Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 32. Mengecoh Wartawan

Share

bab 32. Mengecoh Wartawan

last update Last Updated: 2024-11-24 15:58:04

Marco bicara “Nggak mungkin para wartawan itu mau nongkrong di kampus ini terus-terusan. Kalau mereka sudah pergi, nanti saya juga bisa pulang.”

Binsar tersenyum lebar. “Jangan meremehkan wartawan. Mereka tahan nongkrong di markas saya hingga tengah malam, hingga subuh, hingga pagi lagi, untuk mencari berita. Mereka akan terus berada di sumber berita. Kalau sudah capek, mereka bakal gantian dengan rekannya, untuk berburu berita. ”

Marco saling pandang dengan Cepi.

“Ya sudah, berarti saya harus pergi dari sini secepat mungkin, menerobos kerumunan wartawan.” ujar Marco.

Saat itu Binsar melihat seorang mahasiswa yunior yang bertubuh sama jangkung dengan Marco. “Dia saja yang keluar, tapi pakai jaket punya Marco. Pinjamkan motor sama dia. Bagaimana, kamu berani?” tanya Binsar pada mahasiswa yunior itu.

“Iya, oke, saya mau pura-pura jadi Bang Marco, biar Bang Marco bisa pergi dari kampus dengan aman.” jawab mahasiswa jangkung itu, dia salah seorang aktivis masjid kampus.

Lantas Marco sendi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mencintai Seorang Climber   bab 295. Mempersiapkan Uang Tebusan

    Bu Marianne membawa Maryam ke sebuah rumah sakit untuk periksa kandungan. Walaupun suasana hati Maryam sedang sedih dan selera makannya menurun, tapi kandungannya sehat. Dokter memberi resep berupa vitamin.Karena merasa khawatir dengan kesehatan Maryam yang menurun, maka Bu Marianne menyuruh Maryam untuk mengundang ibunya datang dan menginap di rumah itu. Maryam segera menelepon emaknya.Dua hari kemudian emaknya Maryam, yaitu Mak Juwariyah datang ke Bandung. Dia naik bus, dijemput di terminal oleh sopirnya Bu Marianne yang kali itu membawa Maryam dalam mobilnya. Mak Juwariyah tentu saja tercengang, melihat putrinya turun dari mobil mewah. Dia masih tidak percaya tatkala sudah duduk di dalam mobil mewah itu, bersama Maryam.“Mereka sudah menerima kamu, Nok?”“Ya Mak, buktinya sekarang Maryam tinggalk di rumah mertua, dan diperlakukan dengan baik.”Tiba di rumah keluarga Wiratama, Mak Juwariyah tidak terlalu kaget, karena sudah pernah datang ke rumah itu, dulu. Dia dibawa masuk ke dal

  • Mencintai Seorang Climber   bab 294. Tentang Kehamilan

    Bu Marianne membawa Maryam untuk tinggal di rumahnya. Dia menempatkan Maryam di sebuah kamar.“Bu, kayaknya kamar ini terlalu besar buat saya.”Luas kamar itu sepertinya sama dengan ukuran rumah emaknya Maryam. Dalam kamar ada tempat tidur ukuran besar, lemari kayu besar, rak buku, beberapa boks plastik besar yang sepertinya penuh barang, ada meja belajar berikut kursi putar yang pakai roda. Jendelanya lebar, mengarah ke taman samping rumah yang penuh tanaman hias. Di dekat jendela kamar itu masih ada ruang cukup lebar, di situ ditaruh sofa dan sebuah meja.“Ada kamar mandi dan kloset duduk di dalam kamar ini. Kamu sedang hamil, lebih aman kalau pakai kloset duduk. Jangan khawatir, kamar ini tidak lembab walau ada kamar mandi di dalam. Bau dari kamar mandi juga tidak akan berimbas ke dalam kamar.” ujar Bu Marianne.“Kamu tempati saja kamar ini, jangan sungkan, ini kamarnya Marco. Sejak kecil Marco sudah menempati kamar ini.”“Oh ....” Maryam tidak bisa berkomentar. Dia teringat saat k

  • Mencintai Seorang Climber   bab 293. Kawin Lagi

    Kusmin sedang duduk di teras belakang rumah Erna, yang berhadapan dengan kamar mandi untuk ART, tempat cuci piring, mesin cuci dan area tanpa atap untuk menjemur pakaian. Hari telah gelap karena malam sudah larut. Kusmin sebenarnya letih, ingin berbaring di kamar. Namun dia malas meladeni pertanyaan istrinya soal ponsel itu. Maka Kusmin memilih duduk di teras, pengin merokok, tapi tidak berani, takut nyonya rumah melihat dan marah. Karena ada juga keluarga yang anti rokok, makanya Kusmin tidak coba-coba menyalakan rokoknya.Kusmin adalah pria berusia 52 tahun, yang telah mengalami berbagai hal tidak menyenangkan dalam hidupnya, lebih banyak sebagai akibat perbuatan buruknya di masa lalu.“Pak!”Kusmin tersentak kaget mendengar suara istrinya.“Eh, kamu belum tidur, Iroh?”Mbok Iroh mendekati teras tempat suaminya sedang duduk. “Pak, tolong bicara jujur, kenapa tiba-tiba kowe mau ikut ke Bandung?”“Saya tidak tega membiarkan kalian berangkat ke tempat baru. Nanti kamu harus berjuang se

  • Mencintai Seorang Climber   bab 292. Mencari Video Panas

    Malam itu Bu Marianne datang ke rumah Erna, diantar oleh sopirnya. Bu Marianne tersenyum melihat Maryam.“Maryam, kamu sedang hamil? Sudah berapa bulan?”“Jalan lima bulan, Bu.”“Bagaimana keadaanmu? Kamu capek ya, setelah perjalanan jauh?”“Iya ... eh, tidak apa-apa, saya baik-baik saja, Bu.”Bu Marianne masuk ke kamar itu, meminta Maryam duduk di tepi tempat tidur, dia juga duduk di samping Maryam. Erna turut masuk ke dalam kamar, berdiri di dekat lemari.“Kamu sudah makan malam?” tanya Bu Marianne lagi.“Sudah Bu.”“Sebetulnya saya yang mau berangkat bareng suami ke Makassar, untuk mencari tahu soal Marco. Tapi menjelang berangkat, saya sakit, jadi Erna yang menggantikan saya.”Maryam hanya mengangguk pelan. Erna berdehem.Bu Marianne bicara lagi, “Ayo pulang ke rumah saya!”“Jangan sekarang, Kak!” tukas Erna, “Kang Ardi menitipkan Maryam pada saya, di rumah saya. Nanti tunggu Kang Ardi pulang.”“Bagaimana kalau suamiku masih lama pulangnya?”“Kita bisa menelepon Kang Ardi untuk me

  • Mencintai Seorang Climber   bab 291. Pulang Kampung

    Kusmin berniat mengejar pria itu, untuk menanyakan apakah pria itu ketinggalan ponsel. Namun sesaat kemudian, dia teringat bahwa dia sudah kehilangan pekerjaan sebagai juru parkir di pujasera itu. Digenggamnya ponsel itu, memperkirakan harganya jika dijual.“Aku nggak mencuri barang ini, tapi nemu. Aku lagi butuh uang karena pekerjaanku tiba-tiba hilang. Mungkin hape ini bisa laku di atas lima juta, mungkin lebih.” Gumamnya.Kusmin pulang dengan masih menjinjing travel bag isi baju istri dan anak-anaknya. Tetangganya yang sopir angkot, baru pulang narik, bicara padanya.“Hey Pak Kusmin, tadi saya lihat istrimu menangis di tepi jalan, sambil bawa dua anak. Saya lewat di depannya, lalu dia mencegat angkot saya, minta diantar ke rumah tempat dia biasa kerja. Tapi tadi kan, sudah sore, biasanya jam segitu dia pulang, bukan pergi ke rumah majikan. Kecuali kalau kamu usir dia!”“Tidak! Dia mau pulang kampung, ke Jawa, bareng majikannya.”“Pak Kusmin nggak ikut? Atau nggak diajak?” Tetanggan

  • Mencintai Seorang Climber   bab 290. Barang Temuan

    Iroh, ART Maryam, teringat saat bicara dengan suaminya yang bernama Kusmin, menyampaikan niat ingin pulang ke Jawa Barat.“Tantenya Den Marco mau bayarin tiket pesawat. Nanti sampai di Bandung, saya boleh kerja di perusahaan catering miliknya. Kowe juga boleh ikut, Pak, katanya ada pekerjaan buat kowe di sana sebagai pengantar makanan.”“Ah, malas aku! Kerja jadi tukang parkir di pujasera lebih gede duitnya, santai, nggak perlu bangun pagi-pagi.”“Jadi selama ini duitmu banyak, Pak? Kenapa setiap saya minta uang buat beli beras, buat makan kedua anakmu, kowe bilang lagi sepi job, lagi nggak ada uang?”“Hei Iroh, kowe punya gaji dari Den Marco, sering dikasi nasi dan lauknya pula. Kowe sering diajakin makan di restoran sama mereka. Mana pernah aku makan enak di restoran? Kenapa kamu masih minta uang pula sama aku?”“Jadi kamu merasa nggak perlu ngasi nafkah sama kedua anakmu?”“Mereka itu kan, juga anakmu, kutengok setiap hari mereka makan, nggak kekurangan. Kenapa kowe masih mengincar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status