“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
“Dasar Obe gak becus! Kerja tuh lihat situasi di sekitar kamu! Jangan memaju-mundurkan alat pel ini kalau ada orang lewat!” teriak seorang pria dengan amarah yang memuncak sambil menendang alat pel yang ada di hadapannya. “Untung saja ak—” bentakan tamu pria itu terhenti ketika melihat wajah tukang bersih-bersih yang hampir membuatnya terjatuh. “Ah, ternyata kamu, Arya. Pantesan aja kerjaanmu gak pernah bener sama sekali!” Tukang bersih-bersih yang bernama Arya memasang wajah datar di saat mendengar hinaan yang terlontar. Walaupun yang membuat lantai basah bukanlah hanya dirinya saja, melainkan rekan kerja yang bertugas mengepel lantai bar yang ada di rooftop hotel bintang lima. Arya membungkuk hormat. “Maaf, saya akan mengeringkan lantainya saat ini juga.” “Maaf, maaf. Kamu kira menyelesaikan masalahku yang hampir terjatuh ini hanya selesai dengan permintaan maaf saja?” balas seorang tamu pria dengan tatapan nyalang sambil menunj
Arya mendengar kalimat yang melecehkan istrinya itu membuat tangan kekar mengepal erat hingga semua urat rahang menyembul keluar sampai wajah memerah dan urat kening pun tampak di permukaan. Hidung mengerut dengan napas naik turun cepat dan semakin mengepal sangat erat. “Nah, betul itu. Kamu terima saja tawaran dia yang jarang sekali menawarkan bantuan ke orang lain untuk memperbaiki kehidupannya!” imbuh Krisna yang ikut tertawa menggelegar. “Hanya dua jam saja, loh Arya. Sentuhan Keanu sangatlah lembut dan membuat ketagihan.” Penari striptis mempertegas cara bermain Keanu di ranjang. Api di dalam Arya semakin membara dan membakar kepalanya yang dingin. Tanpa banyak bicara, ia berbalik badan dan melangkah dengan cepat lalu melayangkan dan menghempaskan pukulannya di wajah Krisna dengan sangat keras hingga tersungkur di lantai. Lalu, ia memukul bagian perut dan wajah Keanu yang berani melecehkan istrinya. “Kalian bo
“Hei, Keanu. Kamu jangan macam-macam sama istriku!” teriak Arya sampai wajah memerah dan urat di leher menyembul. Keanu tersenyum miring saat melihat Arya merasa terancam dan takut terjadi dengan istrinya. Nada dering masih terdengar di jelas sambil menunjukkan layar handphone miliknya pda Arya dan melangkah dengan wajah yang menyebalkan. Lalu, ia mendaratkan pukulan keras di wajahnya saat jarak sudah dekat.“Kalau kamu gak mau istrimu kenapa-napa maka tunduklah. Aku bisa membuat hidupmu lebih baik dari pada ini. Jika sebaliknya, maka jangan pernah mimpi ada kedamaian dalam kehidupan rumah tanggamu sampai membuatmu mati dan mengambil Cahaya dari tanganmu,” ujar Keanu lalu menekan pipinya dan mengembalikan posisi wajah ke arahnya.Wajah Arya babak belur sampai sudut bibir mengeluarkan darah sembari menatap Keanu sayu yang tampak tersenyum puas ketika melihat dirinya kesakitan dan tidak bisa berbuat apa pun. Pernyataan Keanu dibalas dengan tertawa menggelegar
Tangan mungil dan mulus dicium lembut. Arya tersenyum tipis sambil menggeleng pelan lalu duduk di samping Cahaya. Ia hanya menjawab dengan gelengan kepala pelan. Ia tidak mengungkapkan hal yang sebenarnya terjadi agar tidak menambah beban hidupnya yang sudah cukup berat di kantor. “Bagaimana gak apa-apa? Wajahmu luka-luka begini dan kayaknya … darah kamu banyak, Mas. Kamu tunggu di sini, aku ambil obat dulu buat ngobatin lukamu.” Cahaya cemas dengan kondisi wajah suaminya yang habis mengeluarkan banyak darah. Arya menundukkan pandangan sambil memandangi sepuluh jemari tangan yang darahnya masih ada di setiap jari seraya diusap perlahan. Lalu, jemari yang terluka disembunyikan dengan membalikkan posisi telapak tangan. Cahaya kembali dengan membawa obat salep, wadah berisi es batu dan kain handuk kecil. Luka lebam yang ada di wajah dikompres pelan oleh sang istri tercinta. Arya merasa bersalah darinya karena tidak berkata jujur kep
Seorang lelaki paruh baya yang membentak Arya adalah Dwiky Sudarmadji, paman Cahaya, kakak ipar Arman Sentosa. Lelaki paruh baya itu terlihat tidak terima dengan perbuatannya yang memukul keponakan kesayangan. Ya, Krisna adalah keponakan kesayangan sejak kecil. “Paman coba tanya saja Mas Krisna. Dia dulu yang memulai,” jawab Arya sambil menatap Krisna yang duduk di sofa dengan bersandar di kepala sofa. “Kamu jangan mengelak. Jelas-jelas kamu yang salah di sini. Seharusnya, kamu bisa menjelaskan semuanya di sini ketika diminta pertanggung jawaban!” sungut Dwiky sampai menggebrak meja. “Dia pasti ngelak soalnya sudah ketahuan. Mana ada maling yang ngaku kalau sudah tertangkap basah,” sindir Bella sambil menatap sinis dari atas sampai bawah. “Aku memang gak salah. Dia yang salah. Aku kerja di sana dan dia jatuh sendiri,” sanggah Arya dengan intonasi penekanan. “Halah.” Dwiky tidak percaya dengan sanggaha