Share

bab 40. Perangkap

Penulis: Yanti Soeparmo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-08 07:43:07

Ipda. Binsar Siagian menyimpulkan, Ujo lah yang menaruh racun dalam jus alpukat itu. Ujo adalah orang yang ingin membunuh Marco, karena … sepertinya Marco adalah pelaku tabrak lari yang telah menewaskan istri Ujo?

“Maryam bilang, Marco pernah datang ke tempat kos itu, dengan Silvi duduk di boncengan motornya. Silvi mengembalikan jaket milik Marco. Jaket parasut merah dengan gambar burung di punggung, bertuliskan Black Falcon Automotive. Pada saat itu Mang Ujo masih ada di halaman depan rumah kos itu! Mang Ujo pasti melihat Marco, yang ciri-cirinya persis seperti pelaku tabrak lari yang digambarkan oleh Kosim. Mungkin saat itu Ujo berpikir, “Ini dia orang yang sudah membunuh istriku!” Ya Tuhan, ternyata ini masalah balas dendam?”

"Mang Ujo mengejar Marco!" Pikir Binsar. Dari keterangan beberapa orang, Mang Ujo baru mangkal di kampus selama seminggu, saat kejadian tewasnya Raymond. Jadi pada mulanya Mang Ujo itu pedagang bakso yang mengitari kawasan pemukiman padat dalam gang-gang sempi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mencintai Seorang Climber   bab 236. Sang Pengacara

    Nanang kembali ke RS untuk menanyakan apakah sudah ada respons dari Bu Farida. Ternyata permintaan RS belum ditanggapi oleh Bu Farida. Chat dari RS sudah terbaca, namun tiada balasan dari Bu Farida. Pihak RS sudah mengirim staf humas untuk kembali mendatangi alamat Farida, tapi rumah itu masih kosong.Petugas RS bicara pada Nanang, “Kami sudah berusaha. Saran kami, Anda sebagai keluarga pasien Maryam untuk melapor ke polisi. Nanti kami bantu prosesnya.”Nanang merasa pusing sendiri, lelah, tapi tidak bisa mengabaikan karena yang dipertaruhkan adalah keselamatan kakaknya. Apa maksud Bu Farida menahan Maryam tetap bersamanya, padahal dia sudah diberi tahu bahwa dia salah bawa pasien. Yang dia bawa bukan menantunya. Mengenai bayi itu, memang anak Utami. Namun, orang tua kandung Utami menginginkan bayi itu kembali kepada mereka. Kalaupun mau dirawat oleh Bu Farida sebagai nenek si bayi, semestinya ada omongan dulu kepada keluarga Utami.Ayahnya Utami bicara pada Nanang. “Truk yang oleng i

  • Mencintai Seorang Climber   bab 235. Pasien yang Tertukar

    Pria muda itu adalah Nanang, semestinya sejak tadi dia bisa masuk ke bangsal IGD. Namun, karena akan ada kunjungan Kapolda, maka para penjenguk pasien diminta duduk dulu di ruang tunggu. Cukup lama Nanang duduk di salah satu teras, menunggu diperbolehkan masuk ke bangsal IGD. Ternyata dia terlambat.“Pasien atas nama Siti Rahmi Utami dan bayinya sudah dibawa oleh keluarganya.” Itu ucapan petugas di loket rumah sakit, ketika Nanang konfirmasi pasien yang dicarinya.“Kakak saya namanya Maryam Nur Asyifa, dan dia tidak punya bayi! Bagaimana ini? Pasien yang belum jelas identitasnya, malah dibiarkan dibawa pergi oleh orang yang ngaku-ngaku keluarganya?”Seorang petugas rumah sakit bertanya pada Nanang, “Anda sudah melihat ke kamar jenazah?”“Tadi saya dibawa ke kamar jenazah, di sana ada wanita muda korban dari mobil travel itu. Tapi wanita Itu bukan kakak saya! Karena kakak saya itu tingginya 165 cm. Wanita yang di kamar jenazah itu tingginya 157 cm. Kalau misalnya kakak saya yang ada di

  • Mencintai Seorang Climber   bab 234. Dijemput Ibu Mertua

    Maryam terbangun di rumah sakit tempatnya dirawat. Dia berada di bangsal IGD. Jilbabnya terlepas. Kakinya terasa sakit.“Anda mengalami luka di kaki.” ujar seorang suster yang sedang memeriksa suhu tubuh Maryam. “sedikit demam.”Tangan Maryam menyentuh kepalanya. “Jilbab ....” Suaranya serak dan lirih.Suster itu paham maksud pasiennya. “Jilbab Anda banyak sekali bercak d@rah, maka saya lepas karena saya kira Anda mengalami luka di kepala. Dokter sudah memeriksa, ternyata tidak ada luka di kepala Anda. Mungkin bercak d@rah pada jilbab Anda akibat terkena d@rah orang lain, sesama penumpang. Maaf kalau jilbab Anda kami buka.”“Di tas saya ada jilbab ....” Maryam ingin bicara lebih banyak. Namun, bicara sedikit saja sudah sulit, tak ada suara yang ke luar, kecuali hanya seperti desisan. Suster harus mendekatkan kepalany ke wajah pasien untuk mendengar suara pasiennya yang sangat lirih. “Tidak ada tas yang dibawa ke rumah sakit.” jawab suster itu. “yang dibawa bersama Anda ke rumah sakit

  • Mencintai Seorang Climber   bab 233. Korban

    Beberapa kendaraan, mobil pribadi dan juga motor, menepi. Orang-orang dari kendaraan itu berlari ke arah mobil travel yang terjungkal di tepi jalan dengan body mobil terkoyak. Beberapa orang turun ke selokan kering untuk mengevakuasi para penumpang yang berjatuhan dan bertumpuk di selokan itu. Suara erangan, rintihan menahan sakit, tangisan, teriakan minta tolong, berbaur dengan aba-aba dari seseorang yang mengajak beberapa orang lainnya untuk menegakkan mobil travel itu. Mungkin di dalam mobil masih ada penumpang yang tersangkut dan mesti segera dikeluarkan.“Lekas! Lekas! Bahan bakarnya sudah merembes ke luar.”“Awas! Jangan ada yang merokok! Bahaya!”“Sudah telepon polisi?”“Kantor polisi mana yang paling dekat? Biar saya datangi saja, daripada menelepon nggak tahu nomornya.”“Lebih penting menelepon rumah sakit, untuk minta bantuan mobil ambulans! Banyak yang luka parah!”“Mana tadi sopir truk yang nabrak?”“Ah, sudahlah! Lebih urgen menolong penumpang mobil yang ditabrak!”Maryam

  • Mencintai Seorang Climber   bab 232. Menuju Bandung

    Menaiki mobil travel menuju Bandung, Maryam memilih keberangkatan pukul enam pagi. Paling telat mobil itu akan tiba di pool jalan Pasteur Bandung pada pukul sepuluh pagi. Berarti masih ada waktu beberapa jam sebelum wawancara kerja pada pukul dua siang. Maryam sudah menelepon adiknya, dia berencana titip dulu barang di tempat kos adiknya.Vera memang sudah bilang akan menerima Maryam menginap, tapi Maryam memperkirakan mungkin saat dirinya tiba di Bandung, Vera masih ada di tempat kerja. Tidak mungkin tiba-tiba saja Maryam datang ke rumah Vera, nanti orang tua Vera yang bingung. Masih mending kalau ada orang di rumahnya, kalau rumahnya kosong, misalnya karena orang tua Vera sedang pergi, nanti Maryam bisa kecele banget. Makanya Maryam memilih ke tempat kos Nanang.Nanang menjawab telepon kakaknya, “Begitu mobil masuk kota Bandung, Teteh langsung chat aku, nanti aku tunggu di pool travel untuk jemput Teteh.” “Kamu nggak lagi sibuk kuliah, Nang?”“Kuliah nanti siang, setelah zuhur.”

  • Mencintai Seorang Climber   bab 231. Tawaran Kerja

    Maryam sudah paham kenapa Marco tidak menghubunginya, tapi di sisi lain dia sangat khawatir. Dulu pernah Marco masuk tahanan polisi. Kalau dulu Marco bisa bebas, karena memang tak bersalah, lalu sekarang bagaimana statusnya? Apakah yang dialami Marco saat ini adalah juga karena korban fitnah?Maryam teringat ucapan Sunedi.“Neng Maryam jangan terlalu khawatir, karena keluarga Wiratama punya kenalan pengacara hebat, pasti semua masalah hukum bisa diselesaikan.” Maryam menangis dalam tahajudnya menjelang dini hari. Dia tidak mungkin membicarakan masalah itu kepada emaknya, hanya bikin emaknya tambah sedih. Maka dia adukan saja semua pada Tuhan, dan memohon jalan ke luar yang terbaik.Usai salat subuh, Maryam sibuk membuat gorengan. Biasanya pukul enam pagi sudah ada pembeli yang menanyakan sarapan. Juwariyah tidak menjual nasi untuk sarapan, karena sudah ada tetangganya yang jualan nasi kuning dan nasi uduk, juga bubur ayam. Juwariyah tidak ingin bersaing dengan tetangga, maka dia tida

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status