Share

Bab 20

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-22 08:13:26

"Tami, dimakan nasinya. Aku nggak mau kamu sakit," suara Daniel membuyarkan lamunan Utami tentang masa lalu.

Gadis itu mengesah mendapati saat ini bukan Joandra yang bersamanya.

Namun, Daniel.

"Nanti aku makan," jawab Utami. Dia berharap Daniel segera keluar dari kamarnya.

"Kenapa harus nanti? Apa lagi yang ditunggu? Aku akan tetap di sini sampai kamu makan nasinya."

Utami terpaksa menerima piring berisi nasi yang diberi Daniel lalu menyuap pelan-pelan. Dia hanya mampu meloloskan beberapa sendok ke dalam perutnya. Selera Utami menguap karena memikirkan Joandra. Selama satu minggu ini Utami menopang kesehatan lambungnya dengan obat yang sudah lama tidak disentuhnya. Dia menghabiskan hampir satu botol besar.

"Kenapa nggak dihabisin?" tanya Daniel melihat gunungan nasi di piring yang masih tinggi.

"Perutku udah nggak bisa nerima."

"Tapi kamu baru makan tiga sendok, Tami. Aku suapin ya?"

"Nggak usah, Niel." Utami menolak. Laki-laki itu bukan kekasihnya. Hanya Joandra yang berhak melakuka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cessyta Tanod
Dih, si Daniel ini bibirnya kek perempuan busuk aja. Jgn nyerah Tam
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 22

    Satu hari sebelumnya …“Nggak asyik banget cara dia mutusin lo. Emang nggak ada cara lain yang lebih elegan ya?” Itu komentar yang keluar dari mulut Inka setelah Utami menceritakan kronologi berakhirnya hubungan kasih dengan Joandra.Utami diam saja. Dia mencoba keras menahan air matanya agar tidak merebak.“Kalo dia memang gentle dia bakal nemuin lo baik-baik terus ngomong kalo emang nggak mau sama lo lagi. Bukannya ngejanjiin yang indah-indah. Yang mau nikahin lo lah. Inilah, itulah. Tapi apa buktinya?” Tiwi, sahabat Utami yang lain ikut kesal.Ini adalah hari kesembilan Joandra pergi dari hidupnya. Dan hari ini juga merupakan hari pertama Utami keluar rumah setelah selama ini menghabiskan hari-hari menangisi kisah cintanya yang telah kandas.“Cowok brengsek kayak gitu nggak ada gunanya lo tangisin, Tami. Lo mesti bangkit, cari cowok baru yang jauh lebih baik dari tuh orang. Gue yakin dia bakalan nyesal seumur hidup udah ngelepasin dan memperlakukan lo kayak gini.”“Nah, gue setuju

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 21

    Joandra mengaduk-aduk nasi di piring tanpa selera. Hampir tiga puluh menit lamanya lelaki itu duduk di kursi ruang makan. Namun tidak sesendok pun nasi di piring yang berhasil lolos ke lambungnya.Joandra tidak tahu jika mamanya memerhatikan gerak-geriknya. Wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya itu kemudian mendekat, menarik kursi, lalu duduk di sana.“Dari tadi Mama perhatiin tapi nasinya cuma diliatin, nggak dimakan. Nggak ena ya masakan Mama?”Joandra mengangkat wajah lalu memandang pada mamanya itu. “Enak, Ma,” jawabnya kemudian buru-buru menyuap sesendok dan memasang ekspresi seolah-olah sangat menikmatinya.Dari kursinya Ike terus mengamati putra sulungnya. Lebih kurang sepuluh hari yang lalu Joandra tiba dari Jakarta. Namun tidak banyak yang dilakukannya. Joandra lebih sering berada di kamar atau sekali-kali keluar dari sana hanya untuk duduk di depan televisi kemudian menonton siaran berita, terutama yang berkaitan dengan politik.“Katanya waktu itu kamu pulang sekal

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 20

    "Tami, dimakan nasinya. Aku nggak mau kamu sakit," suara Daniel membuyarkan lamunan Utami tentang masa lalu. Gadis itu mengesah mendapati saat ini bukan Joandra yang bersamanya.Namun, Daniel."Nanti aku makan," jawab Utami. Dia berharap Daniel segera keluar dari kamarnya."Kenapa harus nanti? Apa lagi yang ditunggu? Aku akan tetap di sini sampai kamu makan nasinya."Utami terpaksa menerima piring berisi nasi yang diberi Daniel lalu menyuap pelan-pelan. Dia hanya mampu meloloskan beberapa sendok ke dalam perutnya. Selera Utami menguap karena memikirkan Joandra. Selama satu minggu ini Utami menopang kesehatan lambungnya dengan obat yang sudah lama tidak disentuhnya. Dia menghabiskan hampir satu botol besar."Kenapa nggak dihabisin?" tanya Daniel melihat gunungan nasi di piring yang masih tinggi."Perutku udah nggak bisa nerima.""Tapi kamu baru makan tiga sendok, Tami. Aku suapin ya?""Nggak usah, Niel." Utami menolak. Laki-laki itu bukan kekasihnya. Hanya Joandra yang berhak melakuka

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 19

    “Mami apain Joandra?” sembur Utami setelah Daniel mengantarnya pulang ke rumah yang kini dianggapnya sebagai neraka dunia.“Lho, lho, ini ada apa sih?” Maudy balas bertanya kebingungan sembari menatap Daniel. Yang ditatap hanya tersenyum canggung.“Jangan pura-pura nggak tahu, Mi.” Utami sudah muak melihat muka pura-pura maminya. “Jo nggak mungkin mutusin aku kalau nggak ada apa-apa.”“Apa? Putus?” Maudy membeliak. Baginya ini kabar yang mengejutkan sekaligus membahagiakan. Sudah sangat lama perempuan itu dan suaminya menantikan hal ini.Utami mendengkus. Benar-benar sudah muak menyaksikan sikap maminya. “Berhenti playing drama, Mi. Kalau bukan karena Mami Jo nggak akan ninggalin aku, dia nggak akan pergi,” cecar Utami dengan mata basah. Aliran bening itu semakin deras menuruni kedua sisi pipinya.“Tami, kamu jangan menyerang Mami seperti ini. Sumpah Mami nggak tahu apa-apa.” Maudy membela diri dan menunjukkan muka bersungguh-sungguh agar putrinya itu percaya padanya.Utami menggelen

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 18

    Berkali-kali Utami memeriksa waktu melalui jam tangan di pergelangannya. Sudah pukul lima sore, namun hingga saat ini Joandra masih belum pulang. Padahal tadi katanya setelah menyelesaikan urusan di kantor kekasihnya itu akan segera kembali.Mereka hanya punya waktu beberapa jam lagi sebelum acara nanti malam. Meski hanya untuk mereka berdua, namun Utami ingin tampil all out. Apalagi hari ini tepat tujuh tahun mereka bersama. Yang diyakini Utami, angka tujuh adalah angka pembawa keberuntungan. Angka tujuh juga merupakan simbol kebersamaan dalam kepercayaannya.Ketika untuk kesekian kalinya Utami menelepon Joandra, ponsel kekasihnya itu tidak bisa dihubungi. Mungkin baterainya habis.Utami mengembuskan napas panjang. Lebih baik sekarang dirinya ke butik mengambil baju yang akan dikenakannya untuk dinner nanti. Setelahnya dia akan meminta Joandra menjemputnya ke sana lalu mereka berangkat bersama ke restoran.Utami mengambil selembar kertas, lalu menulis beberapa baris kalimat.Jo, kena

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 17

    Tiga hari sudah Utami tidak pulang. Dalam rentang waktu itu Utami berada di rumah kost Joandra. Mereka memanfaatkan waktu yang ada semaksimal mungkin. Mereka bercinta, memadu kasih, bermesraan di setiap kesempatan.Selama tiga hari ini pula orang tuanya tidak mencari Utami. Mereka membiarkan Utami pergi karena mereka tahu Utami tidak akan ke mana-mana. Orang suruhan Mahawira ada di mana saja yang bisa dikerahkan kapan pun kalau terjadi sesuatu.Pasangan itu juga sudah mematangkan rencana mereka untuk menikah. Rencananya mereka akan menemui orang tua Joandra terlebih dahulu sekaligus meminta restu.Dua buah tiket pesawat ke Medan sudah tersedia. Urusan Joandra di kantornya sebagian besar juga sudah laki-laki itu selesaikan. Mereka tinggal berangkat besok."Happy seven years anniversary."Senyum terkembang di bibir Utami ketika pagi ini saat bangun tidur mendapatkan kecupan lembut dan ucapan yang begitu manis dari lelaki yang dicintainya.“Thanks, Jo, i love you,” balasnya menjawab kecu

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 16

    Ucapan Utami sangat mengejutkan Joandra. Belaian jari-jarinya di setiap helai rambut halus Utami terhenti begitu saja.Mengingat apa yang barusan dicetuskan Utami adalah langkah yang sangat berani, maka Joandra merasa perlu bertanya apakah keinginan tersebut berasal dari lubuk hati yang paling dalam atau hanya terdorong faktor emosional."Gimana, Ta? Kawin lari?"Utami mengangguk cepat lalu menenggelamkan netranya di manik hitam milik Joandra."Kamu yakin kita ngelakuin itu?""Yakin seribu persen," jawab Utami tanpa keraguan. "Hanya itu pilihan yang kita punya, Jo. Kamu kan tahu sendiri, setelah semua yang terjadi Mami dan Papi terang-terangan menunjukkan bahwa hubungan kita nggak direstui."Joandra sadar betul bahwa mereka tidak akan bisa bersama dengan cara yang 'legal'. Satu-satunya jalan untuk bersatu adalah dengan menikah tanpa restu.Masalahnya adalah mereka akan lari ke mana? Joandra yakin sepenuhnya, meski mereka bersembunyi di lubang semut sekalipun, orang tua Utami akan deng

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 15

    Utami menyetir dengan perasaan galau. Dia tidak tahu akan ke mana. Semua orang membuatnya muak. Mulai dari orang tua sampai kekasihnya. Mereka sama-sama egois dan tidak pernah peduli apa yang dia rasakan. Mereka hanya memikirkan diri sendiri tanpa peduli bahwa Utami juga memiliki perasaan. Ingin datang ke rumah Joandra tapi baru kemarin malam mereka bersitegang. Maka akhirnya Utami membelokkan arah ke rumah Inka, salah seorang teman dekatnya yang juga menjadi saksi hidup lika-liku perjalanan cintanya dengan Joandra. "Tami, lo kenapa?" Sahabatnya itu bertanya keheranan saat Tami datang dengan berurai air mata lalu memeluknya. "Gue nggak mau pisah sama Jo. Gue sayang dia, Ka. Mending gue mati aja kalo disuruh pisah sama dia," isak Utami tersedu-sedu. "Siapa yang nyuruh lo pisah sama dia sih?" Inka mengusap-usap punggung Utami yang masih memeluknya. "Mami sama Papi. Siapa lagi memangnya." Inka tertegun lalu membawa Utami masuk ke kamarnya. Diberinya Utami segelas air putih. Se

  • Mencintai Musuh Ayahku   Bab 14

    "Utami!"Tidak ada sahutan ketika Maudy mengetuk pintu kamar Utami sambil memanggil namanya."Tami! Buka pintunya. ini sudah siang!" panggil perempuan itu sekali lagi.Masih seperti sebelumnya tidak ada respon dari dalam sana yang membuat perempuan itu jadi cemas lalu melaporkan pada suaminya."Pi, Utami masih belum bangun, dia nggak menjawab waktu Mami panggil. Mami khawatir kalau dia sakit.""Mami masih pegang kunci cadangan?""Masih, Pi.""Ambil kunci itu sekarang."Setelah Maudy mengambil benda dimaksud, sepasang suami istri tersebut bergegas menuju kamar putri mereka.Mahawira membuka pintu kamar Utami dan mendapati putrinya itu sedang berbaring sambil memeluk guling.Maudy berjalan menghampiri tempat tidur, duduk di pinggirnya lalu meraba pipi dan dahi sang putri."Nggak panas." Perempuan itu menggumam pelan sembari memandangi suaminya."Bangunkan saja, Mi.""Tami, bangun, Tami. Kenapa masih tidur? Ini sudah siang."Utami menggeliat. Guncangan di tubuhnya membuat gadis itu meras

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status