Kevin bergumam sendiri akan sikap waspada jika sampai Claire berhasil mendapatkan kontrak dan menjadi anak kesayangan Kakek Klein.
Acara makan malam, semua keluarga berkumpul kecuali Arnold. Seperti biasa, Arnold berkutat dengan pekerjaan di dapur namun bisa mendengarkan perbincangan keluarga di meja makan. “Claire. Kakek memberikan kesempatan kepadamu untuk mengajukan kerjasama dan mendapatkan dana sebesar tiga puluh milyar dollar di Emrand grup! Jika kau berhasil dapat, maka kau akan aku jadikan CEO di Shining grup.” Ucap Kakek Klein ketika makan malam hampir selesai. Kevin diam seraya melirik sinis ke arah Claire. Jabatan yang sangat diinginkannya di Shining grup terancam tidak bisa dimiliki. Kekhawatiran Kevin mulai terlihat karena sejak tadi tangannya tidak bisa berhenti bergerak. Claire merasa ada angin segar ketika sang kakek meminta bantuannya kali ini. Sebelum-sebelumnya, Claire hanya dianggap sebagai cucu yang bekerja di bagian paling rendah di Shining grup. Bahkan jarang sekali Kakek Klein memberikan pujian kepada Claire atas kinerjanya selama ini. "Apakah ini serius, Kakek? Apakah tidak ada apapun di balik rencana Kakek?" Tanya Claire memastikan tidak ada niat buruk atas penawaran yang diberikannya. "Tidak ada!" Sahut Kakek Klein seraya menyesap teh hangat usai menyantap hidangan makan malam. "Ayolah, Claire. Ibu mendukungmu, jadi terima saja!" Ucap Vania dengan senyum kebanggannya. Pikiran bisa mempengaruhi Claire sebentar lagi akan terlaksana. "Kakek serahkan dan mempercayakan pengajuan kerjasama padamu. Semoga usahamu membuahkan hasil, apalagi kau adalah wanita pekerja keras!" Ucap Kakek Klein tanpa menyinggung Arnold. Kakek Klein sengaja tidak menyinggung nama Arnold, khawatir jika Claire akan menolak perintahnya. "Kakek yakin, jika kau adalah wanita hebat yang akan membawa nasib baik Shining grup!" Ucap Kakek Klein lagi. “Ini adalah hal baru untukku, Kakek. Claire akan berusaha yang terbaik untuk Shining grup!” Ucap Claire disertai senyuman yang cukup manis. Kevin semakin kesal karena Kakek Klein terlihat cukup yakin akan usaha Claire. Arnold tersenyum mendengar sang istri akan diberikan jabatan tertinggi di Shining Grup, jika berhasil mendapatkan kerjasama dengan Emrand grup. Itu artinya sebentar lagi sang istri akan menjadi wanita paling hebat. “Kakek, aku akan membantu Claire mengajukan permohonan ini!” Ucap Kevin seraya menawarkan diri untuk membantu Claire. Arnold mendadak diam dan menghentikan pekerjaannya ketika Kevin menawarkan bantuan pada Claire. Arnold tersenyum kemudian melanjutkan lagi pekerjaannya. “Tidak perlu, Kevin! Aku pasti bisa!” Ucap Claire penuh percaya diri. “Claire, seharusnya kamu menghargai bantuan dari saudaramu. Kevin pasti tahu caranya untuk mengajukan permohonan kerjasama!” Vivian, akhirnya angkat bicara ketika Claire menolak keras tawaran Kevin. Vania, yang saat itu berada di ruang makan pun ikut kesal dengan ucapan Vivian. Saudara ipar yang selalu ingin ikut campur dengan semua pekerjaan Claire. “Vivian. Biarkan anakku dulu meraih kesempatannya. Aku yakin, Claire pasti mendapatkan kontrak kerjasama itu!” Ucap Vania seraya kembali melanjutkan makan malamnya. Vivian merasa jika Vania dan Claire adalah batu sandungan menuju kejayaan. Keinginannya sangat kuat untuk menguasai Shining grup. Arnold pun menangkap gerak gerik Vivian yang mencurigakan. Bagaimana tidak, Arnold sanggup membaca karakter Vivian yang ternyata cukup buruk. Usai makan malam bersama, Claire segera ke kamar. Langkahnya begitu cepat seolah ingin segera sampai. “Arnold!” ucap Claire seraya membuka pintu dan memanggil suaminya. Bibirnya mengerucut ketika kamar terlihat kosong dan tidak ada Arnold disana. Claire memutuskan membuka jendela dan menikmati udara malam masuk ke dalam. Suasana hatinya benar-benar sedang baik karena kesempatan yang diberikan Kakek Klein kepadanya. Tidak berapa lama, Claire dikejutkan dengan terbukanya pintu. Ya, Arnold masuk ke kamar membawakan secangkir kopi susu untuk Claire. “Claire. Angin malam tidak baik untukmu, ayo tutup jendelanya!” Ucap Arnold seraya menutup jendela yang cukup besar di kamarnya. Claire mundur beberapa langkah dan memperhatikan Arnold menutup jendela. Claire mendekati Arnold dan kini keduanya saling berhadapan. “Arnold. Apa kau tahu berita baik hari ini?” Ucap Claire dengan senyum mengembang membuat Arnold semakin jatuh hati. Senyuman Claire selalu menjadi candu baginya. "Sepertinya kau bahagia sekali, Istriku. Ada berita apa hari ini? Aku tidak sabar mendengarnya!" Ucap Arnold seraya duduk di atas sofa putih yang terletak di samping ranjang besar tempat tidur Claire. “Arnold. Aku mendapat kesempatan dari Kakek!” Ucap Claire seraya memeluk Arnold secara tiba-tiba. Degup jantung Arnold berdetak begitu cepat. Padahal selama ini keduanya hampir tidak pernah berpelukan karena merasa malu. Pernikahan karena perjodohan belum membuat mereka saling terbuka akan cinta yang mereka miliki. Kedua mata bertatapan, dan rasa malu muncul dari keduanya sehingga Claire melepaskan pelukannya. "Maaf, Arnold. A-aku--!" Ucap Claire yang salah tingkah di depan Arnold. Melihat Claire salah tingkah menjadi hal yang lucu bagi Arnold. Claire terlihat imut dan lucu jika sedang seperti ini. “Benarkah?” ucap Arnold seraya kedua tangannya memegang kedua bahu Claire. Claire mengangguk cepat kemudian kembali tersenyum. Arnold pura-pura terkejut ketika Claire memberikan kabar baik ini dan tidak membahas pelukan Claire. Arnold paham, jika Claire akan merasa malu jika Arnold membahasnya. “Ya, Arnold. Kau dipihakku dan harus mendukungku. Dengan begini, aku tidak akan lagi dipandang sebelah mata oleh keluarga Klein!” Ucap Claire seraya mencubit hidung Arnold. Sungguh menyakitkan, selalu bekerja keras namun tidak pernah mendapat pujian atau penghargaan apapun dari Kakek Klein. “Ya. Aku akan selalu mendukungmu, Claire. Sama seperti kamu yang selalu mendukungku meskipun aku bukanlah orang berpengaruh!” Ucap Arnold. Senyum Claire malam ini membuatnya hampir tidak bisa tidur. Dia merubah posisinya berkali-kali membayangkan akan selalu mendapat senyuman dari Claire setiap waktu. Arnold duduk di sofa, tempat yang selama ini digunakan untuk tidur. Bibirnya tersenyum melihat Claire cantik tengah tertidur di ranjang. Ingin sekali tangannya menyibak rambut Claire yang menutupi kecantikannya saat tidur. “Claire. Kau wanita pertama yang paling aku cintai! Hatimu begitu bersih. Bersyukurnya aku memiliki istri sepertimu!” Gumam Arnold seraya berdiri dan berjalan menghampiri Claire yang tidur di ranjang. Diraihnya ponsel miliknya untuk menghubungi Jack. Arnold memilih keluar dari kamar menuju balkon menikmati dinginnya udara malam disertai turunnya salju. Kedua mata Arnold menangkap sesuatu yang mencurigakan. Dari kejauhan terlihat Vivian tengah bersama seorang lelaki bertubuh kekar. Arnold mengambil gambar dengan kamera ponselnya yang lain. Ponsel keluaran terbaru memiliki tembakan kamera yang cukup bagus. Arnold mengendap-endap menuruni lantai dua hingga sampai di lokasi yang tidak jauh dari Vivian berada. Cukup mencurigakan, karena Vivian terlihat waspada, supaya tidak ada yang memergokinya di belakang rumah tengah malam. Sayangnya, Arnold tengah mengetahui semua yang diucapkan Vivian dan berhasil merekamnya. "Hancurkan mobil Claire saat dia pergi bekerja!"Kakek Klein terlihat berjalan kesana kemari sambil menunggu kabar dari Kevin. Kevin tidak serius akam perintah Kakek Klein, melainkan hanya berpura-pura mencari tahu alamat alex berada. "Aku tidak bisa melacaknya, Kek. Lagipula, biarkan saja mereka berdua pergi! Aku disini untuk mendedikasikan hidupku padamu!" Ucap Kevin sambil melirik ke arah Vivian. Ibu dan anak terlihat saling melempar senyum karena rencana sudah berhasil. "Baiklah, urus semua sampai kontrak berakhir. Aku tidak ingin mengecewakan Emrand grup untuk yang pertama kalinya!" Ucap Kakek Klein seraya menunjuk ke arah Kevin. Kakek Klein berlalu meninggakkan ruang kerjanya, kini tinggalah Kevin dan juga Vivian. "Kau hebat, Kevin! Shining grup akan menjadi milikmu!" Ucap Vivian seolah memberi selamat atas keberhasilan Kevin menjadi direktur Shining grup. Kevin membuka dokumen dan mulai mempelajari semua kontrak antara Shining grup dan Emrand grup. Betapa terkejutnya, ketika dirinya sama sekali tidak memahami perja
Kedua mata Claiee seakan tidak percaya dengan seseorang yang menyapanya di pesawat. Ingin rasanya tertawa, kesal bahkan ingin ungkapkan rasa rindu tiga hari tanpa kabar. "Arnold, bagaimana bisa kau ada disini?" Tanya Claire seakan hampir tidak percaya. Arnold duduk tepat di kursi sebelah Claire. Meski pendingin udara menyala cukup dingin, namun keringat membanjiri tubuh Claire. Arnold meraih saputangan dari jas yang dikenakan kemudian mengusap keringat Claire. Bibir mereka perlahan tersenyum, andai tidak berada di tempat umum, ingin rasanya Claire memeluk Arnold. "Kenapa berkeringat, Claire? Apa kau sakit?" Tanya Arnold. "Kau jahat padaku, Arnold. Aku membencimu!" Ucap Claire dengan wajah cemberut seraya melipat kedua tangannya di dada. "Kau selalu membuatku gemas, Claire. Aku sama sekali tidak nyaman harus berjauhan denganmu!" Ucapan Arnold sukses membuat hati Claire meleleh. Perlahan Arnold mengungkap isi hati meski belum sepenuhnya. Di kursi seberang, Alex hanya tersenyum me
Claire diam seraya mengamati pemilik tubuh yang dikenali dari belakang. Claire terpaksa menghentikan langkahnya dan membiarkan Jack melanjutkan urusannya dengan wanita tersebut. "Maafkan saya, Tuan. Ampuni saya!" Terdengar gadis itu meminta ampun pada Jack. Gadis itu terlihat mengerikan dengan pakaiannya yang seksi namun seolah sudah dirobek. Jack hanya diam dan tetap membiarkan gadis itu merengek minta ampunan. Karena sebuah janji yang diucapkan gadis itu akhirnya Jack memaafkannya. Tidak berapa lama gadis itu pun berhenti berlutut kemudian berbalik. Nyaris saja jantung Claire keluar dari tempatnya ketika melihat wajah Denise babak belur. Claire diam dan mengalihkan pandangannya sejenak dari Denise. "Apa yang diperbuat olehnya?" Gumam Claire. Denise pergi dengan kepala menunduk, tidak seperti biasanya saat masih menjadi tuan putri di keluarga besar Light grup. Kesombongan Denise telah musnah karena keangkuhannya. Claire menatap punggung Denise semakin menjauh dan menghilang di
Kiriman buket bunga yang datang membuat Claire heran. Sebuah nama pengirim terselip, namun ketika Claire membukanya, wajahnya yang ceria berubah menjadi murung. "Dari Albert. Sebaiknya aku letakkan saja di sudut sana!" Ucap Claire seraya membawa buket bunga tersebut ke salah satu sudut ruangan yang tidak akan dijamahnya. Bunga itu teronggok sia-sia di sudut ruang kerja tanpa ada yang mau menjamah. Ceklek Pintu dibuka dari luar tanpa ijin pada pemilik ruangan. Ternyata Kakek Klein datang dengan wajahnya yang datar. "Claire. Berkatmu, semua berjalan lancar!!" Ucap Kakek Klein tanpa ekspresi sedikitpun. "Kakek, terima kasih sudah mempercayakan Emrand grup padaku!" Ucap Claire tanpa ada senyum di bibirnya. Claire paham jika sang kakek tidak pernah tulus padanya. "Kakek akan memperpanjang jabatanmu tanpa halangan apapun meski kau melakukan kesalahan." Ucap Kakek Klein seraya memasukkan tangan kanannya di saku celana. "Apa maksud Kakek?" Tanya Claire seraya menautkan kesua ali
Claire menengok kepada pemilik suara tersebut. Ternyata Jack berada tidak jauh darinya seraya membungkuk memberikan salam. Tentu saja sikap Jack membuat Claire terkejut apalagi Clairr merasa jabatannya tidak ada apa-apanya dibanding Jack. "Oh begitu, Tuan! Maafkan saya, saya akan pergi kalau begitu!" Ucap Claire dengan raut wajah kecewa yang disembunyikan di balik senyumnya. "Tidak apa, Nona. Apakah Nona Claire baik-baik saja?" Tanya Jack memastikan isi hati Claire. "Ada sedikit kecewa, Tuan. Mungkin hanya perasaanku saja yang terlalu besar pada Arnold. Ini bukan salah Arnold jadi jangan pernah pecat dia!" Ucap Claire dengan kepala menunduk. Kedua matanya menatap bekal untuk Arnold yang berada di tangannya. Kedua mata Jack memperhatikan sesuatu yang dibawa Claire. Jack merasa Claire akan memberikan sesuatu pada Arnold. "Apakah itu untuk Tuan Arnold?" Tanya Jack pada Claire. "Tu-tuan Arnold?" Claire mengulangi pertanyaan Jack yang menyebut Arnold dengan sebutan Tuan. "Oh,
Kedua mata Arnold membulat sempurna ketika mendapat sebuah panggilan dari Jack. Arnold seketika berdiri seraya meraih jaket tebal hadiah dari Claire. Ditatapnya Claire tengah tertidur dengan pulas dan dirinya saat ini harus segera memenuhi panggilan Jack. Arnold menulis sebuah pesan dan meletakkannya di meja rias Claire. Arnold berjalan tergesa-gesa supaya sampai di pintu belakang. Jack menyambut kedatangan Arnold ketika sudah sampai di tepi jalan. "Tuan, kita ke singapura sekarang!" Ucap Jack seraya membuka pintu mobil untuk Arnold. Tidak ada yang bisa Arnold ucapkan selain mengikuti ucapan Jack. Ke Singapura mendadak sama saja terjadi hal buruk pada sang Kakek. Selama perjalanan menuju bandara, tidak hentinya Jack melantunkan doa untuk semua keluarganya suoaya diberikan kesehatan dan umur panjang. Tidak berapa lama mobil hitam yang membawa Arnold dan Jack sudah sampai di bandara. Gegas Arnold bersama anak buahnya menuju ke sebuah ruang pribadi yang terdapat boarding pass yang me