Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera
Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin
Dengan sangat kesalnya, Abhygael membanting semua barang-barang yang ada di dalam ruang kantornya. Betapa tidak, rencana untuk menikahi gadis pujaannya gagal total karena pilihan sang nenek kesayangannya. Jika saja neneknya tidak dalam kondisi kritis mungkin saja saat ini dia sudah menolaknya. "Gadis itu sangat ramah, setia dan anggun, sebelum nenek pergi dari dunia ini, nenek ingin kau menikahinya dan bawalah dia tiggal dirumah yang telah dibangunkan kakek untukmu sebelum meninggal." Abhygael teringat dengan Mansion yang dibangun kakeknya sebelum meninggal karena kecelakaan. Rumah itu dipersiapkan kakeknya untuk dirinya dan calon isterinya kelak. Pria dengan tubuh atletis berusia 24 tahun dengan garis ketampanan yang menurun dari kakeknya Budiawan Pratama sudah merencanakan semuanya dengan pujaan hatinya Selena, namun kini hanyalah angan-angan belaka. Di rumah kediaman Hendrinata, Leona gadis imut nan cantik yang dijodohkan dengan Abhygael menangis sesenggukan, gadis manis itu tak
Mereka saling menyalami dan dipersilahkan untuk duduk, setelah berbasa basi kini tibalah saatnya untuk saling mengenal satu sama lain. "Terima kasih sudah mau berkunjung ke rumah kami, kami sangat tersanjung dengan kedatangan keluarga Pratama di rumah ini, mungkin sebelum pembicaraan berlanjut, sebaknya kita saling mengenal dulu, tak kenal maka tak sayang, begitu kata pepatah." Hendrinata memulai obrolan dengan sangat santun. Julit melirik Abhygael yang terus menatap wanita cantik di depannya, ehem... Abhygael tersipu malu. "Maksud kedatangan kami tentunya sudah pak Hendrinata tahu sebelumnya, kami berharap pertemuan kali ini bisa berlanjut sampai ke pelaminan, baiklah saya perkenalkan dulu siapa calon menantu pak Hendrinata," Julit kembali melirik Abhygael, kini tatapannya tertuju pada Regan. Sebelum dia melanjutkan kata-katanya, Abhygael segera berdiri memperkenalkan diri "Abhygael Pratama." Hah ? Paman Julit, Yolan dan Regan saling berpandangan satu sama lain. Bukankah pembicar
Hari yang tak dinantipun tiba, sebagian pasangan dibelahan bumi manapun, semuanya menanti hari ini, tapi tidak untuk keduanya. Abhygael memasang wajah geramnya tatkala diminta segera ke Rumah Sakit karena akad nikah akan segera dilangsungkan. Perias pengantin wanita dibuat kerepotan dengan penolakan Leona saat hendak merias wajahnya. "Aku akan dandan sendiri, tolong tinggalkan aku." Kini Leona sendirian di dalam kamar, dengan telaten dia merias wajahnya dengan makeup cokelat seperti biasa, tak lupa totol hitam kecil di seluruh wajah. Sekali lagi dia menatap riasannya dengan cermat di cermin, dari pantulan cermin jika ditatap dengan lekat maka gadis ini masih tetap terlihat cantik, namun jika ditatap sekilas maka dia terlihat sangat buruk. Sebelum menutup wajahnya dengan sebuah cadar, sekali lagi dia menatap hasil karyanya dengan senyum sumringah. Kedua orang tuanya telah menunggunya dengan tidak sabar, nampak pula Adelia dengan dandanan menornya, gaun bernuansa pesta yang elegan san
Atas saran nenek Melinda, Abhygael memboyong isterinya tinggal di Mansion yang telah selesai dibangun dua bulan yang lalu. Tadinya Abhygael tak ingin menyewa para maid, Mansion dengan enam kamar tidur dan 2 kamar pembantu, dengan kamar mandi super cantik full marmer dilengkapi dengan studio pribadi milik Abhygael. Dengan rumah super mewah seperti ini jika tak menyewa pembantu maka bisa dibayangkan bagaimana Leona menangani rumah sebesar ini sendirian. "Bagaimana mungkin dengan rumah sebesar itu mampu ditangani oleh kalian berdua tanpa dibantu oleh para maid, apa kau ingin membunuh isterimu ?" Protes Melinda sang nenek kesayangan Abhygael. Hanya nenek Melindalah satu-satunya yang dia miliki, paman Julit walaupun merupakan saudara ayahnya namun keduanya tidak begitu dekat. Julit memiliki seorang putera yang sekarang sedang menyelesaikan studinya di Australia. Dengan mendelik gusar Abhygael menyetujui usul neneknya, dia terus mengomel di dalam hati. "Lihat saja nanti bagaimana saat nene
Selena terus mendesak Abhygael untuk menikahinya, menyandang status nyonya Abhygael Pratama sudah diimpikannya sejak dulu. Hanya perempuan bodoh saja yang tak mau menikah dengan pengusaha terkaya dan tampan ini. Gadis ini berpikir hanya dialah yang tau ketampanan Abhygael. "Kapan kita menikah ? Apa kata orang nanti kalo kita terus bersama tanpa status !" Abhygael diam saja, pikirannya sedang kalut, bagaimana caranya menyampaikan kepada Selena jika saat ini dia sudah menikah ! Ditariknya nafasnya dengan dalam. "Sayang, bukankah kau tau jika nenek sedang di rawat di Rumah Sakit ?" Ini bukan saat yang tepat untuk menyampaikan kabar itu, Abhygael takut Selena akan menjauhinya, hanya dialah satu-satunya wanita yang dicintai Abhygael. "Jika begitu bawa aku menemui nenekmu, kita perlu meminta restu darinya," Rengekan Selena membuat Abhygael resah. Dia tak bisa melihat kekasihnya ini merajuk, jika itu terjadi maka berhari-hari lamanya dia membujuk dengan segala rayuan pulau kelapa untuk
Sepasang kekasih tiba di Rumah Sakit dengan terburu-buru, masalahnya nenek Melinda baru saja menelpon dan meminta Abhygael segera ke Rumah Sakit, karena dokter telah mengizinkannya pulang dengan catatan harus terus rawat jalan, minimal seminggu sekali. Abhygael dan Selena saling bergandengan tangan menuju ruang Paviliun, mereka tidak menyadari jika Nenek Melinda memperhatikan mereka dari balik jendela. Nenek Melinda menahan geram namun sebagai wanita terhormat dia tetap melemparkan senyumannya pada Selena. Ini tidak bisa dibiarkan, Abhygael harus segera memberikannya cicit agar tak akan adalagi benalu yang berusaha menempel pada cucu tampannya itu. "Pagi nek, aku tiba lebih cepat dari yang nenek harapkan." Abhygael menghampiri dan mencium tangan neneknya diikuti Selena. Tak terlihat lagi selang infus di ruangan itu, hal ini menunjukkan jika neneknya benar-benar telah pulih. Selena menyapa nenek Melinda dengan ramah. "Apa kabar nek, semoga nenek sehat selalu," ucapnya dengan tulus.