Share

Chapter 5 - Michio

Seika melangkah keluar rumah. Ia memakai kemeja putih dan celana kain berwarna hitam, disampirkan jas putih di lengan kanannya sedangkan tangan kirinya menjinjing tas kerja dan tidak lupa dengan sarung tangan khasnya. Di halaman rumah, para anak buah Kenichi sudah berdiri berjajar rapi menunggunya untuk berangkat kerja.

" ITTERASHAI ANEE-SAN(Hati-hati dijalan) !!" mereka serentak membungkukkan badan memberi hormat kepada Seika.

Seika menghela napas sambil memegang dadanya mencoba menenangkan jantungnya yang tidak terbiasa dengan suara teriakan. Dua orang pengawal yang telah ia pilih berjalan mengikutinya. Pengawal pertama adalah seorang laki-laki berumur 30-an, berkulit putih dengan rambut jingkrak berwarna hitam. Ia bernama Kenzo. Seika memilihnya karena laki-laki itu yang paling normal dimatanya di bandingkan anak buah Kenichi lainnya. Sedangkan pengawal kedua, Seika memilih Botan, karena ia terlihat tidak begitu mengerikan dimatanya. 

Gadis itu masuk ke dalam mobil marcedes benz milik Kenichi, dan mobil pun melaju di jalan raya kota Kobe menuju kliniknya.

&&&

Aoi kaget ketika melihat Seika yang melangkah masuk ke dalam klinik di ikuti oleh Kenzo dan Botan yang memakai setelan jas hitam dan juga memakai kacamata dengan warna senada.

"Kalian tunggu disini, jangan melakukan apapun tanpa perintah dariku. Mengerti? " perintah Seika dengan tegas tanpa menyadari bahwa ia bertindak seperti selayaknya seorang anee-san.

"BAIK ANEE-SAN" Kedua laki-laki tersebut berdiri dengan tegap di depan pintu klinik dengan tatapan serius. 

"Bisakah kalian mengatakan sesuatu tanpa harus berteriak?" Seika memegang jantungnya yang berdegup cepat, lama-lama ia bisa terkena serangan jantung jika seperti ini. 

"BISA ANEE-SAN" jawab kedua kembali masih tetap dengan suara tinggi.

Seika menatap speechless lalu menghela napas panjang, tidak memperdulikan Kenzo dan Botan yang masih menunggu instruksi lain darinya. Ia menghampiri Aoi yang terus menatap takut kepada pengawalnya, gadis itu menoleh ke arahnya meminta penjelasan.

"Aoi ke ruanganku sekarang" Seika melangkah masuk ke ruang kerja miliknya. 

Aoi mengikuti Seika dengan wajah pucat, ia tidak mengerti akan situasi yang sedang ia hadapi. Semenjak Seika pamit untuk melakukan panggilan rumah, gadis itu absen kerja tanpa ada kabar selama tiga hari, bahkan ia sempat mengunjungi rumah bosnya, namun tetangga Seika berkata bahwa atasannya tidak pulang ke rumah selama 3 hari dan sekarang bosnya muncul dengan membawa pengawal yang berwajah sangar. 

"Kau pasti terkejut dan bingung sekarang ini" Seika tersenyum canggung dan menggaruk kepalanya, bingung harus menjelaskan mulai dari mana. 

"Bagaimana aku ti..." ujaran Aoi yang bernada tinggi terhenti ketika melihat Seika meletakkan jari telunjuk ke bibirnya, menyuruh Aoi memelankan suaranya.

"Bagaimana aku tidak terkejut, sensei tidak ada kabar selama 3 hari dan sekarang sensei malah membawa pengawal yang mengerikan" Aoi berbisik.

"Ceritanya panjang" Seika mengeluarkan sebuah kunci dari dalam tasnya.

"Simpan ini bersamamu dan bisakah aku meminta tolong?" Pinta Seika berbisik sambil menyerahkan kunci ditangannya kepada Aoi.

Aoi menganggukkan kepalanya.

"Bisakah kau mengemas pakaianku dan meletakkannya di apartemenmu untuk sementara waktu? aku akan mengambilnya nanti jika suasana sudah aman" Ucap Seika masih dengan suara berbisik.

"Kenapa aku harus mengemas pakaian sensei?" Aoi menaikkan alisnya bingung. 

"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, jadi bisa aku minta tolong padamu? Onegaisimasu (aku mohon) " Seika mengkatubkan kedua tangannya dan sedikit menundukkan kepalanya, memohon kepada Aoi.

Aoi menghela napas panjang lalu mengangguk mengiyakan, walaupun ia tidak mengerti mengapa Seika memintanya tolong untuk mengemaskan pakaian, namun ia mempercayainya bosnya. Seika tidak akan meminta tolong jika tidak dalam keadaan terdesak.

Mereka berbincang-bincang sesaat membahas apa yang terjadi pada klinik selama Seika absen kemudian klinik dibuka untuk beroperasi namun tidak banyak pasien yang berkunjung karena ulah dua orang laki-laki berperawakan yakuza berdiri di depan pintu masuk klinik dengan badan tegap dan wajah yang tampak seperti ingin membunuh. 

&&&

Seika melangkah gontai ke dalam rumah kelompok Yamaguchi-gumi, ia merasa lelah bukan karena banyak pasien yang ia layani namun lebih karena kedua pengawalnya. Bagaimana tidak? Kedua laki-laki itu mengikuti kemana pun ia pergi, bahwa sampai ke depan pintu toilet, membuatnya menjadi jengah.

Tidak hanya itu, Seika terpaksa melewatkan makan siang karena ketika ia masuk ke dalam restoran siap saji, Kenzo dan Botan juga mengikutinya masuk ke dalam restoran, mereka berdiri disisi kiri dan kanannya dan menatap pelanggan-pelanggan dalam restoran dengan tatapan curiga, penampilan yakuza keduanya membuat sebagian pengunjung restoran memilih untuk meninggalkan tempat membuat Seika ditegur oleh manajer restoran walaupun dengan nada takut.

"SELAMAT DATANG ANEE-SAN" Anak buah Kenichi menyapanya dengan tradisi khas mereka, berdiri berbaris sepanjang jalan halaman menuju ke rumah dan berteriak dengan suara lantang. Seika yang sedang melamun tersentak, jantungnya kembali memacu keras untuk kesekian kalinya. Lagi-lagi Seika menghela napas panjang. 

"Okairi (selama datang)" Kenichi berdiri di pintu kamar Seika membuat gadis itu kembali terkejut dan menatap Kenichi kesal. Laki-laki itu memakai yukata biru tua dengan tangan yang ia masukkan ke dalamnya, ekspresi santai wajahnya membuatnya terlihat karismatik.

Mengapa semua laki-laki di sini sangat senang membuatku terkejut.

Wajah Seika memerah melihat ketampanan Kenichi, sangat kontras dengan omelan yang ada di hatinya.

"Makan malam sudah siap, kau tidak makan?" Kenichi menatap lembut kepada Seika. 

Semua anggota Kenichi sudah berkumpul, menunggu Seika yang baru pulang kerja.

"Aku makan malam di kamar saja" 

"Tidak, kau harus makan bersama dengan lainnya kalau kau tinggal disini" Kenichi mengulurkan tangannya ingin meraih lengan Seika.

"Jangan menyentuhku!!" Seika menjauhkan tangannya dengan reflek. ia terkejut dengan teriakannya sendiri.

"Maafkan aku, aku tidak nyaman jika ada orang yang menyentuhku" Wajah Seika tertunduk, ia tidak berani memandang Kenichi.

Kenichi mengangguk mengerti. Seika mempunyai penyakit Obsesive Compulsive Disorder. Walaupun ia tidak mengerti mengapa gadis itu bisa menyentuh anak kecil tanpa masalah. Kenichi sudah lama memantau malaikat penolongnya, jadi sedikit banyak ia tahu kebiasaan Seika.

"Ayo, semua orang sudah menunggumu" Kenichi lalu berjalan lebih dahulu menuju ruang washitsu. 

Suasana sunyi di ruang serba guna yang luas membuat Seika menelan ludah, karena semua mata memandangnya dengan tatapan rasa ingin tau yang membuatnya kembali takut.

Kenichi duduk di meja tengah dan Seika duduk disebelah kirinya, diikuti oleh Arata dan Daiki, sedangkan disebelah kanan Kenichi adalah Akira yang diikuti oleh Gorou dan Kaede, mereka menghadap ke arah anggota yang duduk seperti susunan bangku sekolah.

"Ittadakimasu" Kenichi mengkatubkan kedua tangannya yang diikuti oleh anak buahnya. Mereka pun memulai makan malam, Seika melirik ke arah anak buah Kenichi yang makan dengan lahap dalam diam.

Mereka tidak menunjukkan ekspresi yang menyeramkan sedikitpun, pikir Seika tanpa sadar. 

"Bagaimana tentang keadaan wilayah kita?" Kenichi memulai pembicaraan makan malam.

Arata melirik Seika yang masih tampak asing baginya.

"Tidak apa-apa" Kenichi kembali mengunyah makanannya seraya menatap Arata, menunggu laporan dari bawahannya. 

"Semua aman terkendali kumicho" 

"Kumicho" panggil Kaede dengan ragu.

Kenichi menoleh ke arah Kaede, menyuruhnya untuk melanjutkan perkataannya.

"Shigeo Nishiguchi-san ingin bertemu dengan anda" Kaede menundukkan kepalanya canggung. Ia tau bahwa Kenichi sangat sensitif dengan nama Shigeo.

"Ohya? Kapan aku harus menemuinya?" Kenichi membelai rahangnya sembari menyeringai, ia tampak tertarik dengan berita yang Kaede sampaikan.

"Minggu depan kumicho" 

"Ini akan menjadi pertemuan yang menarik" Kenichi tersenyum sinis.

Seika yang duduk disamping Kenichi menelan ludah ketika mendengar gumaman Kenichi yang terdengar mengerikan di telinganya. 

"Ohya Akira, bukankah besok Michio akan kembali ke Jepang?" Kenichi mengubah topik pembicaraan.

"Benar kumicho" Akira mengangguk. 

"Setelah ia sampai ke rumah, suruh dia melapor padaku" Kenichi menoleh dan menatap Seika dengan tatapan misterius. Seika melirik sekilas lalu kembali menundukkan wajahnya dengan tenang walaupun tidak dengan jantungnya. Ia memasukkan nasi ke dalam mulut dan memainkan nasi di mangkuknya, melakukan apapun supaya terlihat sibuk.

Akira kembali mengangguk. 

&&&

Seika berbaring di atas tatami sambil menatap langit-langit kamar dengan tatapan menerawang. Hari ini adalah hari liburnya, mau tidak mau ia harus mendekam di kamar sampai waktunya makan, ia tidak mau bergabung dengan para anak buah Kenichi yang bertampang seram, lagipula ia seorang perempuan jadi wajar jika tidak bergabung dengan mereka yang notaben adalah laki-laki, walaupun dalam hati Seika tau bahwa tidak bersosialisasi dengan orang-orang yang tinggal serumah dengannya adalah tindakan yang tidak sopan, bagaimana pun ia hanya 'numpang dengan paksa' disini namun wajah sangar milik anak buah Kenichi membuatnya melakukan tindakan tidak sopan tersebut. 

Seika menghela napas perlahan, sudah hampir seminggu ia berada di rumah Kenichi, namun ia masih belum punya rencana bagus apapun untuk melarikan diri secara aman. Kedua pengawalnya seperti perangko, menempel padanya kemana pun ia pergi.

"Sampai kapan harus seperti ini?" gumam Seika  putus asa.

"Sampai kapan apa anee-san?" Seorang pemuda yang tiba-tiba muncul di atas kepala Seika, membuat gadis itu menjerit dan bangun dari baringannya.

Remaja tersebut berambut hitam bergelombang dan berponi, wajah innocent nya bak seorang malaikat yang turun dari khayangan. Ia tersenyum tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Siapa kamu?" Seika menatap waspada, ia melirik kiri kanan tanpa menggerakkan kepalanya mencoba mencari jalan kabur.

Sang pemuda membungkuk rendah badannya. 

"Hajimemasite, ore wa Michio desu (senang berkenalan denganmu. Namaku Michio) " Michio tersenyum lebar. 

"Ah. Seika Aiko desu" Seika juga ikut membungkukkan badannya namun sedetik kemudian ia tersadar, tidak. Ia tidak boleh terbawa suasana karena kesopanan remaja di depannya.

"Sudah lama aku ingin melihatmu anee-san" Michio tersenyum lebar tidak terpengaruh oleh tatapan waspada milik Seika. 

"Memangnya kau mengenalku?" Seika menaikkan alisnya. 

Michio mengangguk, senyumnya semakin sumringah. 

"Kumicho-san sering menceritakan tentang anee-san padaku" jelas Michio.

"Menceritakan bagaimana?" Seika tertarik akan ucapan Michio. 

"Ya, kumicho-san mengatakan bahwa ada seorang perempuan yang memikat hatinya dua tahun yang lalu, seorang perempuan aneh. Bukan cuma gaya pakaiannya yang aneh tapi sikapnya juga aneh karena tidak takut padanya" Michio duduk bersila di atas tatami. 

"Dua tahun yang lalu? Aku baru seminggu disini" Seika menatap curiga. 

"Mungkin anee-san sudah melupakannya, tapi dua tahun yang lalu anee-san menolong kumicho-san yang sed..." Suara pintu yang didorong kuat membuat keduanya kaget dan menoleh. 

Kenichi menatap Seika dan Michio dengan napas sedikit terengah lalu memfokuskan tatapannya kepada Michio.

"Cukup omong kosongnya, bukankah aku menyuruhmu untuk langsung melapor padaku ketika kau sampai di rumah?"

Michio tersenyum menyengir.

Seika masih penasaran dengan kelanjutan kata-kata Michio.

"Kau belum menyelesaikan kata-katamu" Seika tidak memperdulikan peringatan Kenichi.

Melihat gelagat Michio yang ingin kembali menjelaskan, Kenichi menghampirinya dan langsung mengunci lehernya kemudian menyeretnya keluar kamar. Michio hanya mengatakan 'maaf' sambil tertawa, tidak terlihat takut sedikitpun.

Sepertinya mereka terlihat sangat akrab.

Seika menghela napas, keningnya berkerut mencoba mengingat apa ia pernah bertemu dengan Kenichi dua tahun yang lalu, apa kenichi salah satu pasiennya? sepertinya tidak, tidak mungkin ia melupakan wajah setampan itu, berkali-kali Seika mencoba mengingat, namun tidak ada kilasan balik yang muncul di kepalanya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status