Chapter: bab 189. Seperti Wajah PsikopatBapaknya Maryam yang bernama Wardoyo akhirnya berangkat menuju Markas Polres Cirebon. Dia bertemu lagi dengan Sunedi yang baru tiba di situ. Karena Sunedi harus meminta bantuan dulu ke pengacara kenalannya, makanya dia baru tiba di kantor polisi itu. Namun, mereka tidak serta merta boleh masuk ke dalam kantor polisi itu. Mereka menunggu dulu di luar, hingga akhirnya seorang polisi mendatangi Sunedi. Polisi itu adalah teman Sunedi, keduanya berbincang serius. Lantas pengacara yang datang bersama Sunedi dipersilakan masuk ke dalam kantor. Sunedi juga boleh masuk. Sebelum beranjak, Sunedi bicara pada Pak Wardoyo.“Waktu Marco dijemput oleh polisi dari penginapannya, ternyata Marco sempat saling kontak telepon dengan Maryam. Makanya Maryam tahu kalau Marco dibawa ke polres atas laporan seseorang. Sepertinya Maryam menyusul ke polres, untuk jadi saksi, karena memang anak sampeyan itu yang tahu persis masalah sebenarnya.”Sore itu, akhirnya Daffa mencabut laporannya terhadap Marco, dengan p
Last Updated: 2025-05-08
Chapter: bab 188. Mencari MaryamBapaknya tampak tidak suka saat Maryam mengatakan bahwa dirinya mau bicara dulu dengan Marco, untuk urusan mencabut laporan di kantor polisi.“Maryam, kamu itu belum menikah! Marco itu bukan siapa-siapa kamu! Tanggung jawab terhadap dirimu itu masih ada di tangan bapak! Jadi yang mestinya kamu patuhi itu adalah bapakmu ini, bukan Marco! Ngerti kamu?”“Bapak pilih kasih, Bapak lebih mikirin kepentingan Irma daripada harga diriku yang sudah direndahkan oleh istri dan anak-anaknya Ruhiyat, menantu Bapak!” Setelah bicara begitu, Maryam berjalan ke luar dari rumah.Mulanya kedua orang tua Maryam mengira jika anak gadisnya itu hanya pergi ke rumah tetangga, curhat ke teman-temannya. Namun, ketika ponsel Maryam dihubungi, tidak aktif. Kemudian beberapa tetangga ditelepon, bahkan rumahnya didatangi untuk mencari Maryam, ternyata Maryam tidak datang ke situ.“Jangan-jangan anak itu malah nyamperin Marco! Gawat!” Bapaknya Maryam menelepon Marco, namun ponselnya tidak aktif juga.Karena khawatir
Last Updated: 2025-05-07
Chapter: bab 187. Terancam Jadi JandaMuslikah menceritakan kepada pengacara itu, bahwa suaminya menikah lagi tanpa izinnya sebagai istri pertama. Suaminya beli rumah, tapi merahasiakannya dari istri. Namun, Muslikah sudah menemukan bukti pembelian rumah itu. Kemudian Muslikah dan kedua anaknya ingin melihat rumah itu, namun ternyata rumah itu ada penghuninya. Kemungkinan besar rumah itu diisi oleh istri muda suaminya.Muslikah masih ingin menjaga nama baik suaminya, jadi dia enggan membuka pernikahan siri suaminya kepada polisi. Maka dari itu, pengacara memberi saran agar Muslikah cukup bicara soal pembelian rumah baru yang dilakukan oleh suaminya, dan tidak usah bicara soal istri muda suaminya.Setelah mengantar klien melapor pada polisi dan melakukan visum, pengacara itu mengajak Muslikah dan kedua anaknya untuk bicara lebih tenang, di sebuah rumah makan. Mereka memilih duduk di pojok. Muslikah dan kedua anaknya masih terus kepikiran urusan melabrak istri muda Ruhiyat, yang ternyata salah sasaran, padahal sudah terlanj
Last Updated: 2025-05-06
Chapter: bab 186. Saling LaporSaat pagi itu Marco mendatangi Maryam, rencananya mau ngajak sarapan bareng. Pada akhirnya mereka berdua bisa makan bareng, tapi bukan lagi sarapan, melainkan makan siang, itupun sudah telat. Lewat tengah hari, urusan lapor polisi, lalu ke rumah sakit untuk visum, akhirnya selesai. Hasil visum baru bisa dikeluarkan beberapa hari lagi, akan dikirim kepada polisi penyidik yang meminta dilakukan visum terhadap korban. Berarti prosedur hukum tahap awal sudah selesai untuk hari itu. Marco mengajak Maryam makan di sebuah warung yang paling dekat dengan rumah sakit.Warung itu menjual sega lengko, makanan khas Cirebon. Nasi putih diberi potongan tempe goreng, tahu goreng, irisan ketimun, tauge rebus, lalu disiram bumbu kacang, ditaburi remukan kerupuk. Bentuk sega lengko seperti nasi pecel, hanya saja sayurnya tidak banyak macamnya. Teman makan sega lengko ada telur, peyek kacang, peyek udang, tinggal pilih saja. Marco ambil semuanya, karena dia lapar, dan peyek adalah makanan kesukaannya.
Last Updated: 2025-05-04
Chapter: bab 185. Salah OrangJeritan keluar dari mulut wanita muda yang menghunus gunting dan hendak menyerang Maryam. Ada seseorang yang baru datang dan mendorong tubuh wanita muda itu hingga jatuh tertelungkup di rumput, lantas merebut gunting dari tangan wanita itu.“Maryam?"Maryam menoleh karena mendengar suara yang dikenalnya. Marco datang tepat waktu, dan melumpuhkan wanita yang penuh amarah itu. Marco membantu Maryam berdiri. Dia heran karena Maryam tidak pakai jilbab, membiarkan rambutnya yang panjang tergerai berantakan. Bahkan awalnya Marco sempat mengira wanita itu bukan Maryam. Marco yang baru tiba di depan rumah itu, spontan bergerak menjatuhkan wanita yang menghunus gunting, karena melihat wanita itu mau menikam wanita lain.“Hei, lo memukul adik gue, hah?” Pria muda yang tadi mengeroyok Maryam. datang ke situ bersama ibunya. “lo laki-laki apa banci, hah? Beraninya cuma menyerang cewek!” teriak pria muda itu pada Marco.Maryam menemukan keberaniannya. “Harusnya tanyakan sama dirimu sendiri! Barusan
Last Updated: 2025-05-01
Chapter: bab 184. PengeroyokanMaryam masih berusaha meronta sekuat tenaga, melepaskan diri dari tiga orang yang tiba-tiba saja datang dan mengeroyoknya. Namun tenaganya masih kalah dari pria muda yang menelikung lengannya ke punggung. Wanita yang tua sudah menampar wajah Maryam dua kali. Pria muda itu bilang, jangan melukai secara fisik, nanti kena tuntutan pidana. Mending gundulin saja kepalanya.Maryam tersentak saat tiba-tiba saja wanita muda di sampingnya menarik jilbabnya, lantas menjambak rambutnya sampai kepala Maryam mendongak.“Penginnya sih, nyiram wajah pelakor ini pake air keras!” ucap Wanita yang muda, lantas menyemburkan saliva ke wajah Maryam.“Sayang sekali kita nggak bawa air keras. Tapi Mamah biasanya bawa gunting. Kita gundulin rambutnya! Mana guntingnya, Mah?” ujar si pria sembari tetap memegangi lengan Maryam, sampai Maryam merasa sikunya seperti dipuntir saking sakitnya.“Entar, mamah cari dulu guntingnya, biasanya ada di tas mamah.” Wanita yang tua merogoh tasnya.“Tolong! Tolong!” Maryam be
Last Updated: 2025-04-30