Share

Bab 3. Dibela

last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-12 20:11:59

"Saras! Kamu jangan melawan Mama. Justru, pernikahan yang berikutnya ini akan membuatmu bahagia. Dia seorang pengusaha muda, bukan sampah seperti suamimu ini!" bentak Diana penuh emosi.

Telunjuknya bahkan mengarah ke Gilang.

Namun, tak seperti yang diharapkan–Saras justru tampak menggeleng lemah. "Apalagi motif yang Mama berikan atas pernikahan kali ini? Apa Mama punya utang lagi?"

Ia seketika mengingat semua yang sudah dilakukan mamanya saat rencana pernikahan dirinya dengan Gilang. Dia sudah mengorbankan perasaan dan menekan egonya sendiri demi mamanya. Tapi, kini dengan entengnya, mamanya justru membuatnya semakin merasa terluka dengan membuat rencana pernikahan lagi. Apakah mamanya pikir dia ini objek yang bisa ditukar dengan uang?

Plakkk!

Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipi putih Saras.

"Dasar anak tidak tahu diuntung! Apa kamu pikir, biaya hidup itu murah?" tanya sang mama memaki.

Gilang menahan amarahnya. Wajahnya merah padam. Hanya saja, itu semua tak terlihat karena tertutupi air comberan.

‘Awas kamu, Diana! Kamu sudah memperlakukanku seperti ini, bahkan kamu telah berani-beraninya berbuat kasar pada istriku yang notabene adalah anakmu sendiri!' batinnya kesal. Tapi, ia juga ingin melihat bagaimana sikap yang diambil Saras, saat mendapatkan tekanan seperti ini dari mamanya. Apakah wanita itu akan membelanya?

Di sisi lain, Surya cukup kaget saat melihat adegan pertengkaran ibu-anak tersebut. Ia panik jika rencananya akan gagal.

“Terima saja, Saras,” nasehatnya pura-pura baik, “kau layak mendapatkan suami yang lebih baik daripada pria ini.”

‘Dan aku akan mendapatkan bagianku sebagai hadiahnya. Hahaha...' lanjut Surya dalam hati.

Hanya saja, Saras tak mempedulikan pria antah-berantah itu. Ditatapnya sang mama dalam. "Ma, Saras rela jika harus bersuami Mas Gilang yang kata Mama anggap sampah! Tapi, Saras pikir itu lebih baik daripada pria yang tidak tulus dan mempunyai tujuan tertentu," sindir Saras saat memberikan pembelaan terhadap suaminya.

Diliriknya Surya penuh rasa jijik. Bagaimana mungkin pria semuda itu menjadi kekasih mamanya jika tanpa maksud lain?

Mendengar pembelaan Saras, Gilang jelas merasa senang.

Dia tidak percaya jika istrinya itu mau mempertahankannya meskipun sudah membuat keluarganya malu.

"Mas, ayo pergi mandi!" ajak sang istri pada Gilang.

Tampaknya, dia tidak mau jika mama dan pacar mamanya itu kembali menghina suaminya.

Dari belakang, Gilang takjub dengan ketegaran wanita itu.

Hanya saja, itu tak berlangsung lama karena tangisan Saras mulai terdengar.

"Kenapa nasibku seperti ini? Aku sudah mencoba untuk ikhlas menerima perjodohan dengan Mas Gilang meskipun aku tahu jika keadaan kamu seperti ini."

Saras bicara sendiri, tanpa melihat ke arah suaminya.

"Apakah aku masih bisa bertahan jika kamu seperti ini terus, Mas?" tanyanya kemudian.

Meski dia tidak yakin akan mendapat jawaban yang sesuai harapannya, setidaknya Saras ingin Gilang dapat merespons dirinya.

Setidaknya, ia tidak merasa sendiri.

Sayang, Gilang hanya diam.

Keraguan pun muncul dalam diri Saras. Apakah bisa ia kuat dan bertahan dalam keadaan seperti ini? Sebab, ia tidak bisa memantau Gilang seharian penuh.

Ceklek!

Pintu kamar dibuka oleh Saras.

Dia masuk bersama dengan Gilang, kemudian memintanya langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Mas Gilang bisa mandi sendiri, kan? Atau ..." gantung Saras bingung.

Memahami pertanyaan sang istri, Gilang sontak panik. "A-ku, aku bisa kok mandi sendiri," potongnya cepat.

Dia tidak mau jika harus dimandikan Saras. Biar bagaimanapun, dia lelaki normal. Bisa-bisa, penyamaran dirinya terbongkar.

Di sisi lain, Saras tersenyum tipis. Ia menyamakan perkataan suaminya seperti perkataan anak kecil, apalagi jika sudah berhadapan dengan air.

"Seandainya saja ada keajaiban yang bisa membuatmu normal, aku pasti akan mempertahankan hubungan ini, Mas. Tapi, apakah itu mungkin?" gumam Saras.

Meskipun gumaman Saras sangat pelan, tapi Gilang masih bisa mendengar dengan jelas karena wanita itu sedang membantu dirinya membuka baju di depan pintu kamar mandi.

Untung saja, Saras menganggap Gilang sebagai suami yang tidak normal sehingga tidak memiliki nafsu. Jadi, ia juga tidak tahu, apakah memiliki rasa ketertarikan dengan suaminya itu secara normal sebagaimana mestinya seorang istri, atau hanya sekedar rasa kasihan saja.

Justru, Gilang yang kini merasa malu.

Dengan menekan rasa yang tiba-tiba datang di antara kedua kakinya, Gilang segera berlari menuju ke dalam kamar mandi, seakan-akan sangat senang dan tak sabar untuk segera bermain-main dengan air.

"Hati-hati, Mas. Jangan sampai terpeleset, ya!" teriak Saras menasehati.

Cepat Gilang menganggukkan kepalanya, mengiyakan peringatan istrinya. Dia pura-pura bermain air, dengan tertawa-tawa senang.

"Horeee ... Air ..."

"Air ... Horeee!"

Melihat Gilang tampak antusias dengan cara mandinya, Saras tersenyum tipis kemudian menutup pintu dan menyiapkan pakaian ganti.

Gilang sendiri secepatnya membersihkan diri setelah pintu tertutup, karena sebenarnya dia juga sudah tidak tahan dengan bau air comberan yang tadi diguyurkan oleh Diana dan Surya.

"Aku pastikan kalian akan mendapatkan balasannya nanti!"

Tangan Gilang terkepal kuat saat ingat kejadian tadi. Dia benar-benar merasa geram dengan tingkah laku dan perbuatan mama mertuanya, yang tidak ada belas kasih sama sekali padanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 133. Tidak bisa diremehkan

    "Hai, tekan dada bagian jantungnya!" seru penjaga, pada napi yang berikan bantuan pertama."Egh! Eh, tetap gak bisa, pak!" teriak napi tersebut, merasa putus asa.Napi-napi lainnya berusaha memberikan pertolongan pertama pada Mario, tetapi sayangnya, kondisinya sudah terlalu parah.Meskipun upaya mereka lakukan sebaik mungkin, Mario akhirnya meregang nyawa dalam keadaan yang menyedihkan. Suasana sel berubah menjadi hening dan penuh duka cita.Pagi harinya, berita kematian Mario telah menyebar ke seluruh lapas. Para napi terkejut dan bingung dengan kejadian tersebut. Beberapa berbisik-bisik dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Gak nyangka," kata napi yang memiliki kamar di seberangnya Mario."Tapi, apakah tidak ada yang mencurigakan sebelumnya?" tanya yang lain."Apa? Sepertinya tidak ada. Mario, bersikap seperti biasanya tidak ada yang terlihat aneh." Napi yang kebetulan satu ruangan dengan Mario, memberikan jawaban.Beberapa dari mereka mencoba mendekati Rico, yang

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 132. Rencana Tersembunyi

    "Hai, Bos Mario. Saya mendengar Anda cukup terkenal di dunia ini," sapa Rico, yang mencoba mendekati Mario."Heh, siapa yang memberi tahu tentang itu, bocah?" sahut Mario dengan nada sombong."Oh, banyak orang di sini. Mereka bilang Anda punya reputasi yang hebat," terang Rico yang mulai berakting.Kekasih Diana itu memang sengaja menyanjung Mario, agar pria itu percaya padanya. Dengan demikian, ia bisa dengan mudah melakukan rencana yang sudah dibuat oleh Gilang untuknya.Gilang harus berhati-hati, karena rencananya melibatkan tindakan ilegal dan berbahaya. Langkah ini bisa memiliki konsekuensi serius, termasuk hukuman pidana bagi Gilang sendiri jika dia ketahuan terlibat dalam rencana tersebut.Tapi Gilang juga yakin jika Rico mampu melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan untuk balas dendam pada Mario."Hm, tergantung perspektif orang sih. Bagaimana denganmu, bocah? Bagaimana kau bisa di sini?" Mario bertanya pada Rico."Hahaha ... Sama seperti banyak dari kita di sini, terjebak

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 131. Harus mau

    "Mama!" Setu Saras, melihat keadaan mamanya yang tidak sadarkan diri."Sayang?" Rico ikutan panik.Situasi semakin rumit. Rico yang memberikan keputusan penting dalam hubungan percintaannya, membuat Diana terkejut dan akhirnya kehilangan kesadaran.Gilang dan Saras saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua sangat terpukul dengan kondisi Diana yang seperti ini, namun mereka tetap berusaha untuk menangani situasi dengan bijak.Mereka segera memanggil bantuan dan berusaha meredakan keadaan. Semua ini tidak mudah, tetapi mereka harus bersikap tenang dan bijaksana untuk menghadapi masalah ini.Setelah beberapa saat, Diana akhirnya sadar. Gilang dan Saras masih berusaha menjaga ketenangan."Mama Diana? Mama Diana?" panggil Gilang, mencoba menyadarkan Mama mertuanya."Ma, bangun, Ma!" lirih suara Saras, dengan menekan-nekan telapak tangan mamanya."Kita bawa ke rumah sakit, saja!" ajak Gilang, mengingat kondisi Diana.Saras hanya mengangguk lemah, masih terlihat terpukul

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 130. Sebaiknya Berpisah

    "Hai, sayang. Uluh-uluh ... Mama kangen sama kamu dan Rafi," ungkap Diana, Begitu tiba di rumah Gilang. Wanita itu datang keesokan harinya, setelah mendapatkan undangan dari Gilang kemarin. Diana dan kekasihnya datang ke rumah Gilang, sesuai dengan permintaan dari Gilang."Apa kabar, Ma? Bagaimana keadaan, Mama? Sudah benar-benar sehat?" tanya Saras."Emh ... Mama__""Ma, urusan dengan keluarga korban bagaimana? Mereka tidak mempermasalahkan lagi, kan?"Saras langsung mengajukan beberapa pertanyaan secara bersamaan, tidak memberikan kesempatan pada mamanya untuk menjawabnya satu persatu terlebih dahulu."Mari, kita duduk dulu! Aku juga ingin berbincang-bincang dengan kalian berdua," terang Gilang, mengajak kedua orang yang baru saja datang untuk duduk di ruang tamu."Tentang apa?" Kekasih Diana mengajukan pertanyaan - seperti merasakan tidak nyaman."Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berbincang-bincang saja," terang Gilang menjelaskan agar Rico tidak curiga.Diana melirik ke arah Sa

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 129. Ternyata Musuh

    "Sayang, mmmhhh ... aku ingin mencari tahu lebih mengenai kekasih muda mama. Aku merasa curiga dengan niatnya mau bersama dengan mama," terang Gilang."Ya, mas. Mungkin sebaiknya kita mencari tahu lebih lanjut agar tidak ada masalah di kemudian hari," jawab Saras, yang tidak pernah setuju dengan kelakuan mamanya.Mereka kemudian bekerja sama untuk mencari informasi mengenai kekasih muda Diana, untuk memastikan bahwa tidak ada yang akan merugikan mama mertuanya dalam hubungan tersebut.Mereka berhasil mengumpulkan beberapa informasi tentang kekasih muda Diana. Ternyata, pria tersebut memang seorang model yang cukup sukses. Namun, Gilang masih merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Sayang, aku masih merasa curiga. Mungkin sebaiknya aku bicara langsung dengan mama Diana, atau bagaimana ya?" Gilang meminta pendapat isterinya."Iya, mas. Aku rasa itu adalah langkah yang baik," ujar Saras setelah berpikir.Gilang kemudian menghubungi Diana dan meminta untuk bertemu dengan kekasih mudan

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 128. Curiga

    "Saat ini tim sedang melakukan riset pasar potensial, Mas. Kami akan segera menyusun strategi untuk memasuki pasar baru." Akhirnya Ryan memberikan jawaban."Bagus, Ryan. Pastikan kita memiliki rencana yang matang sebelum melangkah lebih jauh," puji Gilang dengan menepuk Bunda asistennya tersebut."Saya akan memastikan semuanya terencana dengan baik, Mas." Ryan mengangguk patuh.Begitulah Ryan, yang selalu melakukan tugas dari Gilang tanpa banyak protes. Ia akan berusaha untuk melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.Gilang juga tidak pernah ragu, apalagi kecewa dengan kinerja Ryan selama ini. Asistennya itu adalah orang yang sangat setia dan jujur. Jadi, tentunya Gilang selalu bisa menjadikan Ryan sebagai andalannya."Bagus, Ryan. Teruskan kerja kerasmu. Kita harus terus berkembang dan menghadapi setiap tantangan dengan baik." Gilang berbicara dengan nada bangga."Tentu, Mas. Saya dan tim, siap untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini." Ryan menggangguk - memastikan.Gilang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status