Beranda / Urban / Menantu Terkuat Sang Presiden / BAB 1. Bangkit Dari Kematian

Share

Menantu Terkuat Sang Presiden
Menantu Terkuat Sang Presiden
Penulis: Junaidi Al Banjari

BAB 1. Bangkit Dari Kematian

last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-05 16:29:50

September, 1054

Jeledarrr! Jeledarrr!

Suara petir menggelegar, menggema di seluruh penjuru kota, menyelimuti langit yang gelap. Hujan turun dengan deras, menghantam atap-atap bangunan dan jalan berbatu, menciptakan suasana mencekam. Pada hari ini, seorang pria yang dikenal sebagai “Dewa Racun” akan menghadapi hukuman mati. Ia bukan sekadar penjahat biasa, melainkan seorang pembunuh berdarah dingin yang telah mengakhiri hidup seorang kaisar.

“Yang Mulia Hakim, apakah eksekusi akan tetap dilaksanakan? Tidak banyak saksi yang datang karena hujan yang sangat lebat ini,” bisik seorang pegawai pengadilan, suaranya setengah tenggelam dalam dentingan hujan.

Hakim, seorang pria tua dengan wajah keras dan tatapan tajam, hanya mengangguk pelan. Raut wajahnya tidak menunjukkan keraguan sedikit pun. “Laksanakan!” ujarnya tegas, suaranya menggema di ruang eksekusi yang hanya diterangi beberapa obor yang bergetar oleh tiupan angin.

Tak lama kemudian, beberapa ajudan menyeret seorang pria. Tubuhnya kurus namun penuh energi gelap yang terasa mencekam. Pria itu berlutut dengan tangan terikat di belakang, di hadapan tiang pancungan yang sudah menantinya. Kepalanya ditutup dengan kain hitam yang menambah aura misterius.

“Dewa Racun, apakah kau memiliki permintaan terakhir?” tanya sang algojo, suaranya serak namun penuh wibawa.

Mendengar pertanyaan itu, pria di hadapannya justru tertawa, tawa yang dingin dan penuh ejekan. “Aku tidak memiliki permintaan,” jawabnya singkat, senyum tipis terlukis di wajahnya. Tidak ada sedikitpun ketakutan yang terlihat, meski kematian sudah berada di ambang pintu. “Nanti kalian akan mengetahui, betapa berterima kasihnya kalian kepadaku karena telah menghabisi kaisar lalim itu.”

Wajah sang hakim memerah mendengar kata-kata penghinaan itu. Dengan suara lantang, ia memerintahkan algojo, “Penggal!”

Tanpa ragu, algojo mengangkat pedangnya yang besar dan tajam. Ia melangkah maju, mengayunkan pedang itu dengan kekuatan penuh menuju leher pria yang sudah diletakkan di penyangga tiang pancung.

Craakkkk!

**

Brankkkk!

Suara benturan keras terdengar, memecah keheningan. Kali ini, bukan suara petir, melainkan jeruji besi yang dipukul dengan pentungan kayu. Suara itu begitu nyaring, menggema di ruangan sempit dan pengap yang dipenuhi oleh para tahanan. Mereka terbangun dengan wajah lelah dan tubuh yang lemah, kecuali satu orang. Seorang pemuda berusia sekitar 20 tahun masih terbaring di sudut ruangan, seolah tidak peduli dengan dunia sekitarnya.

“Cepat bangunkan dia atau aku akan menyeretnya!” bentak seorang sipir, suaranya kasar dan penuh ancaman.

Salah seorang tahanan, pria tua dengan wajah yang dipenuhi keriput, mendekati pemuda itu. Ia menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan lembut, berusaha membangunkannya. “Hei, bangun! Sipir tidak akan menunggu lama,” bisiknya cemas.

Kelopak mata pemuda itu perlahan bergerak, membuka dengan pandangan kosong. ‘Di-di mana ini? A-apakah aku belum mati?’ pikirnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, menyadari dirinya berada di dalam sebuah sel sempit bersama puluhan orang lainnya. Aroma keringat dan udara lembap menusuk hidungnya.

Brankkk!

Jeruji besi kembali dipukul. Sipir itu semakin tidak sabar. “Cepat keluar! Sudah saatnya kalian kerja bakti!” teriaknya, kali ini lebih keras.

Dua orang sipir masuk ke dalam sel dan langsung menarik pemuda itu dengan kasar. “Cepat keluar, dasar pemalas!” salah satu dari mereka membentak, seraya menyeret tubuhnya keluar.

Pemuda itu ingin melawan, tetapi tubuhnya terasa lemah. ‘Aneh sekali, mengapa kekuatanku tidak bisa dikerahkan? Padahal pusat tenagaku tidak mengalami kerusakan,’ pikirnya sambil menganalisis kondisinya. Ia termenung sejenak, hingga tiba-tiba serangkaian ingatan asing melintas di benaknya. Wajahnya berubah. Dari yang awalnya terlihat polos dan bingung, kini sorot matanya menjadi tajam dan menyeramkan.

Sipir-sipir itu menyeretnya melewati lorong-lorong panjang yang gelap, berliku-liku, hingga akhirnya mereka tiba di sebuah lapangan luas. Hujan sudah berhenti, tetapi langit masih tampak mendung. Beberapa tahanan lain sudah berkumpul di sana, membentuk kerumunan kecil. Ketika melihat pemuda itu dibawa masuk, mereka menatapnya dengan penuh kebencian dan dendam.

“Kal Altair... Seorang menantu terbuangnya Presiden. Malang bagimu, hanya dimanfaatkan untuk mendongkrak popularitas!” teriak seorang pria bertubuh besar, berkepala gundul, dengan wajah penuh codetan. Nada suaranya sarat dengan ejekan dan amarah.

Semua orang tahu siapa Kal Altair. Pemuda yang dulunya seorang pegawai bengkel biasa ini menjadi viral karena kedekatannya dengan putri sang presiden. Ia dijadikan menantu demi kepentingan politik, tetapi begitu popularitas itu memudar, ia dibuang begitu saja, dianggap sebagai aib keluarga.

Kal, atau tepatnya Dewa Racun yang kini terjebak di tubuh pemuda itu, tersenyum kecil. Ia mulai memahami situasi. ‘Jadi aku tidak mati, tetapi terlempar ke masa depan? Dan sekarang aku berada di tubuh seseorang yang bernama Kal Altair?’ pikirnya sambil menatap kedua tangannya.

‘Baiklah, Kal. Mulai sekarang, kehidupanmu aku ambil alih!’ ucapnya dalam hati, senyum menyeramkan muncul di bibirnya.

Pria gundul itu melangkah mendekati Kal, wajahnya penuh amarah. “Kau pikir kau bisa bertahan di sini, bocah manja? Aku akan menghancurkanmu!” teriaknya, tangannya terangkat, siap menghantam wajah Kal.

Namun, sebelum tangan itu menyentuhnya, Kal bergerak dengan cepat. Gerakannya begitu lincah dan presisi, membuat semua orang terkejut.

Kraakkkk!

Suara tulang patah terdengar jelas. Pria gundul itu terjatuh, kedua tangannya patah. Ia menjerit kesakitan, suaranya menggema di lapangan. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu mundur dengan wajah ngeri.

Kal berdiri dengan gagah, menatap kerumunan dengan senyum penuh kemenangan. “Siapa lagi yang ingin mencoba?” tanyanya, suaranya dingin dan mengintimidasi.

Beberapa saat kemudian, para sipir berlarian masuk ke lapangan. Mereka menangkap Kal dan beberapa orang lainnya yang dianggap sebagai pengacau. Kal hanya diam, membiarkan dirinya dibawa pergi. Di dalam hatinya, ia merasa puas. Ini baru awal dari permainan yang lebih besar.

“Kal Altair mungkin telah mati,” pikirnya sambil tersenyum tipis. “Tetapi Dewa Racun telah hidup kembali.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Junaidi Al Banjari
bukan reinkarnasi bang, seperti pindah jiwa begitu
goodnovel comment avatar
Surya Darma
Ini ringkarnasi seperti kepercayaan orang Budha ya
goodnovel comment avatar
Lafiza
udah tegang di awal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menantu Terkuat Sang Presiden   Bab 54. Serangan Ke Istana Presiden

    Wesly memasuki gerbang besar menuju Istana Kepresidenan dengan hati yang berdebar kencang. Dia mengenakan pakaian rapi dan membawa selembar surat palsu yang menyatakan bahwa dia adalah seorang penggiat hak asasi manusia yang juga layak mendapatkan penghargaan yang sama dengan Caithlyn.Saat memasuki area Istana, Wesly dicegat oleh petugas keamanan yang menanyakan tujuannya. Dengan tenang dan percaya diri, Wesly menjelaskan bahwa dia datang untuk menyampaikan protes karena hanya Caithlyn yang mendapatkan penghargaan. Dia meyakinkan petugas bahwa tindakannya adalah bentuk kepeduliannya terhadap kesetaraan gender.Setelah beberapa saat diskusi, petugas keamanan akhirnya memberikan Wesly kesempatan untuk bertemu dengan Presiden. Wesly ditemani oleh seorang staf istana yang mengantar dia menuju ruangan Presiden.Di dalam ruangan, suasana tegang terasa begitu kental. Wesly duduk di hadapan Presiden Keith yang tampak serius dan tegas. Namun, Wesly tetap tenang dan mengemukakan argumennya den

  • Menantu Terkuat Sang Presiden   Bab 53. Caithlyn Dijemput Ke Istana

    "Saya akan mencoba menghilangkan mereka di sini. Jaga komunikasi tetap terbuka," kata Kal sambil mempercepat laju motornya.Saat masuk ke dalam gang sempit, Kal melihat helikopter yang mengawasinya harus mengubah posisinya untuk terus memantau. Itu memberinya sedikit waktu untuk menyusun rencana.Kal dengan hati-hati mengendarai motor sportnya melalui gang-gang kecil, mengambil belokan tajam dan jalan buntu untuk mengacaukan helikopter yang mengikutinya. Dia juga memperhatikan setiap gerakan mobil-mobil yang mengikuti dari belakang.Setelah beberapa menit melakukan manuver yang rumit, Kal melihat peluang untuk menghilangkan pengawasan helikopter. Dia mempercepat motornya dan tiba-tiba berbelok tajam masuk ke dalam taman kota yang penuh dengan pepohonan dan semak belukar.Helikopter yang mengikuti tidak bisa mengikuti belokan tajam yang dilakukan Kal. Mereka harus mengubah posisi dan menghindari pepohonan di taman. Hal ini memberikan kesempatan bagi Kal untuk menghilang di antara pepoh

  • Menantu Terkuat Sang Presiden   Bab 52. Sebuah Kecurigaan

    “Aku pun sudah menyelidikinya melalui para hacker dan tim IT negara. Semua tidak dapat menemukan kesalahan atau ketidak aslian dari identitas orang itu. Sepertinya ia memang menggunakan identitas asli,” ucap Alex.Presiden Keith diam merenung. Sebenarnya ia sudah menduga Nel itu adalah Kal yang menyamar. Namun tidak ada bukti yang ia dapatkan.Keberadaan Kal yang misterius membuat Presiden Keith merasa sulit untuk mengendalikannya. Apalagi kini Joana, putrinya yang dijadikan senjata untuk mengendalikan Kal juga sudah berada di tangan menantunya itu. Ia merasa Kal saat ini bagai bola liar yang keberpihakannya sangat sulit ditentukan.“Padahal aku sudah sangat yakin pengusaha bernama Nel itu adalah Kal. Tapi ternyata kartu identitasnya itu menunjukkan hal lain. Meski begitu bukan berarti kita bisa percaya begitu saja,” Presiden Keith menajamkan matanya menandakan ucapannya itu benar-benar serius.buat lanjutan cerita diatas dengan mengembangkan kalimat di bawah sebanyak 1000 kataAlex

  • Menantu Terkuat Sang Presiden   Bab 51. Penyelidikan Yang Gagal

    Tiga polisi itu berusaha meminta maaf lagi, namun Kal sudah tidak dapat lagi dikendalikan emosinya. "Kalian berpikir saya bodoh? Berpikir saya mencoba mengelabui negara? Ini adalah pencemaran nama baik dan penghinaan terhadap integritas saya sebagai warga negara!" Kal mengeluarkan ancaman akan mengambil langkah hukum terhadap mereka.Dengan suasana yang semakin tegang, Caithlyn mencoba meredakan situasi. "Baiklah, baiklah, mari kita semua tenang. Apapun itu, mari kita cari solusi yang terbaik untuk semua pihak. Kak Nel, mungkin ada cara damai untuk menyelesaikan masalah ini tanpa harus mengambil tindakan ekstrim," ucapnya dengan suara tenang, mencoba membujuk Kal untuk tidak melangkah terlalu jauh.Kal masih berpura-pura dalam emosi yang tinggi, Ia melakukan itu agar pihak kepolisian atau pemerintah tidak bertindak semena-mena terhadapnya. Sangat penting baginya untuk tidak sering diusik oleh orang pemerintahan.“Tuan-tuan, sebaiknya tinggalkan dulu tempat ini. Kalau memang tuan-tuan

  • Menantu Terkuat Sang Presiden   Bab 50. Utusan Presiden, Pemeriksaan Identitas Kal 

    Beberapa saat kemudian, Caithlyn bergabung dengan Kal dan Wesly di ruang tunggu basecamp mereka. Wajahnya terpancar senang melihat kedatangan Kal, sementara Kal sendiri hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Caithlyn tentang kabarnya. Namun, kegembiraan Caithlyn agak memudar saat Kal langsung menanyakan apa yang sedang terjadi."Kak Nel, beberapa hari ini kami sering didatangi oleh polisi dan intel tentara. Mereka mencari seseorang bernama Kal. Sepertinya orang itu sangat membuat resah negara, dilihat dari gelagat mereka," ujar Caithlyn dengan nada khawatir.Kal mengangguk, mengindikasikan bahwa ia memperhatikan situasi yang disampaikan Caithlyn. "Apakah polisi dan tentara itu melakukan kekerasan atau mengancam?" tanya Kal dengan suara agak meninggi, mengisyaratkan kekhawatirannya.Caithlyn menggeleng pelan. "Mereka bertanya dengan baik-baik, tapi memberikan ancaman halus. Mereka mengatakan bahwa jika kami mengetahui keberadaan Kal atau memiliki informasi tentangnya, kami bisa dita

  • Menantu Terkuat Sang Presiden   Bab 49. Penyusup Di Dalam, Hector Marah

    Berita Televisi‘Terjadi penangkapan raja gembong mafia terbesar di Negara Red Diamond. Penangkapan tidak berjalan dengan lancar, Hector berhasil lolos. Diduga ia diselamatkan oleh Panglima Angkatan Laut yang menjadi backingannya.’Di ruangan presiden digelar rapat tertutup bersama menteri-menteri utamanya. Di ruangan itu diputarkan tayangan televisi yang memberitakan tentang terlibatnya Panglima Angkatan Laut dalam jaringan mafia terbesar di negara itu.“Berita seperti ini sungguh memalukan saja. Seharusnya tidak ada kejadian seperti ini di pemerintahan. Dewan Pertahanan terlibat dalam mafia besar.”“Tapi tuan Presiden. Aku tidak tau menau tentang kejadian ini. Panglima Angkatan Laut atas inisiatifnya sendiri.”Alex menteri pertahanan Negara Red Diamond menolak dipersalahkan atas kejadian yang menggemparkan media hari ini. Panglima Angkatan Laut kedapatan sebagai Backing dari mafia kejahatan terbesar di negara itu.Sempat terjadi perdebatan antara keduanya. Keadaan itu mendapat berb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status