"Ya, ini aku, Crystal sayang. Kenapa? Kau Sepertinya terlihat kesal dengan kedatangan Mommy Arabella di sini Bagaimana? Apa kau masih merasa ada yang sakit?" tanya Arabella.Crystal melihat wanita berambut warna blonde itu dengan kesal."Arabella, tak perlu banyak bicara denganku. Kau tahu? Aku tidak peduli tentang ramah tamahmu itu. Aku ingin pulang dari sini. Bisa kau minta tolong perawat itu mencabut seorang infus ini dari tanganku?" Arabella melihat dengan kesal wajah dari putri sambungnya itu."Oh, Crystal Sayang. Kenapa kau terlihat marah sekali? Berterimakasihlah pada ayahmu. Karena dia masih mau jurus anak pembangkang sepertimu. Ya Tuhan, andai kau tahu bagaimana kondisimu saat Marlon membawamu ke rumah sakit dan Marlon meminta kami untuk datang ke sana. Betapa sangat menyedihkan melihat kau dalam keadaan berlumuran darah. Untung saja Marlon pria yang baik dan membawa kamu secepatnya untuk ditangani di rumah sakit," kata Arabella menceritakan secara singkat tentang kronologi
Crystal merasa kepalanya sangat berat."Argghhh!!!" erangnya. Perlahan dia pun membuka kelopak matanya. Seberkas cahaya yang menyilaukan mulai memasuki retina matanya. Silau, membuat Crystal harus mengerjap-erjapkan matanya berkali-kali sebelum pada akhirnya dia bisa membuka matanya dengan sempurna.Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit yang berada tepat berada di atasnya. Terasa familiar namun bukan langit-langit kamar yang dia tempati di rumahnya, di Golden Time Residence."Ahhh ...." ringisnya Crystal memegang kepalanya yang terasa berat. Sungguh dia belum sepenuhnya bisa berpikir keras di mana dia saat ini. Crystal pun mencoba untuk bangun dan duduk. Namun suasana di sekitarnya pun terasa berputar seperti dia sedang mengalami vertigo berat. Belum lagi mual yang dia rasakan."Huuuueegg!!! Hueeghh!!!"Crystal berpegangan pada headboard tempat tidur dan mencoba untuk muntah di lantai saja.Rupanya suara dia mencoba untuk muntah itu pun mengundang perhatian orang yang ber
Crystal terpaku mendengar kata-kata Marlon yang menginformasikan padanya tentang keberadaan sang Capo dei Capi itu."Hei, kenapa kau diam saja? Ayo, katakanlah sesuatu. Bukankah seharusnya kau berterima kasih pada ku karena telah memberikan informasi yang penting ini? Informasi ini setidaknya sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidupmu di masa depan. Setidaknya kalau kau sudah tahu, kau tidak perlu lagi menunggu pria seperti itu dan bisa melanjutkan kehidupanmu sendiri Aku benar, kan?" kata Marlon dengan raut wajah menjijikkan."Kau pembohong!" tuding Crystal pada pria itu. Marlon tertawa mendengar tudingan itu."Wah, wah, wah. Aku benar-benar sangat kecewa padamu, Crys. Aku bener-bener tulus membantumu dengan memberikan informasi untukmu juga. Tapi coba lihatlah, balasan seperti apa ini, Crys? Kau malah menuduhku macam-macam. Oh, aku benar-benar sedih kalau kau seperti ini," kata Marlon dengan nada mengejek."Kau sialan! Aku sudah tahu harusnya aku tidak percaya padamu. Pria sepe
"Kau tahu Ethan di mana?" tanya Crystal dengan raut wajah serius.Marlon mengangguk juga dengan mimik wajah serius. Crystal terlihat sangat menginginkan informasi tentang suaminya itu. Namun kemudian harapan itu pun sirna karena beberapa detik setelahnya, Marlon tertawa terbahak-bahak menertawakan Crystal."Hahaha ... kau sepertinya bernafsu sekali ingin tahu di mana keberadaan suamimu itu. Wah, wah, wah! Cinta yang sangat luar biasa sekali membuat aku ingin tertawa saja. Hahaha ..." gelak tawa Marlon.Crystal menggemeretakkan giginya. "Hei, kenapa kau tertawa? Apa ada yang lucu, hmm?" hardik Crystal dengan gusar. "Jelas saja ada yang lucu. Kau tidak lihat wajahmu yang seperti anjing pudel itu? Hahaha lucu sekali. Sangat terlihat kalau kau sangat berharap aku memberitahu di mana keberadaan Ethan. Hahaha ... bagaimana ini? Haruskah aku mengatakan ini secara gratis atau aku harus meminta imbalan padamu? Sepertinya ini informasi yang tidak murah sama sekali, bagaimana aku bisa memberit
"Nyonya!!" panggil Bertha. "Nyonya Crystal!!" Sungguh wanita itu terkejut melihat Crystal yang tiba-tiba saja berdiri dari duduknya dan berlari cepat keluar bengkel. Massimo dan Jack pun tanpa menduga Crystal akan spontan kabur dan melarikan diri seperti itu pun langsung spontan mengejar Crystal."Nyonya!! Nyonya Crystal!!!"Crystal tidak peduli. Wanita itu berlari sekencang-kencangnya bahkan dia sampai lupa kalau dia seorang mengandung saat ini. Kakinya berlari cepat menuju jalan raya hendak menyetop taksi atau angkutan umum apa pun yang bisa dia setop untuk bisa melarikan diri dari pengawasan Massimo. Hatinya tidak bisa tenang dengan kabar Ethan yang tidak jelas rimbanya ini. Crystal hanya ingin mencarinya, tetapi keberadaan Massimo yang selalu mengawasinya membuat dia menjadi tidak leluasa. "Nyonya Crystal!!" panggil Massimo.Crystal benar-benar berlari sekencang mungkin. Massimo dan Jack bahkan sampai merasa heran dibuatnya. Bagaimana bisa ada perempuan hamil yang berlari seken
"A-apa?" Kali ini Crystal kembali terhenyak mendengar jawaban dari mulut Massimo itu. Harusnya dia sudah mempersiapkan hatinya untuk jawaban seburuk apapun itu meskipun bukan jawaban itu yang dia inginkan. Itulah gunanya kenapa dia bertanya kan? Jika dia tidak siap harusnya dia tidak perlu bertanya, dan cukup dan hanya berpikir positif saja. Namun pada akhirnya kebenaran tetaplah yang lebih penting di atas segalanya sekalipun itu pahit. Massimo terlihat sangat terbebani ketika menjawab pertanyaan Crystal itu. Tetapi dia bisa apa? Meski dia kembali berbohong, tetap saja Crystal tidak akan percaya padanya dan wanita itu akan tetap histeris dengan ataupun tanpa dia berbicara jujur tentang Ethan dan masalah peledakan bom itu.Jangan tanya bagaimana saat ini kondisi Crystal. Rasanya ketika dia mendengar kata 'ya' dari mulut Massimo, dunianya seketika porak-poranda. Selama hampir tiga menit dia berusaha menenangkan hatinya yang kacau. Tidak mudah untuk menerima informasi berikutnya dari M