Seorang gadis kecil berambut hitam panjang berlari dengan riang di sekitar jalan setapak di sebuah kota kecil di Kobe ketika hari menjelang sore, sambil tertawa gadis berumur 7 tahun tersebut tetap berlari dengan merentangkan kedua tangannya untuk menyambut terpaan angin sungai yang mengalir tidak jauh dari sebuah jembatan kecil.
Namun beberapa saat kemudian sang gadis kecil tidak sengaja menabrak seorang pemuda yang sedang berjalan pulang dari sekolah bersama temannya.
Gadis bermata hitam kelam tersebut jatuh terduduk di jalan tanah, sambil terisak ia mencoba membersihkan lengannya yang kotor terkena abu.
"Kau tidak apa apa adik kecil?" Sang pemuda yang memakai seragam sekolah berjongkok sambil tersenyum dan membantu sang gadis kecil untuk berdiri.
Gadis kecil itu mendongakkan kepala, menatap pemuda tanggung tersebut tepat di matanya, sang gadis kecil masih dengan terisak pelan dan sebuah kejadian langsung menyusup masuk ke pikiran sang gadis kecil.
"Onii-chan, kenapa onii-chan mencuri? bukankah itu perbuatan tidak baik? "
Senyuman sang pemuda membeku dan ia terkejut dan mencurigai anak kecil tersebut. Beberapa teman sang pemuda menatap bingung kepadanya .
"Dua hari yang lalu Onii-chan mencuri di supermarket disana" Gadis kecil itu menunjuk jari kecilnya ke sebuah supermarket kecil yang tidak jauh dari tempat mereka ketika tidak mendapatkan jawaban apapun dari sang kakak laki-laki yang berwajah tampan.
Pemuda itu menatap teman-temannya dengan wajah gugup dan berkata bahwa anak kecil ini berbohong.
"Aku tidak mencuri, mengapa kau menuduhku sembarangan? Apa kau melihat langsung kalau aku yang mencuri? " Tuduh pemuda itu sambil mendorong bahu sang anak kecil.
Gadis kecil itu kembali menangis dan menggelengkan kepalanya.
"Jadi kenapa kau mengatakan kalau aku mencuri?" Bentak sang pemuda tanggung.
Anak perempuan itu semakin menangis kuat, ia takut dengan suara keras kakak asing di depannya.
"Aku bisa melihat masa lalu Onii-chan yang mencuri 2 hari yang lalu" Sang anak perempuan itu mencoba menjelaskan di sela tangisannya bahwa ia tidak berbohong.
"Mana ada orang yang bisa melihat masa lalu orang lain, kau mengada-ada dasar anak gila" Pemuda itu kembali membentak anak kecil karena merasa telah mencoreng nama baiknya di hadapan teman-temannya sambil kembali mendorong bahu sang gadis kecil sehinga gadis kecil berambut panjang tersebut jatuh terduduk di tanah.
"Sudahlah, mengapa kau begitu marah, gadis kecil ini cuma bercanda" Salah satu teman lelaki itu menariknya untuk menjauh dari anak perempuan yang sedang menangis, sang pemuda pun meninggalkan anak perempuan itu sambil sesekali menoleh ke arahnya.
Anak perempuan itu menangis dengan kuat membuat orang-orang yang berlalu lalang disekitar sungai menoleh ke arahnya namun mereka lebih memilih untuk diam, tidak mencoba menenangkan sang anak ataupun membantunya berdiri. Mereka sudah mengetahui bahwa anak perempuan itu mempunyai sifat aneh yang mengatakan bahwa mereka pernah melakukan hal buruk dalam hidup mereka dan itu membuat mereka kesal dan lebih memilih menghindar dari sang gadis kecil.
Puas menangis sendirian beberapa saat, sang gadis kecil berdiri seraya menepuk pelan pantatnya, mencoba membersihkan debu dengan tangan kecilnya lalu berjalan pulang sambil terisak pelan.
"Ojii-chan" panggil anak kecil itu sambil membuka pintu pagar kecil di depan sebuah rumah tradisional Jepang.
"Ada apa Seika? Mengapa kau menangis?" Seorang pria paruh baya yang baru keluar dari belakang rumah terkejut melihat wajah cucunya yang penuh dengan air mata.
Anak perempuan yang bernama Seika itu kembali menangis kuat ketika mendengar suara kakeknya yang lembut.
"Sudah jangan menangis lagi, sini sama Ojii-chan" Sang kakek melebarkan tangannya menunggu Seika untuk memeluknya.
Seika menggelengkan kepala."Ojii-chan, apa Seika gila? Mengapa semua orang menjauhi Seika?" Suara gadis kecil itu terputus-putus karena sesenggukan disebabkan oleh kelelahan menangis.
"Tidak. Tentu saja tidak. Mengapa kau mengatakan seperti itu?" Sang kakek segera merengkuh cucu satu-satunya.
"Kalau Seika tidak gila, mengapa Seika bisa mengetahui masa lalu orang lain ketika menyentuh atau pun menatap orang itu?" Tanya Seika tidak mengerti.
Gadis kecil itu sudah mengalami hal seperti kejadian di sungai sejak umur 5 tahun, pertama-tama ia tidak mengerti mengapa ketika ia menyentuh orang lain atau menatap mata mereka, sekelebat kejadian yang tidak ia pahami masuk ke dalam pikirannya, sampai kakeknya menjelaskan bahwa ia mempunyai kemampuan Retrokognision, yaitu kemampuan untuk melihat masa lalu orang yang menyentuh tangan atau menatap matanya.
Sang Kakek baru mengetahui kalau cucunya punya kemampuan khusus itu ketika sang cucu menceritakan dengan detail tentang kejadian kematian anak perempuan nya yang merupakan ibu sang gadis kecil yang tidak pernah ia ceritakan ke siapapun.
"Apa masa lalu ojii-chan mengerikan?" Sang kakek menatap mata Seika.
Seika menggelengkan kepala, masa lalu kakeknya hanya di penuhi dengan kerja keras sebagai penjual ikan dan kejadian kematian ibunya setelah melahirkannya, sedangkan ayah Seika tidak pernah terlintas ke pikiran gadis kecil itu karena kakeknya memang tidak pernah berjumpa dengan ayahnya.
"Kau tidak gila cucuku, itu adalah kemampuan yang tuhan berikan kepadamu, jadi seharusnya kau bersyukur karena tuhan begitu menyayangimu sampai memberikan salah satu kekuatannya padamu" Sang kakek sambil kembali memeluk cucunya.
"Tapi mengapa semua orang menjauhi Seika?" Tanya Seika yang belum puas dengan jawaban kakeknya.
"Itu karena mereka melakukan kesalahan, seseorang akan melakukan apapun supaya keburukannya tidak dilihat oleh orang lain"
Seika hanya mendengarkan walaupun tidak begitu mengerti dengan penjelasan kakeknya. Isak tangis gadis kecil itu telah berhenti, hanya terdengar suara tarikan ingus setelah menangis dari hidungnya.
Sang kakek melepaskan kembali pelukannya lalu menatap Seika yang begitu ia sayangi, ia membelai rambut panjang cucunya sambil tersenyum lembut.
"Kau harus ingat satu hal Seika" Sang kakek terus membelai kepala cucunya.
Seika menatap serius, menantikan apa yang akan kakeknya katakan.
"Di dunia ini, orang jahat lebih banyak daripada orang baik, dan orang jahat itu akan mencoba memanfaatkan kekuatanmu untuk kepentingan buruk mereka jadi kau tidak boleh mengatakan lagi kalau kau bisa melihat masa lalu orang lain"
Seika mengerutkan wajah manisnya. Tidak mengerti akan apa yang kakeknya katakan.
"Pokoknya kau harus menghindari kontak fisik ataupun mata dengan orang lain, dan jangan pernah mengatakan kejadian apapun yang masuk ke dalam pikiranmu kepada orang lain, kau mengerti Seika?" Sang kakek mencium kening Seika penuh sayang.
Walaupun masih tidak mengerti akan maksud kakeknya, Seika tetap menganggukkan kepala mungilnya.
Sang kakek tersenyum lebar dan mengajak Seika untuk masuk ke dalam rumah sederhana mereka.
Orang-orang memandang aneh ke arah seorang gadis yang sedang berjalan melewati mereka. Bagaimana tidak? Gadis itu memakai sarung tangan bergambar Hello Kitty dengan perpaduan warna putih merah, walaupun sekarang sedang musim panas. Tidak hanya itu, sang gadis juga memakai baju kemeja putih berlengan tanggung dipadu dengan celana jeans hitam, apalagi rambut panjangnya yang tergerai tertiup angin membuatnya tampak seperti sosok Sadako, hantu perempuan yang terkenal di Jepang dikarenakan ia menundukkan kepalanya atau menatap ke samping kiri-kanan ketika berjalan lurus ke depan, seperti menghindari tatapan mata langsung dengan orang-orang yang melewatinya. Benar-benar aneh bukan? Sang gadis hanya menghela napas panjang ketika menyadari tatapan aneh yang melayang kepadanya. Ia berjalan masuk ke stasiun kereta api seraya menjinjing sebuah tas kerja, meletakkan kartu member kereta di mesin pemeriksa tiket lalu berjalan menuruni tangga menuju peron tujuannya. Ketika
"Aiko sensei?" Seorang laki-laki berkacamata minus dengan frame persegi panjang tersenyum kepada Seika. Seika sedikit mengangguk mengiyakan. Debt colector?. Tidak. Ia tidak mempunyai hutang apapun yang membuat seorang debt colector mendatanginya. Aoi melangkah masuk ke ruang konsultasi, matanya menatap khawatir bercampur takut kepada Seika yang dibalas gadis itu hanya dengan senyuman menenangkan. Seika mengisyaratkan matanya kepada Aoi, menyuruh sang suster untuk keluar dari ruangan, melihat betapa ketakutannya gadis muda itu kepada dua laki-laki berjas hitam. "Ada yang bisa saya bantu?" Seika tersenyum simpul mencoba bersiap tenang walau sebenarnya ia juga takut akan dua laki-laki tersebut. "Perkenalkan nama saya Akira Nakama, kami ke sini karena kami membutuhkan anda untuk memeriksa kumicho (pemimpin) kami yang sedang sakit" Akira memperkenalkan diri dengan bahasa sopan. Seika
Suara ketukan dari luar pintu membuat tubuh Seika terperanjat, mata gadis itu memerah dan membengkak karena menangis untuk waktu yang lama. Ia mengeratkan pelukan di lututnya sembari menatap waspada ke arah pintu sorong. "Anee-san, makan malam sudah siap. Aku akan meletakkannya di depan pintu" Suara seorang laki-laki terdengar dari balik pintu. Seika hanya diam sambil terus menatap was-was ke arah pintu genka. Tak lama, suara langkah menjauh membuat Seika menghela napas lega. Matanya menatap nanar ke arah tatami di hadapannya, berharap seseorang dapat menolongnya keluar dari rumah tersebut. Menyadari bahwa itu hanya sebuah harapan kosong, Seika kembali menangis, badannya jatuh ke atas tatami, meringkuk dan memeluk tubuhnya mencoba memberikan rasa aman. Mengapa ia selalu mengalami hal yang mengerikan dalam hidupnya, Seika teringat perkataan kakeknya bahwa ia adalah anak yang beruntung karena mendapatkan anugerah dari Tuhan. Beruntung? Jika ia ada
"SELAMAT DATANG KUMICHO" Anak buah Kenichi yang berdiri berjajar rapi sepanjang pintu gerbang sampai ke pintu rumah menunggu kepulangan pemimpin mereka. Kenichi menatap gusar, "Kalian pikir ini sudah jam berapa?". "SUDAH JAM SETENGAH SATU PA..." Salah seorang anak buah Kenichi menjawab dengan semangat, ia tidak menyadari nada peringatan dalam pertanyaan bosnya. Teman di samping laki-laki itu langsung membekap mulut milik sang pria lalu meninju perut membuat sang pria berlutut meringis kesakitan. "Aho ka omae wa?!!(Bodoh), kau ingin mati ya" temannya berbisik dengan nada mendesis. Kedua laki-laki tersebut segera merendahkan badan mereka memohon ampun kepada Kenichi yang hanya dibalas dengan tatapan datar sekilas lalu melewati mereka tanpa berkata apapun. Keduanya menghela napas lega. &&& Kenichi menghela napas panjang ketika meja kecil yang ber
Seika melangkah keluar rumah. Ia memakai kemeja putih dan celana kain berwarna hitam, disampirkan jas putih di lengan kanannya sedangkan tangan kirinya menjinjing tas kerja dan tidak lupa dengan sarung tangan khasnya. Di halaman rumah, para anak buah Kenichi sudah berdiri berjajar rapi menunggunya untuk berangkat kerja. " ITTERASHAI ANEE-SAN(Hati-hati dijalan) !!" mereka serentak membungkukkan badan memberi hormat kepada Seika. Seika menghela napas sambil memegang dadanya mencoba menenangkan jantungnya yang tidak terbiasa dengan suara teriakan. Dua orang pengawal yang telah ia pilih berjalan mengikutinya. Pengawal pertama adalah seorang laki-laki berumur 30-an, berkulit putih dengan rambut jingkrak berwarna hitam. Ia bernama Kenzo. Seika memilihnya karena laki-laki itu yang paling normal dimatanya di bandingkan anak buah Kenichi lainnya. Sedangkan pengawal kedua, Seika memilih Botan, karena ia terlihat tidak begitu mengerikan dimatanya. Gadis itu masuk
Suasana di dalam ruang serba guna terasa hidup karena kehadiran Michio yang merupakan idola para anak buah Kenichi. Michio menanggapi semua perkataan atau candaan dari para seniornya sembari tersenyum lebar.Seika ikut tersenyum hangat melihat keakraban mereka. Ia menatap makanan yang tersaji diatas meja dengan antusias, malam ini mereka sepertinya akan berpesta, mungkin menyambut kepulangan Michio.Menu makan malam kali ini adalah Sukiyaki yang biasanya di sebut dengan shabu shabu, makanan yang sangat pas untuk dinikmati oleh banyak orang."Ittadakimasu (Selamat makan) " Ucap Kenichi yang diikuti oleh para anak buahnya.Mereka sangat antusias mencicipi kuah Sukiyaki, namun beberapa detik kemudian semua orang mematung karena rasa hambar di indera pengecap mereka, tidak terkecuali Seika."Michio mengapa skill memasakmu tidak ada perkembangan sedikit pun?" Kenichi menatap Michio speech
Kenichi berjalan masuk ke gedung Sands Macau, kasino terbesar yang ada di Macau, China. Ia didampingi oleh Akira yang berada di samping kanannya dan Tendo yang memiliki beberapa tindik di telinga, berambut jingkrak berwarna kuning keemasan disamping kirinya. Mereka mengelilingi meja-meja poker sambil sesekali Tendo menjelaskan kepada Kenichi mengenai bisnis mereka. Baik laki-laki maupun perempuan duduk di meja poker dengan chip chip dihadapan mereka. Akira menjawab telepon lalu berbisik kepada Kenichi. "Biarkan saja, aku akan memberinya kebebasan untuk terakhir kalinya, cukup awasi saja dia" instruksi Kenichi. Akira mengangguk kepalanya tanda mengerti lalu mulai menekan beberapa nomor dan menjauh dari Kenichi dan Tendo untuk mengintruksikan perintah pimpinannya. &&& Seika membuka mata dan tersenyum senang menatap langit-langit apartemen barunya, ini adala
Kenichi mengangkat tinggi gelas wine ke arah para anak buahnya, mereka sedang berada di salah satu club malam yang terkenal di Macau untuk merayakan keberhasilan bawahannya dalam mengelola usaha yang berada di Macau. Suara dentaman musik membuat suasana sangat pas untuk melepas stres entah karena kerja atau pun karena masalah hidup. "Untuk kesuksesan kita bersama" ucqp Kenichi dengan suara lantang. Para anak buah Kenichi mengikuti perkataan pimpinan mereka sambil mengangkat tinggi gelas wine. "Kampai" teriak mereka bersama lalu mulai meneguk minuman beralkohol. Dua orang wanita berbaju seksi menghampiri Kenichi dengan langkah sensual. Mereka duduk disisi kiri dan kanannya dan membelai bahunya dengan tatapan penuh hasrat. "Aku ingin sendiri malam ini, sebaiknya kalian goda Akira saja" ucap Kenichi sembari melepaskan tangan sang wanita dari bahunya. Kedua wanita itu mencoba bersikap manja agar Kenichi merubah keputusannya, namun tatapan datar Kenichi membuat mereka langsung berdiri