Pemikiran Peter tentang Bastian yang tidak akan punya kekuatan ketika tidak lagi menjabat sebagai pimpinan perusahaan Mondlicht Branchen Indonesia ada benarnya. Namun yang dipikirkan oleh Brandon berbeda."Aku pikir dengan memecat dia dari jabatan pimpinan perusahaan Mondlicht Branchen Indonesia bukanlah sebuah keputusan yang baik," kata Brandon.Peter menahan keinginan untuk berbicara karena dia melihat kalau Brandon akan mengucapkan kata-katanya lagi. Walaupun sangat ingin dia menjelaskan apa yang dipikirkan olehnya, namun diri tidak berani untuk menyela sang paman."Kalau kita melakukan itu kepadanya, tentunya dia akan terprovokasi dan akhirnya bergerak. Jika dia sampai datang ke Jerman saat ini, dalam kondisi kita seperti ini, kita akan tamat! Tentunya para pendukung Sectio akan menyambut Bastian dengan besar anda mungkin saja menggunakan media hingga membuat citra kita habis. Mereka pasti menyiapkan diri untuk menaruh wajah di hadapan Bastian agar mempertahankan posisi mereka ata
Charlie yang sedang duduk langsung berdiri ketika Bastian datang menghampirinya."Apa yang bisa aku bantu, Tuan Dominic?" tanya Charlie.Bastian menyerahkan surat undangan dari Wibowo Group kepada Charlie."Aku diundang untuk menghadiri perayaan peresmian perusahaan baru milik Wibowo Group. Apa kamu melihat ada sesuatu yang aneh? Kalau aku rasa ada niat terselubung dibalik undangan ini," kata Bastian.Charlie membaca surat undangan yang dikirim untuk Bastian. Semua penulisan nama dan juga jabatan di perusahaan Mondlicht Branchen Indonesia sudah sangat tepat yang artinya mereka mempersiapkan ini dengan sangat serius."Mungkin saja ada niat lain dari seseorang yang terlibat dalam acara itu. Tapi menurutku jika atas nama perusahaan Wibowo Group, mereka tidak akan berani sesuatu yang bisa merusak nama baik perusahaan mereka apalagi di perayaan peresmian perusahaan mereka yang baru. Mereka mengundangmu murni karena jabatan yang Tuan pegang sekarang," kata Charlie, memberikan pandangannya.
Amelia menampar Rahmat kembali dengan sekuat tenaganya. Walaupun amarahnya masih menggebu-gebu, namun tenaganya kini sudah habis."Berengsek! Manusia biadab! Sungguh tega kamu melakukan itu kepada wanita paruh baya! Gila!" pekik Amelia.Bastian kemudian berdiri. Dia memeluk tubuh Amelia dan mengusap rambutnya dengan lembut.Apa yang dilakukan oleh Bastian benar-benar membuat amarah di dalam diri Amelia, mereda."Kamu sudah tenang?" tanya Bastian setelah melepas pelukannya.Amelia menganggukan kepalanya dan menyeka air mata yang menetes di pipinya.Ketika dipeluk oleh Bastian tadi, Amelia menangis hingga membuat kaos Bastian basah."Kalau gitu kamu duduk dulu!" ucap Bastian seraya memberikan kursinya kepada Amelia.Ketika Amelia duduk, Bastian menoleh ke arah Rahmat seraya menganggukkan kepalanya.Setelah itu Bastian memalingkan wajahnya kepada Amelia dan berkata, "Ayo kamu tanya apapun kepada dia termasuk siapa dalang dibalik kejadian itu."Amelia menarik napas dalam-dalam dan menghem
Pria itu terlihat sangat pucat sekali wajahnya saat dia melihat sosok Christian memasuki ruangan. Dia bagaikan sedang melihat malaikat pencabut nyawa di hadapannya.Kepala lembaga pemasyarakatan yang berada di dalam ruangan, sontak langsung memukul kepala pria tersebut."Yang sopan kamu, Mat!" pekik sang kepala lembaga pemasyarakatan yang merasa tersinggung dengan sikap yang ditunjukkan oleh Rahmat kepada Bastian.Tentu saja alasan sesungguhnya sang kepala lembaga pemasyarakatan memukul Rahmat adalah untuk mencari wajah di hadapan Bastian."Tuan Dominic, silakan duduk!" ucap sang kepala lembaga pemasyarakatan itu.Bastian menganggukkan kepalanya. Lalu dia berkata, "Boleh tinggalkan kami berdua saja?"Rahmat menggelengkan kepalanya dengan sangat keras seraya berkata, "Tidak! Tolong jangan tinggalkan aku berdua dengannya."Rahmat benar-benar menganggap bahwa kesetiaan adalah malaikat pencabut nyawanya.Bagaimana tidak memiliki anggapan seperti itu kalau dia menyaksikan dengan mata kepal
Emily hanya mengangkat kedua pundaknya saja untuk merespon apa yang dikatakan oleh Aurier.Bagi dirinya yang terpenting adalah sudah memberikan saran. Mau dengar atau tidak itu urusan Aurier, dia tidak bisa memaksakannya."Apa kamu punya saran hadiah yang bisa kuberikan kepada Alexa? Mumpung masih siang, jadi bisa nyari secepatnya sebelum dia pulang ke rumah," tanya Aurier."Memangnya kenapa kalau dia sampai pulang ke rumah, Pak? 'Kan bisa memberikannya ke rumah Bu Alexa?" tanya Emily, heran.Aurier tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Lalu dia berkata, "Aku pikir kamu pandai dalam membaca situasi. Selama ini aku menilaimu seperti itu, tapi nyatanya dalam hal ini kamu nggak bisa membaca dengan baik. Apa kamu juga ada masalah dalam percintaan?"Emily memang tidak memiliki kekasih semenjak dia menjadi asisten pribadi Aurier 2 tahun yang lalu. Karena pada saat itu, ketika wawancara untuk mendapatkan posisi sebagai asisten pribadi, salah satu syaratnya adalah mengharuskan dirinya unt
Mendengar Alexa protes, Bastian malah menjadi terpancing emosinya. Dia pun kemudian berkata, "Aku bukan melarangmu tapi seenggaknya kamu harus ngabarin aku dulu. Kamu itu wanita nggak bisa disamakan dengan aku. Jika ada sesuatu yang terjadi kepadamu, kamu bisa apa? Melawan juga nggak akan mungkin bisa!"Alexa mengangguk-anggukkan kepalanya seraya berkata, "Siapa bilang aku nggak bisa melindungi diriku sendiri? Aku buktikan nanti kalau aku juga bisa melindungi diriku sendiri!"Bastian menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya sendiri. Lalu dia berkata, "Bukan begitu maksudku! Coba kamu pikirkan lagi, apa salah aku khawatir sama kamu? Jangan terlalu egois dan keras kepala. Ada saatnya kamu harus mengerti dengan menggunakan hati!""Ya habisnya kamu curang! Aku nggak pernah marah dan ngelarang kamu untuk ketemu sama seorang wanita, makan malam bersama dengan dia atau pergi malam hari, entah pergi kemana! Tapi kenapa giliran aku, kamu malah marah? Nggak adil banget!" Alexa masih mem