Biarpun kamu tangisin sampai air mata kamu habis. Orang mati nggak bakalan hidup lagi," lanjut wanita bertubuh kurus itu. Gunawan masih diam saja. Dia tak ingin meladeni ucapan sang istri yang semakin tak enak didengar itu. "Seandainya aku tahu ibu akan pergi secepat ini… aku pasti akan sering pulang untuk menengok ibu," ucap Gunawan penuh penyesalan. Anggun melirik malas saat mendengar ucapan sang suami. Dia sama sekali tak suka mendengar penyesalan suaminya
Baca selengkapnya
3. Mencari Pekerjaan Baru
Gunawan membuka pintu rumah itu. Dia terkejut saat melihat siapa yang datang ke rumahnya. "Kalian?!" pekik Gunawan tertahan. Orang-orang yang berdiri di depan Gunawan tersenyum. Mereka semua sudah menduga jika Gunawan akan terkejut dengan kedatangan mereka semua. "Assalamu'alaikum, Gun!" sapa salah seorang dari mereka. Dia adalah Samsul, salah satu rekan kerja Gunawan semasa di pabrik dulu. "Wa-wa'alaikumusalam," jawab Gunawan. "Maaf kami datangnya mendadak. Soalnya baru tahu kalau kamu sedang berduka," ucap Samsul. "Iya, Gun. Maaf kami baru bisa datang ke sini setelah pulang kerja," sahut yang lainnya. Gunawan mencoba tersenyum. "Enggak apa-apa. Aku senang kalian mau datang. Eh iya! Mari silakan masuk!" ajak Gunawan. Mereka lantas masuk ke dalam rumah secara bergantian. "Kami turut berdukacita ya, Gun atas meninggalnya Ibu kamu." Samsul berkata setelah mereka semua masuk dan duduk di lantai ru
Baca selengkapnya
4. Penghinaan
Gunawan menghela napas panjang dan memantapkan hatinya untuk membuka pintu rumah sederhana itu. "Assalamu'alaikum." Gunawan mengucapkan salam sembari memutar knop pintu. Anggun dan bu Ika segera menghentikan obrolan mereka kala melihat Gunawan masuk ke dalam rumah. "Baru pulang? Udah dapat kerjaan belum?" Anggun bertanya dengan angkuhnya saat sang suami baru saja masuk. Gunawan menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan beruntun dari sang istri. Dia lantas menempatkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tengah. "Tolong buatkan aku kopi, Dek. Aku haus!" pinta Gunawan. Anggun berdecak kesal. Dia lantas tersenyum mengejek kala mendengar permintaan sang suami. "Apa? Haus? Mau kopi?" ujar Anggun. Gunawan menganggukkan kepalanya. "Tolong, ya. Aku capek sekali hari ini," ucap Gunawan lagi. Anggun tersenyum miring. "Tangan sama kaki kamu masih lengkap, kan? Masih bisa berfungsi dengan norma
Baca selengkapnya
5. Menuruti Gengsi
Gunawan dan para pekerja lainnya serentak menoleh ke sumber suara. Meninggalkan kenikmatan makan siang demi menuruti rasa penasaran dalam hati.Belum hilang rasa penasaran mereka, tiba-tiba pak Adi datang dan menegur mereka semua. "Jangan usil jadi orang. Ayo kembali kerja lagi! Kerja! Kerja!" Pria itu bertepuk tangan untuk menyuruh para pekerjanya kembali bekerja. Mereka semua akhirnya membubarkan diri. Mereka kembali bekerja hingga tak terasa waktu pulang telah tiba. Gunawan dan yang lainnya bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. "Kamu pulang naik apa, Gun?" tanya pak Adi. "Naik sepeda, Pak," jawab Gunawan. "Sepeda? Sepeda ini?" Pak Adi bertanya sembari menunjuk sebuah sepeda onthel yang dipegang Gunawan. Gunawan mengangguk. "Iya, Pak. Sebenarnya sepeda ini milik almarhum mertua saya. Sayang kalau nggak dipakai. Jadi, saya perbaiki sedikit supaya bisa dipakai kerja," jawab Gunawan. Pak Adi ma
Baca selengkapnya
6. Perempuan Murahan
Gunawan terpaku di tempatnya. Matanya menatap tajam ke arah Anggun dan juga seorang lelaki asing yang tadi bermesraan dengan istrinya itu. "Enggak sopan banget sih sama tamu! Dia itu temannya Anggun. Mereka nggak ada hubungan apa-apa selain teman." Bu Ika yang sejak tadi terdiam mencoba membantu Anggun untuk menjelaskan pada Gunawan. "Enggak usah mikir yang macam-macam. Mereka nggak ngapa-ngapain kok!" tegas bu Ika. "Iya. Lagian kenapa nggak tanya dulu sih? Kenapa langsung marah-marah nggak jelas?" ujar Anggun.Dia merasa kesal, momen romantisnya bersama Rendi terganggu karena kedatangan Gunawan yang tiba-tiba. Gunawan masih terdiam. Matanya memerah karena menahan rasa cemburu dan juga rasa marah dalam hatinya. Kedua tangan Gunawan terkepal erat hingga urat-uratnya terlihat menonjol. "Lain kali bilang dulu kalau ada tamu laki-laki yang mau datang ke rumah. Jangan asal aja memasukkan lelaki asing di saat suamimu tak ada di ru
Baca selengkapnya
7. Karena Uang
Setelah seharian bekerja, Gunawan berharap bisa langsung beristirahat di rumah. Badannya terasa sangat lelah hari ini. Tapi, harapan tinggallah harapan. Belum juga dia masuk ke dalam rumah. Istrinya sudah menghampirinya seraya menadahkan tangan. "Minta duit dong! Buat beli skincare," ucap Anggun. Gunawan yang baru saja sampai menjadi sedikit terkejut."Aku belum gajian, Dek. Besok ya kalau sudah gajian!" sahut Gunawan. Anggun berdecak kesal mendengar jawaban dari sang suami."Selalu aja kayak gitu alasannya. Emang bener ya kata ibu. Kamu itu lelaki nggak berguna yang hanya bisa menyengsarakan istrinya. Enggak pernah sedikitpun kamu berniat membahagiakan istri." Anggun berkata dengan nada keras dan ketus. "Bukan begitu, Dek. Aku benar-benar nggak punya uang. Aku belum gajian. Kamu kan tahu sendiri kalau—""Halah! Enggak usah banyak alasan. Kalau emang kamu niat bahagiain istri, pastinya kamu bakalan cari cara supaya bisa mendapatkan uang dengan cepat." Anggun memotong ucapan sang su
Baca selengkapnya
8. Keterlaluan
Gunawan tampak duduk sambil bersandar ke tembok. Matanya menatap ke arah kumpulan pepohonan yang berdiri rapat di pekarangan. "Diminum dulu, Gun!" ucap seorang perempuan muda. Gunawan menganggukkan kepalanya tanpa menoleh ke arah perempuan itu. "Sebenarnya ada apa sih, Gun? Enggak biasanya kamu seperti ini?" Kali ini seorang pria yang bertanya pada Gunawan. Gunawan masih saja terdiam. Mulutnya seolah terkunci rapat. Hatinya dilanda kekacauan hebat saat ada yang menanyakan hal itu. "Bukannya kami mau ikut campur, Gun. Tapi jika kamu lagi ada masalah, kamu bisa cerita sama aku atau Mbakmu ini." Pria itu berkata sembari menunjuk ke sampingnya. Gunawan menghela napas panjang. Dia ingin sekali berbagi dengan mereka. Tapi sisi hatinya yang lain mengatakan untuk diam saja.'Jangan katakan apapun menyangkut rumah tanggamu dengan Anggun. Karena itu adalah masalah kalian berdua. Jadi, jangan sampai ada orang lain yang tahu,'
Baca selengkapnya
9. Kebusukan Rendi
Tubuh Rendi menegang seketika saat mendengar suara itu. Wajahnya berunah pucat pasi dan terlihat ketakutan. Seolah-olah dia baru saja melihat hantu yang menyeramkan. 'S**t! Kenapa dia harus datang ke sini sih? Ini lebih menyeramkan dari ketemu hantu kuntilanak!' ucapnya dalam hati. "Sudah makin berani ya kamu, Ren. Belum juga resmi cerai, tapi udah berani ajak cewek. Masih istri orang lagi ceweknya!" Seorang perempuan muda tampak berdiri di dekat meja keduanya sambil melipat tangan di depan dada. "Eh, Mbak! Elo tahu nggak sih cowok yang lagi sama kamu ini siapa? Elo tahu nggak kalau dia ini udah punya anak dan istri?" Perempuan muda itu berkata sambil menatap ke arah Anggun. Anggun tampak kebingungan. Dia sama sekali tak mengerti dengan ucapan perempuan muda itu. Dia tak paham maksudnya. "Maksud kamu?" Pertanyaan yang membuatnya terlihat semakin bodoh. Perempuan muda di depannya tersenyum miring. Seolah mengejek kebodohan i
Baca selengkapnya
10. Sikap Anggun
Gunawan melanjutkan langkahnya menuju kamar. Dia berusaha untuk tak menghiraukan perkataan bu Ika yang begitu menyakitkan untuknya. 'Astaghfirullahalazim,' ucap Gunawan dalam hati. Gunawan segera berpakaian dan keluar dari kamar. Meliha Gunawan keluar dari kamar, Anggun segera bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri lelaki itu. "Kita makan sekarang, Mas!" ajak Anggun. Gunawan tersenyum dan mengangguk. Dia lantas mengikuti langkah sang istri ke ruang makan. Lagi dan lagi Gunawan mengucapkan syukur dalam hati. Sudah lama sekali sang istri tak pernah melayani dia seperti ini. "Mau pakai lauk apa, Mas?" Anggun menyendokkan nasi sembari bertanya pada Gunawan. "Pakai tahu sama tempe aja. Kuli bangunan harus tahu diri." Bu Ika tiba-tiba menyela obrolan mereka berdua. "Apaan sih, Bu. Biarin lah mas Gunawan makan pakai lauk yang lain. Ini juga sebagai bentuk permintaan maafku sama mas Gunawan," ucap Anggun
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status