"Ethan! Kau keterlaluan! Kau lebih memilih Papa daripada aku! Menyebalkan!" umpat Crystal."Aku tidak memilih siapa-siapa, Dear.""Tidak memilih siapa-siapa sama juga dengan tidak memilihku!" "Crys!""Sudah, jangan membujukku! Aku benci padamu, Ethan. Malam ini kau tak akan kuijinkan masuk ke kamar!"Usai mengatakan hal itu, Crystal pun segera masuk kembali ke kamar, membanting pintu keras-keras dan menguncinya dari dalam. Ethan hanya bisa menghela napas melihat kekesalan Crystal padanya."Jadi Arabella ada di rumahnya Margaretha?" tanya Benigno.Benigno tahu tentang ibu angkat kekasihnya itu. "Entahlah, aku tidak tahu nama ibu angkatnya itu, tapi yang pasti aku mengantarnya ke daerah Via Denaro di perumahan di atas bukit," kata Ethan.Benigno mengangguk-angguk paham."Baiklah, di situ memang rumahnya Margaretha," kata pria itu.Benigno sebenarnya belum pernah ke sana, tapi Arabella setahunya memang sering meminta ijin untuk mengunjungi ibu angkatnya ke daerah Via Denaro.Ethan meng
"Hei! Kenapa kau diam saja? Aku bertanya padamu," desak Benigno pada Ethan.Ethan terdiam sambil memasang senyum tipis di wajahnya. Dia tidak bisa menjelaskan pada Benigno hubungan seperti apa yang terjalin antara dia dan keluarga Bosseli. Oleh karena itu, mengabulkan permintaan Benigno untuk ia bergabung di The Black Roses adalah keputusan paling baik yang bisa dia ambil saat ini untuk mengalihkan keingintahuan Benigno akan hubungannya dengan dengan Diego Bosseli."Emm, baiklah. Aku bisa saja bergabung di The Black Roses. Tetapi aku tidak ingin menjabat sebagai seseorang yang penting di sana. Sebagai member biasa saja, bagaimana? Papa Ben kan tahu sendiri kalau aku ada banyak kesibukan. Aku masih harus mengurusi kasino'mu' di samping aku harus mengurus bengkelku sendiri. Bagaimana kalau aku harus mengurus The Black Roses lagi nanti? Bagaimana pun aku masih manusia biasa. Masih butuh istirahat dan aku bukan robot," kata Ethan, memberi pengertian pada mertuanya itu.Membayangkannya saj
Di kota Trapani, di markas The Monster, sedang berlangsung briefing yang diadakan oleh Alfonso kepada anak buahnya."Ternyata sangat menyenangkan melakukan pekerjaan ini. Aku tidak menyangka aksi kita terakhir kali merampok Mensina Casino membawa keuntungan besar. Ckckck! Kenapa aku bodoh sekali selama ini? Repot-repot merampok bank pemerintah padahal ada banyak usaha masyarakat kelas kakap yang bisa kita jadikan target dengan sedikit risiko," kekeh pria itu.Semua anak buah Alfonso yang ada di sana hanya mendengarkan ocehan Alfonso yang sedari tadi sibuk menghitung uang hasil rampokan mereka di kota C dan mereka bawa ke kota Trapani. Tak ada yang berani bersuara kecuali diminta. Semua takut pada Alfonso. Bukan, bukan karena pria itu memiliki badan yang besar atau karena jago berkelahi. Namun sifatnya yang seperti iblis mampu menyiksa dan membunuh orang lain yang kebanyakan membuat anak buahnya sering kali ketakutan.Alfonso t
"Hallo, Capo?" Paulo menyapa Ethan yang saat ini sedang berada di kota C."Ya, Paulo, ada kabar apa kau menelepon? Ada sesuatu yang penting?" tanya Ethan."Capo, aku ingin memberi informasi tentang di mana The Monster selanjutnya akan beraksi. Dan ... aku tidak bisa menelpon lama," kata Paulo memelankan suaranya."Bagaimana kabarmu, Paulo? Kau baik-baik saja di sana? Ah, maafkan aku. Harusnya aku menanyakan kabarmu terlebih dahulu," kata Ethan.Ah, lihatlah bosnya ini. Padahal Paulo sudah bilang kalau dia tidak bisa menelepon lama tapi bagi Ethan menanyakan kabar para anak buahnya lebih penting apalagi anak buahnya itu sedang ditugaskannya untuk melakukan sebuah misi."Capo, kabarku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku. Sekarang aku sedang tidak bisa banyak basa-basi, Capo. Aku butuh melaporkan segera padamu kemana mereka akan melakukan perampokan lagi kali ini," kata Paulo. "Baiklah, aku mendenga
Celcius Casino di Palermo."Capo, sepertinya apa yang dikatakan oleh Bernardo itu benar. Pihak Celcius Casino telah memperketat keamanannya agar kasino mereka tidak gampang untuk kita rampok," kata salah satu anak buah The Monster kepada Alfonso."Mereka bahkan memegang senjata masing-masing," imbuh anak buahnya yang lain.Alfonso hanya tertawa terkekeh."Hanya menambah bodyguard saja itu gampang untuk kita atasi. Kalian lihat, bodyguard-nya bahkan tak dibekali senjata," kata Alfonso lagi dengan remeh.Dari balik kaca film jendela mobil semua yang ada di dalam mobil itu melihat ke luar, ke arah beberapa bodyguard yang ada di depan kasino besar itu. Terlihat ada setidaknya delapan orang yang sedang berjaga di sana."Biasanya mereka hanya memakai empat orang bodyguard saja setiap sift-nya. Dan sekarang bayangkan hingga delapan orang," keluh salah seorang lagi.Hal itu membuat Alfonso yang mendengar keluhan itu kini mendelik jengkel pada salah satu anak buahnya yang duduk di belakang."B
Markas The Monster di Trapani,Paulo menatap jam dinding yang sedang menunjukkan pukul delapan malam saat ini. Dilihatnya suasana sekitar markas. Terlihat sepi, tak seperti biasanya. Hal ini disebabkan sebagian besar penghuni markas ini dibawa oleh Alfonso ke Palermo untuk melaksanakan misi mereka melakukan perampokan di salah satu kasino ternama di sana."Sepi sekali, uhhh!!" Paulo pura-pura mengeluhkan situasi markas yang terlihat sepi."Nanti juga kalau mereka pulang akan kembali ramai. Apalagi kalau mereka berhasil merampok Celcius Casino, mereka pasti akan bercerita kisah mereka dan membesar-besarkannya seperti yang sudah-sudah, ckckck, menyebalkan!" kata salah seorang anggota The Monster.Paulo terkekeh menanggapinya."Lalu sekarang kita akan mengerjakan apa?" tanya Paulo."Kita? Mengerjakan apa? Maaf, Aku sedang tidak ingin mengerjakan apa-apa. Aku mengantuk. Tapi kalau kerajinan, mungkin kau bisa membersihkan beberapa ruangan di markas ini. Ada beberapa botol minuman di lant
Di jalanan kota Palermo yang tak seberapa besar terlihat dua mobil saling berkejaran dengan kecepatan tinggi."Capo, mereka mengejar kita!" pekik anak buah Alfonso manakala ia melihat di kaca spion, dari arah belakang sebuah mobil melaju dengan kecepatan sama sedang mengejar mereka.Alfonso menggeram. Dia sadar saat ini ada pihak yang sedang menjebaknya. Tapi siapa?"Sialan? Siapa mereka?" umpat Alfonso."Bagaimana ini, Capo? Apa yang harus kita lakukan? Apa kita bisa bertransformasi sekarang?" tanya orang yang mengemudikan mobil. "Sepertinya tidak sekarang, Matt! Transformasi saat kita sudah berada di belokan menuju arah pasar!" perintah Alfonso.Lalu anak buahnya yang bernama Matt Robinson yang bertugas mengemudikan mobil itu pun kini melajukan mobilnya semakin kencang."Tabrak pengemudi motor di depan!" perintah Alfonso pada Matt.Lalu Matt pun menuruti keinginan sang bos. menyenggol pengemudi sepeda motor dengan badan mobil yang dia setir.GDEBARR!!Sepeda motor itu jatuh tepat
Usai membuat salah seorang pengendara motor terjatuh, Alfonso dan anak buahnya langsung memasuki Via Delmazio Birago, jalanan pasar Ballero. Lalu mobil itu pun masuk sedikit ke sebuah jalan tembusan serupa gang yang hanya muat dilewati oleh satu buah mobil saja. Lalu mobil itu berbelok ke kanan dan berbelok lagi memasuki pekarangan belakang sebuah bangunan yang menghadap ke jalan Via Delmazio Birago.Matt membuka pagar dan langsung mengeluarkan remot yang bisa membuka garasi rolling door yang membuka ke atas. "Capo, silahkan keluar dulu. Aku akan keluarkan dulu Ape taxi-nya, Capo!" Alfonso keluar dari dalam mobil dan membiarkan Matt untuk memasukkan mobil ke dalam garasi. Setelah mobil di posisikan tepat di tengah-tengah garasi, Matt pun keluar dari dalam mobil dan menginjak sebuah tombol di bawah keset. Sebuah hal menakjubkan terjadi lantai garasi tiba-tiba bergerak turun ke bawah dengan mobil di atasnya. Kemudian mobil itu secara otomatis didorong oleh mesin robotik yang bergerak
Benigno sebenarnya heran terhadap apa yang didengarnya dari mulut Marlon. Untuk apa dia ingin membawa orang yang disuruh Ethan untuk menjaga Clarissa dan Crystal?"Papa Ben?" Marlon mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Benigno yang terlihat bingung setelah ia mengucapkan permintaannya."Hmm?""Bagaimana? Apa aku bisa membawa orang ini?" "Terserah padamu saja," jawab Benigno bimbang.Mendengar jawaban Benigno, Marlon pun segera berpaling lagi pada Massimo. "Kau dengar? Kau ikutlah denganku?" perintahnya sambil menekan lebih keras revolver itu ke jidat Massimo.Massimo tersenyum miring. "Ikut denganmu?" gumamnya dengan nada mencibir. "Ya, kenapa? Kau tidak mau? Memangnya kau punya pilihan?" Marlon dengan senyum mengejek membalas cibiran dari Massimo itu."Tentu aku punya!" jawab Massimo dengan senyum penuh arti.Lalu tanpa terduga oleh Marlon dan Benigno, pria itu pun dengan gerak cepat menangkap pergelangan Marlon dan dengan kuat ia mengarahkan senjata revolver itu ke arah
Benigno sebenarnya heran terhadap apa yang didengarnya dari mulut Marlon. Untuk apa dia ingin membawa orang yang disuruh Ethan untuk menjaga Clarissa dan Crystal?"Papa Ben?" Marlon mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Benigno yang terlihat bingung setelah ia mengucapkan permintaannya."Hmm?""Bagaimana? Apa aku bisa membawa orang ini?" "Terserah padamu saja," jawab Benigno bimbang.Mendengar jawaban Benigno, Marlon pun segera berpaling lagi pada Massimo. "Kau dengar? Kau ikutlah denganku?" perintahnya sambil menekan lebih keras revolver itu ke jidat Massimo.Massimo tersenyum miring. "Ikut denganmu?" gumamnya dengan nada mencibir. "Ya, kenapa? Kau tidak mau? Memangnya kau punya pilihan?" Marlon dengan senyum mengejek membalas cibiran dari Massimo itu."Tentu aku punya!" jawab Massimo dengan senyum penuh arti.Lalu tanpa terduga oleh Marlon dan Benigno, pria itu pun dengan gerak cepat menangkap pergelangan Marlon dan dengan kuat ia mengarahkan senjata revolver itu ke arah
Marlon sedang berbicara dengan Benigno di ruang keluarga saat matanya menangkap bayangan seseorang sedang bergerak mengendap di lantai dua."Tunggu, Papa Ben. Apa aku boleh naik ke lantai dua?" tanyanya setengah berbisik.Benigno pun mengernyitkan keningnya, heran kenapa Marlon ingin ke lantai dua. Padahal semisal ia ingin ke toilet pun di lantai bawah juga ada toilet. Telah dua jam Marlon bertandang ke rumahnya atas undangannya sebagai tuan rumah. Mereka juga telah makan siang bertiga, dia, Marlon, dan Arabella dengan mengabaikan teriakan Crystal yang dikurung di kamarnya di lantai dua. Dari ruang tamu, ke ruang makan hingga kini mereka berada di ruang santai keluarga yang dapat melihat dengan jelas ke arah tangga dan koridor atas lantai dua. Itu sebab Benigno heran mengapa di tengah-tengah perbincangan mereka, Marlon tiba-tiba menyela dan minta ijinnya untuk ke lantai atas."Boleh?" tanya pria itu lagi, menanyakan izin dari Benigno.Benigno pun akhirnya mengangguk, sebab Marlon pu
"Massimo!! Tolong!! Tolong aku!" Massimo menajamkan indera pendengarannya ketika ia mendengar suara Crystal seperti berteriak dari arah belakang rumah Benigno."Suara siapa itu? Itu suara nyonya Crystal, kan?" tanya Massimo pada anak buah Benigno yang akan menutup pintu pagar rumah megah itu."Kau salah dengar!" jawab anak buah Benigno itu sambil melanjutkan niatnya untuk menutup pintu pagar."Massssimoo!! Tolong aku?!! Kau mendengarku?" Massimo kembali menatap anak buah Benigno itu dengan pandangan menuduh. Salah dengar katanya? Salah dengar apa? Jelas-jelas itu adalah suaranya Crystal. Memang tidak terlalu nyaring, sebab posisi kamar Crystal berada di lantai dua dengan balkon menghadap samping dan belakang rumah."Itu suara nyonya Crystal," kata Massimo.Anak buah Benigno itu buru-buru merapatkan pintu pagar mendengar kembali suara anak perempuan majikannya itu. Tetapi belum sempat ia mengunci kembali pagar itu, Massimo menahan pagar itu dengan kakinya sehingga yang tadinya pagar
Massimo melihat pada jam tangannya, lalu pandangan pun beralih ke dalam pekarangan rumah Benigno Mensina. Rasanya sudah dua jam Crystal dan Clarissa berada di dalam sana dan sampai saat ini sepertinya belum ada tanda-tanda wanita itu akan keluar dari kediaman ayahnya itu.Apakah istri bosnya itu masih lama di dalam? Sebenarnya berapa lama lagi Massimo akan menunggu? Bagaimana kalau Crystal masih lama, atau sampai malam belum mau pulang juga? Atau bahkan sampai memutuskan untuk menginap di sana? Apa Massimo harus menunggunya dengan hanya duduk di atas sepeda motor seperti ini? Ck! Sungguh menyebalkan istri bosnya ini. Bagaimana bisa capo dei capo tahan dengan wanita seperti itu? Tak henti-hentinya Massimo mengumpat dalam hati. Andai Crystal bukanlah istrinya Ethan, sudah pasti Massimo akan meninggalkan saja wanita itu.Di dalam kamar, Crystal pun sedari tadi tak hentinya berpikir keras agar ia bisa keluar dari kamarnya. Dia telah berteriak-teriak memanggil-manggil Bertha dan bebera
Crystal yang sudah akan melangkahkan kakinya kembali membalikkan badannya saat mendengar seruan dari Benigno. "Ya?" Ia menatap ayahnya tak percaya."Papa bilang, siapa yang mengizinkan kau pergi dari sini?"Crystal mengedip-ngedipkan matanya tak mengerti."Apa maksud Papa berkata seperti itu? Kenapa aku butuh izin untuk keluar dari sini? Aku ingin pulang. Terus terang saja, sebenarnya tadi aku tidak diizinkan oleh Ethan datang kemari. Tetapi karena na aku sangat ingin berbicara dengan papa tentang hubungan keluarga kita, aku sampai memelas-melas minta izin padanya agar memperbolehkan aku datang ke sini. Tetapi Papa lihat ini? Sepertinya hubungan kita tidak dapat dibicarakan lagi. Dan aku tidak mau berpisah dari suamiku. Aku akan ikut dengannya kemanapun dia pergi," kata Crystal.Benigno tertawa kecil, sebelum kemudian akhirnya dia memasang wajah datar dan serius."Aku tidak butuh izin dari siapa pun untuk menahan putriku tetap tinggal bersamaku. Crys, Papa tidak mengizinkan kau untuk
"Crys, apa kau tak bisa berbicara sedikit lebih sopan lagi?" tanya Benigno menjawab perkataan putrinya itu."Untuk apa? Untuk apa aku berbicara lebih sopan pada orang yang berniat merusak hubunganku dengan suamiku. Dan maaf ... Tuan Marlon, apa kau tak punya wanita lain untuk bisa kau kencani sehingga kau harus mendekati ayahku agar bisa menikahi wanita yang telah bersuami? Sungguh kau orang yang seperti itu? Atau apa kau memiliki gangguan disfungsi seksual sehingga kau tidak memiliki kemampuan untuk mendekati wanita lain?" tuduh Crystal dengan nada mengejek."Crystal, aku rasa kau salah paham padaku. Aku sama sekali tidak berniat merusak hubunganmu dengan Ethan. Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Bukan hanya kau, tetapi aku juga tidak begitu terlalu mengingatmu. Kita sebagai tetangga pun hampir tidak pernah bertegur sapa dan aku sangat tahu dengan jelas kalau kau adalah istri dari Ethan dan memiliki seorang putri, jadi tidak mungkin aku berniat seperti yang kau tuduhkan," k
Belum Bertha menjawab pertanyaan Crystal itu, dari arah tangga telah terdengar suara Benigno dan Arabella yang sedang menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Rupanya saat Arabella ingin memanggilkan Benigno tadi, suaminya itu telah siap sedia menyambut tamu istimewa yang mereka undang untuk makan siang.Saat melihat Crystal, Benigno sempat termangu karena putrinya itu ternyata ada di rumahnya tanpa diundang."Sayang, Ben .... aku hampir lupa mengatakan padamu, kalau ada Crystal yang berada datang ke sini. Dia sepertinya sangat dekat sekali dengan ayahnya hingga kamu belum mengatakan apa pun padanya dia seperti telah punya kontak batin untuk datang kemari. Apa ini yang dikatakan jodoh, Ben?" Arabella sambil bergelayut manja di lengan Benigno, tak lupa pula untuk memprovokasi suaminya itu dengan putri semata wayangnya. Sebenarnya Arabella tidak punya niat buruk apa-apa mengatakan itu. Ia hanya ingin mengganggu Crystal saja. Ingin melihatnya marah-marah seperti saat wanita itu itu mas
Crystal tiba di rumah ayahnya, Benigno Mensina diantar oleh Massimo setelah ia mendapat izin dari Ethan. Begitu sampai di depan rumah ia pun segera turun dari sepeda motor matic yang dibawa oleh anak buah suaminya itu. Tak lupa pula ia menurunkan Clarissa."Kau pergilah sekarang, aku sudah berada di depan rumah ayahku saat ini. Jadi kau tak perlu lagi repot-repot menjagaku. Aku akan aman disini," kata Crystal."Tidak bisa begitu, Nyonya. Aku ditugaskan oleh Capo menjaga keselamatan Nyonya dan Clarissa," kata Massimo lagi."Ya Tuhan, sebenarnya apa maumu? Apa yang kukatakan tadi kurang jelas? Aku bilang ini adalah rumah ayahku. Kau tidak lihat ada berapa orang bodyguard ayahku yang berjaga di sana? Mereka semua yang akan menjagaku di sana!" kaya Crystal dengan kesal."Tetap saja aku harus ikut ke dalam, Nyonya. Tugasku adalah untuk mematuhi perintah dari Capo. Memastikan Nyonya selamat sampai kembali lagi ke rumah di Golden Time Residence," kata Massimo."Astaga, kau benar-benar menye