Suasana di dalam ruang serba guna terasa hidup karena kehadiran Michio yang merupakan idola para anak buah Kenichi. Michio menanggapi semua perkataan atau candaan dari para seniornya sembari tersenyum lebar.
Seika ikut tersenyum hangat melihat keakraban mereka. Ia menatap makanan yang tersaji diatas meja dengan antusias, malam ini mereka sepertinya akan berpesta, mungkin menyambut kepulangan Michio.
Menu makan malam kali ini adalah Sukiyaki yang biasanya di sebut dengan shabu shabu, makanan yang sangat pas untuk dinikmati oleh banyak orang.
"Ittadakimasu (Selamat makan) " Ucap Kenichi yang diikuti oleh para anak buahnya.
Mereka sangat antusias mencicipi kuah Sukiyaki, namun beberapa detik kemudian semua orang mematung karena rasa hambar di indera pengecap mereka, tidak terkecuali Seika.
"Michio mengapa skill memasakmu tidak ada perkembangan sedikit pun?" Kenichi menatap Michio speechless.
"Benarkah? Padahal aku sudah mengikuti semua tahapan dalam buku resep" Michio memiringkan wajahnya, ia pun mencicipi kuah sukiyaki buatannya, matanya menyipit memikirkan sesuatu.
"Tidak apa apa Michi-chan, kami masih bisa memakannya" Salah satu anak buah Kenichi menyeruput kuah sukiyaki dari mangkuk kecil, tidak memperdulikan rasa hambar menyerang lidahnya lalu mengangguk ke arah rekan kerjanya untuk menyetujui pendapatnya. Para anak buah Kenichi lainnya juga melakukan hal yang sama.
Akira hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku juniornya.
Kenichi menggelengkan kepalanya lalu menoleh ke arah Seika yang tersenyum hangat memandang keakraban para anak buahnya. Lelaki itu terpesona dengan senyuman Seika yang tidak ia lihat selama hampir sepekan. Gadis itu kembali mencicipi kuah Sukiyaki lalu tertawa geli.
"Ini memang hambar" Seika tertawa terkekeh.
Seisi ruangan mendadak hening dan menoleh ke arah Seika yang tertawa namun sedetik kemudian mereka juga ikut tertawa.
"Michio ayo ikut aku ke dapur, kita akan mengambil beberapa bumbu untuk ditambahkan ke dalam sukiyaki" Seika berdiri dan melangkah menuju dapur bergaya modern sangat kontras dengan rumah yang bergaya tradisional.
Beberapa saat kemudian, keduanya kembali sambil membawa dua nampan yang berisi mangkuk-mangkuk kecil yang berisi bumbu tambahan dan membagikannya kepada para anak buah Kenichi.
Kenichi mencicipi kuah yang sudah Seika tambahkan bumbu lalu tersenyum dan menganggukkan bangga kepada Seika yang menunggu responnya. Gadis itu pun tersenyum.
"SUKIYAKINYA SANGAT ENAK ANEE-SAN!!"
Seika terkejut dengan suara lantang yang tiba-tiba lalu tersenyum menanggapi perkataan para anak buah Kenichi.
"Dasar pengkhianat" gumam Michio dengan tatapan dibuat kesal.
Para laki-laki penggemar Michio langsung gelagapan dengan penuturan idola mereka, mereka menggelengkan kepala mencoba memberi alasan.
"Sukiyaki Michi-chan memang enak, tapi buatan anee-san lebih enak" Salah satu dari mereka berusaha memberi alasan namun tidak jelas ingin membela atau berkata benar.
Michio hanya tersenyum lalu menatap Seika sambil mengacungkan jempolnya kepadanya.
Mereka pun menikmati hidangan makan malam dengan suasana senang.
&&&
Kenichi memasuki restoran tradisional Jepang di daerah Kobe bersama Akira dan beberapa anak buahnya, sang pelayan wanita yang memakai kimono langsung menyambut pemimpin yamaguchi-gumi tersebut dengan ramah dan menuntun mereka untuk masuk ke dalam salah satu ruangan restoran yang telah di reservasi.
Shigeo yang duduk, diapit oleh dua orang anak buahnya, tersenyum ketika melihat Kenichi.
"Shibaraku deshita Kenichi (lama tidak bertemu) " Shigeo berdiri menyambut kedatangan Kenichi.
Kenichi hanya tersenyum menyeringai.
"Sudah hampir setahun kita tidak bertemu, ogenki desu ka (Kau sehat-sehat saja) ?" tanya Shigeo kembali, tidak peduli tanggapan dingin Kenichi.
Kenichi hanya menatap datar ke arah Shigeo tanpa berkata apapun.
"Kau selalu terlihat serius" Shigeo terkekeh.
"Ada apa kau ingin bertemu denganku?" Kenichi langsung memulai percakapan mereka.
"Ah, aku ingin menjalin kerjasama denganmu" Raut wajah Shigeo berubah serius.
"Kerjasama apa? " Mata Kenichi menyipit, menatap curiga.
"Aku ingin mengedarkan barangku di wilayahmu, tapi tenang aku tidak akan mengacaukan pasarmu, aku hanya ingin memasukkan barangku ke dalam sekolah di wilayahmu"
"Aku menolak, aku tidak beroperasi dalam sekolah" Kenichi menatap tajam.
"Kau becanda" Shigeo tertawa terbahak-bahak.
Kenichi diam menunjukkan keseriusannya.
"Seperti biasanya, kau selalu baik dengan tidak ingin merusak anak-anak" Shigeo mencibir sembari menuding jari telunjuknya kepada Kenichi dengan nada bercanda.
"Apa itu saja yang ingin kau sampaikan?" Kenichi mulai tidak sabar menghadapi lawan bicaranya
Shigeo mengangkat bahunya acuh tak acuh.
"Kalau begitu, aku permisi dulu" Kenichi berdiri, mengancing jasnya dan melangkah keluar dari ruangan. Akira mengikutinya dari belakang.
"Kudengar kau memasukkan seorang wanita ke dalam rumahmu?"
Langkah Kenichi terhenti, tatapannya berubah dingin.
"Aku penasaran perempuan seperti apa dia sampai kau bersedia memperlihatkan singgasanamu" Shigeo membelai dagunya tampak tertarik.
Kenichi melanjutkan langkahnya tanpa berkata apapun, mereka keluar dari restoran dan masuk ke dalam mobil mercedes benz. Kenichi mengepalkan tangannya ketika ia sudah berada dalam mobil, rahangnya mengeras menahan emosi.
&&&
"SELAMAT DATANG KUMICHO" Dua laki-laki yang sedang berjaga di depan rumah segera membungkukkan badan mereka.
"Kembali bekerja" Kenichi mengangkat tangannya.
"BAIK KUMICHO!!"
Kenichi dan Akira berjalan di koridor rumah menuju ruangan washitsu.
"Kau sudah mempersiapkan segalanya untuk kepergianku bukan?"
"Sudah kumicho"
Kenichi mengangguk dan melangkah masuk ke ruang washitsu.
"Okaeri nasai" Seika menoleh ke arah Kenichi dan tersenyum kecil, ia sedang duduk bersama dengan Michio.
"Tadaima (aku pulang) " Kenichi terpaku sesaat melihat senyuman Seika dan tersenyum lembut sedangkan Akira menutup pintu membiarkan Kenichi bersama dengan keluarganya.
"Apa yang kalian bicarakan?" Kenichi melepas jasnya dan duduk di atas tatami.
"Kami sedang membahas tentang masakan, anee-san sangat jago dalam memasak kumicho-san" jelas Michio dengan antusias.
Kenichi menatap Seika dan mengulum bibirnya tersenyum. Seika meliriknya sekilas dan kembali menundukkan wajahnya menyadari bahwa pipinya merona karena senyuman Kenichi.
"Aku tau" Kenichi tersenyum bangga. Seika hanya mencibir dalam hati.
"Kapan kau akan memasak untukku Seika?" Tatap Kenichi berharap.
"Akan sangat merepotkan memasak untuk 50 orang" Seika memasukkan bibirnya, tidak menyetujui permintaan Kenichi.
"Biar aku bantu anee-san" Mata Michio bersinar antusias.
Seika menatap Michio dan mengangguk.
"Baiklah kalau begitu"
Michio tersenyum lebar.
"Besok aku akan terbang ke Macau" Kenichi mengganti topik pembicaraan.
Mata Seika bersinar, hari yang ia tunggu-tunggu akhirnya tiba juga.
"Untuk berapa lama kumicho-san?"
"Seminggu, jadi kau harus menjaga anee-san dengan baik selama aku pergi, mengerti?"
Michio mengangguk mengerti sedangkan Seika tersenyum misterius.
&&&
Kenichi menggeser pelan pintu kamar Seika, menghampiri sang gadis yang sedang tertidur pulas, ini adalah kegiatan rutinnya setiap malam. Menyelinap ke kamar saat Seika sudah tertidur, memandangi wajah gadis penolongnya sepuas hati.
Kenichi mengambil rambut panjang Seika, mengecupnya dengan lembut lalu mendekatkan wajahnya, mencium bibir ranum gadis itu dengan hati-hati.
Kenichi sangat bergairah akan tubuh gadis di depannya, itu hal wajar bukan? Mengingat ia adalah seorang laki-laki. Namun ia tidak ingin memaksa Seika untuk memuaskan nafsu birahinya. Ia tidak ingin menambahkan ketakutan Seika akan dirinya.
Jika Kenichi sudah tidak dapat menahan nafsunya untuk menikmati tubuh Seika, maka ia akan mencari perempuan di luar sana untuk memuaskannya. Ia bertindak sangat hati-hati agar tidak lepas kendali sehingga tidak memaksa Seika untuk bercinta dengannya.
Sialan!
"Cepatlah jatuh cinta kepadaku, Seika" Kenichi mengecup kening Seika.
&&&
Seika melangkah masuk ke dalam klinik dengan langkah ringan, hari ini adalah hari kedua Kenichi pergi ke Macau. Ia menghela napas lega. Akhirnya ia dapat terbebas dari dunia yakuza. Walaupun ia sudah dapat sedikit menyesuaikan diri dengan para anak buah Kenichi namun disini bukanlah tempatnya.
Kenzo dan Botan berdiri di luar klinik dengan tubuh tegak, itulah kegiatan sehari-hari mereka selama mengawal Seika.
"Aoi ke ruanganku sebentar" Seika tersenyum kaku sembari sesekali melirik ke arah pintu depan klinik.
"Ada apa sensei?"
"Kau sudah mengemas barang-barangku kan?" Seika menatap Aoi gugup.
Aoi mengangguk.
"Aku akan kabur hari ini" Bisik Seika pelan.
Aoi membulatkan matanya.
"Benarkah?'' Aoi sedikit berteriak.
Seika menutup mulut Aoi dengan kedua tangannya.
"Benarkah?" Aoi mengulang pertanyaan dengan suara berbisik.
Seika mengangguk mengiyakan.
"Kenichi sedang pergi ke luar negeri, ini adalah kesempatan yang baik untukku" Seika mengepalkan tangannya, raut wajahnya gugup bercampur antisipasi.
"Aku sudah mengabarkan Takahashi sensei untuk menggantikanku, bisakah kau berjaga di depan mengawasi mereka ketika aku kabur dari belakang?" pinta Seika dengan tatapan memohon.
Aoi bernapas cepat, ia sangat cemas dengan rencana kabur Seika, bagaimana jika gagal?. Namun ia tetap menganggukkan kepalanya.
"Terima kasih Aoi" Seika terharu.
Aoi dan Seika keluar dari ruang konsultasi, Aoi berjalan ke depan klinik memastikan Kenzo dan Botan tidak melirik ke dalam klinik dan Seika berjalan menuju ke halaman belakang klinik yang terhubung ke jalan sempit sembari memegang kunci duplikat apartemen Aoi dengan sangat erat.
Seika berlari di jalan sempit sampai keluar ke jalan setapak lalu menyetop taksi dengan cepat. Jantungnya berdegup kencang, takut dengan aksi nekadnya, Seika terus meyakinkan diri jika ini adalah yang terbaik dalam hidupnya. Ya. Hal yang terbaik dalam hidupnya adalah menjauh sejauh mungkin dengan dunia yakuza.
Shigeo yang berusia 17 tahun memakai jaket dan turun tangga, ia bersiul pelan. Hari ini ia akan kembali mengunjungi Kenichi karena libur musim panas."Waka" Sapa Takeshi membungkukkan badan."Bilang sama oyaji, aku akan ke Kobe hari ini" Shigeo melambaikan tangannya."Siapa yang memberimu izin?" tanya seorang pria paruh baya."Aku bosan tinggal disini, lagipula ini liburan musim panasku jadi terserah aku ingin kemana pun aku mau" Jawab Shigeo sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana."Kalau kau bosan, kau bisa mulai menjalani tugas kelompok kita" Titah pria yang memakai yukata hitam itu."Aku tidak mau menjadi yakuza" Shigeo memutar bola matanya.Pria itu maju dan meninju perut Shigeo dengan kuat membuat anaknya berlutut sambil memegang perutnya yang sakit."Kousso oyaji (ayah sialan)" Gerutu Shigeo pelan."Bawa dia bersamamu Takeshi, kau harus mengajarkannya bagaimana menjadi pemimpin yang
Okaeri nasai Michio” ujar Seika yang duduk di ruangan wahistu.“Tadaima anee-san. Ini untukmu anee-san” Michio memberikan plastik yang di jinjingnya.“Kore wa nan desu ka (apa ini) ?” tanya Seika antusias.“Ramen yang aku di berikan oleh anak pemilik toko ramen kepadaku” jelas Michio.“Tidak apa-apa aku memakannya?” tanya Seika kembali walaupun ia sangat selera ketika mencium bau harum dari ramen tersebut.“Tidak apa-apa, aku sudah makan tadi” Michio mengangguk.“Wah, baunya enak” ujar Kenichi yang masuk ke dalam ruang washitsu.“Michio hanya memberikannya kepadaku” ujar Seika sembari menjauhkan mangkuk ramen dari Kenichi.“Hidoi, aku juga mau” ujar Kenichi merajuk.“Maaf kumicho-san, aku hanya membawa pulang satu mangkuk, kalau saja aku tahu kumicho-san juga mau…” ujar Michio merasa bersalah.&
Michio berjalan di lorong kecil di daerah Ikuta Road pada siang hari. Sebagian toko masih tutup karena daerah Ikuta Road hanya ramai saat malam hari, hari ini ia akan mengelilingi untuk mengawasi toko-toko yang telah membayar uang keamanan kepada Yamaguchi-gumi dari gangguan para yankee, menjaga dan melihat apakah akan kendala yang terjadi selama ia tidak bertugas. Karena masalah penculikan Seika yang dilakukan oleh anak buah di bawah naungan klan Yamagi-kai yang juga di bawah tanggung jawabnya membuatnya juga ikut merasa bersalah, ia sendiri yang membubarkan klan Yamagi-kai dan membereskan segala masalah yang datang karena pembubaran klan tersebut. Namun semua yang ia lakukan belum cukup membuatnya merasa bertanggung jawab. Akhirnya Michio mengambil tanggung jawab klan kecil yang memiliki kekuasaan di Ikuta Road. Dan disinilah ia, berjalan sendiri karena tidak ingin membuat masyarakat yang tinggal atau pun yang mencari nafkah di Ikuta Road takut akan sekumpulan laki
“Undangan kencan untukmu lagi, kau akan kembali menolaknya?” tanya Kenichi sambil membaca berkas.“Ya kumicho, Aku senang dengan keadaanku sekarang”.Kenichi meliriknya sejenak. “Apa yang membuatmu bahagia?”.“Aku senang bisa menjajakan hidupku dengan melayani mu dan kelompok ini” Jawab Akira sembari menundukkan kepalanya.“Ada kalanya kau juga harus memikirkan dirimu sendiri” nasehat Kenichi menghela napas panjang.Akira hanya diam membisu.&&&“Hei Akira, ini sudah undangan ke sepuluh kalinya yang aku dapatkan, kali ini kau harus bertemu gadis yang ada undangan itu” Perintah Kenichi kesal.Akira terdiam sejenak. “Baik kumicho, aku akan menemuinya dan menolak langsung ajakan kencan tersebut”.Kenichi mengangguk. “Datang dan temuilah Hanna Fujikawa dari Klan Hirasaki-kai”.Akira membungkukkan bad
27 tahun yang laluKobe, Jepang.Dari kecil Akira sudah hidup melarat bersama dengan ayahnya. Anak laki-laki itu mempunyai ayah seorang pemabuk dan suka memukulnya, ayahnya bahkan pernah menyuruh anaknya untuk melompat dari lantai dua rumah hanya untuk bersenang-senang melihat anaknya yang begitu ketakutan dengan ketinggian, setelah puas melihat tubuhnya bergetar. Ayahnya akan pergi ke klub malam dan menghabiskan waktunya disana.“Otou-san, aku lapar” Ucap Akira kepada ayahnya yang sedang menyantap makan malam.Ayah Akira yang bernama Kurosuke menatap tajam anaknya lalu mulai tersenyum miring, ia mengambil nasi sesendok penuh lalu menumpahkannya ke lantai. “Makanlah”.Akira terkejut dengan perlakuan ayahnya namun rasa lapar yang tak tertahankan membuatnya melangkah mendekati nasi tumpah tersebut dan memakannya dengan air mata yang berjatuhan.Kejadian tersebut terjadi berulang kali selama beberapa beberapa tahun.
Pukul menunjukkan jam enam pagi. Akira mengeratkan dasi, merapikan jas dan memakai kacamata frame persegi panjang. Sebelum keluar kamar ia melihat kembali jam tangannya dan melangkah menuju kamar Kenichi.“Selamat pagi kumicho, sebentar lagi waktunya sarapan pagi” Sapa Akira sambil mengetuk pintu fusuma dengan pelan.Beberapa saat tidak ada suara yang terdengar dari dalam kamar Kenichi. Akira tetap menunggu di depan pintu.“Baiklah, kau boleh pergi” jawab Kenichi dari balik kamar.“Ken, lepaskan aku. Ini sudah pagi baka Kenie” Ucapa Seika sambil memberontak dalam pelukan Kenichi.“Sebentar lagi Seika, biarkan aku memelukmu sebentar lagi” Balas Kenichi mengeratkan pelukannya.Akira mengulum senyumnya. Hari-hari bahagia sudah tercipta kembali, ia bahkan sempat takut penculikan terakhir bisa berakibat fatal untuk Kenichi namun semuanya berjalan dengan lancar.“Saya akan tunggu anda di
“OKAERI NASAI KUMICHO, WAKA” Ucap anak buah Kenichi serentak membungkukkan badan mereka, menyambut kepulangan Kenichi yang baru saja menjemput Kyou pulang sekolah.“Tadaima minna-san” Balas Kyou yang barusia sepuluh tahun.Kenichi melihat ke teras rumah dan tidak menemukan Seika yang biasanya selalu menunggunya pulang. “Seika dimana?”.“Anee-san sepertinya ada di kamar kumicho” Jawab salah seorang anak buah Kenichi.Kenichi mengangguk mengerti.“Otou-san (ayah)” panggil Kyou.“Ada apa Kyou?”.“Aku akan ke dojo untuk berlatih” Kyou melambaikan tangannya lalu melangkah menuju tempat berlatih beladiri.Kenichi mengacak rambut anaknya lalu mengangguk. Ia melangkah masuk ke dalam rumah menuju kamarnya namun Seika juga tidak ada di dalam ruangan tersebut. Ia melangkah keluar menuju ruang washitsu dan mendapat hal yang sama.“S
Seika menatap dirinya di cermin sambil tersenyum senang. Dua orang wanita yang bertugas mendandaninya juga ikut tersenyum. Hari ini Seika kembali terpesona akan kecantikannya yang berubah secara dramatis.Wanita itu memakai kimono uchikake berwarna putih – kimono formal yang dipakai saat hari pernikahan – dengan motif burung merak dan hiasan kepala wata boushi – penutup kepala yang akan menyembunyikan wajah sang wanita dari siapapun kecuali mempelai pria.Salah seorang wanita yang ikut mendadani Seika memoles lipstik merah di bibir Seika lalu tersenyum senang.“Wah, anata wa kirei nee (kamu cantik sekali) ” ujar wanita tersebut sambil menoleh kepada temannya.“Iya. Anda benar-benar cantik” jawab temannya membenarkan. Wanita yang memakai kimono juga ikut tersenyum.“Arigatou gozaimasu (terimakasih)” Ucap Seika tersenyum.“Semua sudah siapkan?” tanya wanita yang memakai baju f
“OKAERI NASAI KUMICHO, ANEE-SAN!!” Ucap serentak seluruh anak buah yang berjaga di depan rumah Kenichi.Seika tersenyum senang, sudah lama ia tidak merasakan penyambutqan seperti ini, ia menatap ke Kenichi yang tersenyum kepadanya lalu melangkah masuk.“Tadaima minna-san (aku pulang semuanya)” Balas Seika tersenyum.Kenichi menggenggam tangan Seika lalu melangkah masuk ke dalam rumah.“Okaerin nasai kumicho-san, anee-san” Michio sedang berjalan di koridor rumah.Mata Seika membulat ketika melihat Michio, sudah hampir sebulan ia tidak bertemu dengann adiknya karena masalah klan Yamagi yang Kenichi bubarkan.“Tadaima Michio” Balas Seika melepaskan tangan Kenichi lalu melangkah ingin memeluk Michio. Ia sangat merindukan adiknya yang selalu ada di saat ia membutuhkan seseorang.Namun langkahnya tertahan karena Kenichi menahan lengan Seika.“Sudah ku bilang tidak pakai pelukan” U