Share

53. Menginap Di Apartemen Kevin

Author: lyns_marlyn
last update Last Updated: 2025-08-05 14:02:56

Wajah Irene sangat kesal. Bayangan Zahra kembali menari di pelupuk matanya. "Sialan!"

"Apa?!" tanya Sarah.

"Si Zahra, sialan banget si Zahra! Memang sengaja dia terang-terangan mau merebut Kevin dari ku!" jawab Irene.

"Terus?"

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!" ucap Irene tegas.

"He-he-he. Kalau Kevinnya mau bagaimana?" tanya Sarah membuat Irene bungkam.

Tidak lama ponsel Irene yang ada di dalam tas bergetar. Dengan malas Irene merogoh ponselnya. "Siapa sih?"

"Kevin," jawab Sarah melihat nama yang tertera di layar ponsel.

Irene sama sekali tidak ada niat mau mengangkat ponselnya.

"Kenapa tidak diangkat? Mungkin Kevin mencarimu."

"Malas," jawab Irene hanya melihat ponsel yang bergetar.

Sarah menghela napas panjang. Ikut campur masalah pribadi Irene terlalu jauh, rasanya tidak enak juga.

Irene mengedarkan pandangan ke sekeliling, melihat beberapa pasangan sedang becanda dan juga ada anak-anak saling berkejaran.

Sarah melihat arloji yang melingkar di tangan. "Aku mau pulang."

"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    55. Film Mengundang Pikiran Jadi Traveling

    Wajah Irene merona merah. "Kita ini bukan anak kecil lagi. Kamu pasti lebih tahu dari aku.""Aku tidak tahu, makanya aku bertanya." Kevin masih memilih film apa yang cocok untuk mereka tonton.Irene menyandarkan tubuh di sofa, tatapannya jatuh pada jam dinding yang menunjukan angka tengah malam. "Ternyata ini sudah larut malam. Mama pasti menunggu aku pulang."Irene memejamkan matanya, pertengkaran antara dirinya dan Melanie kembali terbayang dlm pikirannya. Tanpa sadar, tangannya mengelus pipi mulus yang tadi jadi sasaran empuk telapak tangan Melanie."Kenapa?" Kevin sudah duduk di samping Irene.Irene membuka matanya. "Tidak apa-apa. Mana filmnya?""Itu," tunjuk Kevin pada layar televisi. "Sebentar lagi main."Irene mencari posisi duduk ternyaman, serius melihat layar televisi."Nonton tidak ada camilan rasanya ada yang kurang." Kevin pergi ke dapur tidak lama kemudian sudah kembali lagi dengan membawa beberapa bungkus Snack."Darimana ini?" tanya Irene mengambil satu bungkus snac

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    54. Teguran Melani

    "Dari aromanya tercium enak banget," puji Irene.Hidung Irene kembang kempis, satu porsi spaghetti terhidang di depan matanya. "Mudah-mudahan rasanya enak seperti baunya," lanjut Irene. "Pasti enak. Aku tidak pernah gagal membuat spaghetti.""Kita buktikan saja." Irene menunggu Kevin selesai merapikan peralatan agar bisa makan sama-sama."Kenapa tidak dimakan?" "Kamu yang masak, masa aku yang makan duluan," jawab Irene.Kevin duduk di samping Irene. "Ayo, kita makan."Tidak ada yang bersuara lagi, hanya garpu dan sendok yang beradu dengan piring yang terdengar.Sementara itu, di kediaman keluarga Ronald, Nyonya Melanie terlihat mondar mandir diteras rumah. Sekali-kali pandangannya melihat ke arah pintu pagar besi berharap ada Irene pulang."Ke mana sih tuh anak?! Sudah malam begini belum juga pulang," Melanie mengomel sendiri."Nyonya.""Ada apa?!" tanya Melanie melihat asisten rumah tangganya."Angin malam tidak baik untuk kesehatan, sebaiknya nyonya menunggu nona Irene di dalam

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    53. Menginap Di Apartemen Kevin

    Wajah Irene sangat kesal. Bayangan Zahra kembali menari di pelupuk matanya. "Sialan!""Apa?!" tanya Sarah."Si Zahra, sialan banget si Zahra! Memang sengaja dia terang-terangan mau merebut Kevin dari ku!" jawab Irene."Terus?" "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!" ucap Irene tegas. "He-he-he. Kalau Kevinnya mau bagaimana?" tanya Sarah membuat Irene bungkam.Tidak lama ponsel Irene yang ada di dalam tas bergetar. Dengan malas Irene merogoh ponselnya. "Siapa sih?""Kevin," jawab Sarah melihat nama yang tertera di layar ponsel. Irene sama sekali tidak ada niat mau mengangkat ponselnya. "Kenapa tidak diangkat? Mungkin Kevin mencarimu.""Malas," jawab Irene hanya melihat ponsel yang bergetar.Sarah menghela napas panjang. Ikut campur masalah pribadi Irene terlalu jauh, rasanya tidak enak juga.Irene mengedarkan pandangan ke sekeliling, melihat beberapa pasangan sedang becanda dan juga ada anak-anak saling berkejaran.Sarah melihat arloji yang melingkar di tangan. "Aku mau pulang.""

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    52. Akal Busuk Seorang Zahra

    "Hai," sapa Zahra pada Irene. Dengan sangat terpaksa, Irene membalas sapaan Zahra. "Hai!""Kamu sendirian?" tanya Kevin ramah pada Zahra. "Aku ada janji dengan temanku, tapi sepertinya mereka belum datang," jawab Zahra melihat ke sekeliling.Kevin melihat Irene membuang muka, mau menawarkan tempat duduk pada Zahra rasanya tidak enak pada Irene. "Apa boleh aku ikut bergabung di sini sebentar?" tanya Zahra tanpa merasa canggung. "Menunggu temanku datang.""Eh .. Iya, iya boleh," jawab Kevin serba salah, masa iya tidak boleh. "Silahkan." Zahra dengan wajah senang segera menarik kursi. "Terima kasih."Dalam hati Irene ngedumel. "Sialan banget si Zahra. Gue ke sini ingin menenangkan pikiran, ini malah tambah pusing."Kevin tahu Irene kesal, sementara Zahra seakan tidak peduli dengan reaksi Irene. "Ya Tuhan, perang apa lagi yang akan aku lalui?" bisik hati kecil Kevin."Sepertinya kita berjodoh," ujar Zahra. "Setiap kali ke luar rumah selalu bertemu kamu.""Eh,, iya," jawab Kevin garuk-

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    51. Tamparan Melani Pada Irene

    "Kakak jangan begitu!" tegur Pamela. "Jangan bicara seperti itu pada mama!""Diam kau!" semprot Irene marah. "Jaga sopan santunmu, Irene!" tegur mama, suaranya tak kalah kencang dari kedua putrinya. Irene melihat Melani, senyum sinis tersungging di bibirnya. "Sopan santun?! Apa mama lupa dengan kak Adeline yang sering mendapat perlakuan tidak sopan dari mama?!""Apa maksudmu?" "Mama selalu kasar pada kak Adeline!" jawab Irene. "Mama melihatku tidak sopan pada Pamela, tapi mama lupa kalau mama juga selalu tidak sopan pada Kak Adeline dan juga kita! Bahkan mama tidak pernah menghargai semua orang yang ada di rumah ini!" lanjutnya berapi-api.Plaaak!Sebuah tamparan keras mendarat sempurna di pipi kanan Irene."OMG!" seru Pamela kaget, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Irene kaget bukan kepalang. Diam tertegun, merasakan panas menjalar di pipi.Melani melihat telapak tangannya sendiri. "Ya Tuhan, apa yang telah ku lakukan," kaget dirinya telah lepas kontrol."Kakak!" Pamela

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    50. Keputusan Ada Di Tangan

    Di dalam mansion yang sekarang menjadi tempat tinggal Adeline, semua anggota keluarga sedang duduk santai kecuali Tuan Evander."Ma," panggil Adeline."Iya, nak," jawab Nyonya Adras menoleh sebentar pada putrinya kemudian melihat kembali pada majalah yang sedang dilihatnya.Sementara Adrian sibuk dengan ponsel di tangan, membalas chat dari temannya."Aku sudah lama tinggal di sini," lanjut Adeline."Lalu?" tanya Nyonya Adras. "Aku ...." Adeline tidak melanjutkan kalimatnya."Kamu ingin kembali ke rumah mertuamu yang tidak pernah menghargai kamu itu?""Bukan begitu, ma," jawab Adeline."Lalu?""Aku harus menyelesaikan masalahku dengan Ronald," jawab Adeline pelan."Kakak mau bertemu dengan kak Ronald?" celetuk Adrian. "Sepertinya begitu," jawab Adeline. "Masalahku dengan Ronald harus diselesaikan.""Kalau kakak mau bertemu dengan kak Ronald, aku ikut! Nanti terjadi apa-apa dengan kakak bagaimana?!" ujar Adrian. Mama menutup majalah yang sedang dilihatnya. "Memangnya kamu siap berte

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status