Share

03. Perkara hutang

last update Dernière mise à jour: 2024-06-14 13:51:15

“Papa … ada tamu.” Si kecil Maizura berlari menuju kamar orang tuanya sambil berteriak memanggil ayah-nya

“Jangan lari-lari, Zura! Papa denger kok, Nak. Nanti kalau Zura jatoh gimana?” Abraham langsung keluar dari dalam kamarnya sambil menyuruh anak bungsunya untuk berhenti berlari.

“Jangan teriak-teriak juga, Zura! Kak Zea lagi tidur kayaknya, Zura mau dimarahin sama Kak Zea lagi?” Monic---ibu kandung Maizura, atau ibu tirinya Zea menegur putrinya sehingga Maizura langsung diam dengan wajah ngeri.

“Keep silent, Ma,” bisik Maizura sambil menggerakkan tangannya seolah tengah mengunci mulutnya membuat kedua orang tuanya tertawa karena merasa gemas.

Maizura benar-benar takut kalau kakak-nya yang cuek dan galak seperti kakak Upin Dan Ipin itu memarahi dirinya lagi. Tak jarang Zea akan menatap tajam Maizura kalau Maizura mengganggu dirinya.

Tapi meskipun sering cuek dan tidak menganggap bahwa Maizura itu ada, tidak pernah sekalipun Zea membentak Maizura karena Zea masih memikirkan mental Maizura mengingat Maizura itu masih sangat kecil.

“Ada tamu yang nanyain Papa di lual.” Telunjuk mungil Maizura mengarah ke arah pintu rumah sederhana mereka.

Abraham dan Monic kompak menatap ke arah pintu tapi tidak bisa melihat dengan jelas siapa tamu yang datang ke rumah mereka sore ini.

“Biar aku aja yang liat, Mas.” Monic yang tadinya sedang menata bunga ke dalam pot yang ia beli di online shop memilih untuk menunda pekerjaannya demi melihat tamu mereka.

“Jangan lupa tamunya disuruh masuk, Mah!” titah Abraham.

Setelah mendapat jawaban yang dia inginkan dari sang istri, Abraham berjalan ke ruangan tamu lalu duduk di sana bersama Maizura untuk menyambut tamu mereka.

“Selamat sore, Pak Abraham!”

Deg!

Abraham kaget dan langsung berdiri ketika melihat ternyata atasannya adalah orang yang menjadi tamunya sore ini.

“Selamat sore, Tuan Zibrano,” sahut Abraham sambil menunduk hormat meskipun atasannya itu jauh lebih muda daripada dirinya, “si-silahkan duduk, Tuan! Anda juga silahkan duduk, Tuan Pradipta!”

Meskipun kaget dan sedikit ketar-ketir dengan kedatangan kedua atasannya itu, Abraham tidak melupakan untuk menawarkan tamunya duduk dengan sangat ramah.

“Ah iya, Pak Abraham.” Melihat Natan tidak ada niatan untuk menjawab basa-basi dari Abraham, akhirnya karena merasa tidak enak hati Darren terpaksa untuk menyahut.

‘Dasar kulkas lima belas pintu!’ Darren merutuki sikap Natan yang terlalu dingin itu di dalam hati.

Sedangkan Natan sendiri malah memperhatikan seisi ruangan tamu rumah Abraham termasuk kursi ruangan tamunya dengan seksama. ‘Bersih.’ Natan membatin singkat lalu mendudukkan dirinya di samping Darren.

Kalau tempatnya tidak bersih, jangan harap Natan akan betah berlama-lama di sana apalagi sampai mau duduk.

Abraham pun sudah hapal betul dengan semua kebiasaan buruk pemilik perusahaan tempatnya bekerja itu, semua kebiasaan buruk Natan sudah bukan rahasia umum lagi di kalangan para karyawannya, termasuk Abraham.

“Ma, bikinin tamu kita minum!” titah Abraham pada istrinya.

Monic yang sejak tadi hanya diam berdiri bak patung yang diberi nyawa, spontan terlonjak kaget mendengar perintah dari suaminya.

“Ba-baik, Mas,” sahut Monic terbata lalu berniat pergi ke dapur untuk membuatkan minuman untuk tamu mereka.

“Tidak usah repot-repot!”

Langkah kaki Monic terhenti ketika mendengar suara bass atasan suaminya yang melarang dirinya.

Monic mematuhi kalimat Natan dan memilih untuk duduk di samping Maizura demi bisa mendengar apa alasan atasan suaminya itu bertamu ke rumah mereka. Meskipun Monic sudah bisa sedikit menebak, tapi Monic hanya ingin benar-benar memastikan saja.

Siapa tau saja tebakan Monic salah?

‘Kok perasaanku nggak enak, ya?’ batin Monic sambil mengelus dadanya yang sejak tadi berdebar hebat.

“Jadi begini, Pak Abraham. Kami ke sini untuk menagih hutang Bapak karena waktu yang diberikan perusahaan kepada Bapak untuk melunasi semua hutang-hutang Bapak sudah habis. Jadi bagaimana? Uangnya sudah ada?”

Darren menagih secara halus dan dengan cara baik-baik mengingat Abraham ini merupakan salah satu karyawan terbaik di perusahaan mereka.

‘Ternyata dugaanku benar,’ Monic meremas erat bawahan dasternya sampai meninggalkan jejak kusut di sana.

Abraham dan Monic saling pandang dengan wajah memucat selama beberapa saat.

‘Sudah kuduga hal ini akan terjadi,’ batin Monic sambil menatap sang suami dengan tatapan pias.

Entah sudah ke berapa kalinya Monic membatin dalam satu menit ini.

“Bisakah kasih saya waktu lagi, Tuan? Jujur saja saat ini saya belum ada uang sebanyak itu,” pinta Abraham.

“Keringan waktu lagi? Anda waras, Bapak Abraham?” desis Natan, “Anda berhutang sudah dari jaman almarhum ayah saya yang menjadi pemimpin perusahaan. Padahal di surat perjanjian tertulis bahwa Anda akan melunasi hutang-hutang Anda selama lima tahun, ini sudah sepuluh tahun, waktu selama apalagi yang Anda minta? Ini sudah dua kali lipat dari waktu yang tertulis di dalam surat perjanjian itu.”

Glek!

Abraham menelan kasar salivanya saat ucapan Natan serasa mencekik lehernya, dengan apa harus ia bayar hutang-hutangnya itu sedangkan saat ini ia tidak memiliki tabungan sama sekali.

“Tapi saat ini saya belum punya uang sebanyak itu, Tuan. Saya mohon kasih saya sedikit waktu lagi.” Abraham benar-benar merasa bingung ke mana ia akan mencari uang untuk membayar hutang itu hari ini juga.

“Saya tidak bisa meringankan Anda lagi, Pak Abraham. Saat ini perusahaan sedang mengerjakan proyek besar dan butuh banyak dana.” Natan benar-benar tidak bisa dibujuk lagi. “Sesuai dengan perjanjian saja, kalau Anda tidak bisa melunasi hutang-hutang Anda maka siap-siap untuk di penjara.”

Abraham dan Monic semakin menegang mendengar apa yang baru saja dikatakan Natan.

Penjara?

Oh tidak, tidak ada dalam list hidup Abraham akan menghuni tempat keramat itu.

Tega tidak tega, Natan harus bersikap tegas pada semua karyawannya. Jangan sampai ada lagi Karyawan lain yang berhutang banyak tapi tidak mau membayar seperti Abraham ini.

Monic hanya bisa menunduk sambil menahan tangis, Monic jadi memikirkan nasib Zea dan Maizura kalau sampai suaminya di penjara.

Bagaimana caranya nanti ia bisa menyekolahkan dan menghidupi kedua putrinya itu jika suaminya benar-benar masukpenjara?

“Emangnya berapa banyak hutang papa saya sampai Anda mau memenjarakan papa saya?” potong Zea tiba-tiba.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Mendadak Dinikahi CEO Arogan   101. Selesai

    “A-air!”Deg!Zea menghentikan tangisnya mendengar suara yang tak asing di telinganya.Zea mengangkat kepala dan mengakibatkan menatap mata Natan yang mulai bergerak.“Mas! Kamu denger aku?” Zea berdiri dan memegang bahu Natan.“Ha-haus, aku butuh air.”Mata Natan mulai terbuka sempurna, suaranya terdengar sangat serak dan lirih.Zea menangis haru, Zea memencet tombol yang langsung terhubung pada Dokter yang selama ini menangani Natan.“Bentar ya, Mas. Sabar dulu, kita tunggu Dokter.” Zea mengusap punggung tangan Natan.Tangan Zea bergetar merasa terkejut dan sangat bahagia karena Natan akhirnya sadar juga.Natan tidak memberikan jawaban apa-apa, dia terlihat masih linglung.Akas dan Alea yang sejak tadi memang sudah berada di ruangan ICU dibuat terkejut melihat dokter dan dia orang suster berlari ke dalam ruangan yang sedang mereka jaga.“A-ada apa ini?” Alea terbata.

  • Mendadak Dinikahi CEO Arogan   100. Air mata

    “Mana keluarga pasien atas nama Zea Veronica Zibrano?”Abraham langsung berdiri. “Saya ayah, Dok.”“Suaminya ke mana? Kami butuh berbicara dengan suaminya.” Dokter itu malah menanyakan Natan.“Suami putri saya dengan sakit, Dok. Dia koma dan tidak bisa datang ke sini, jadi saya yang akan menjadi wali putri saya.” Abraham menjawab dengan tegas.Dokter kandungan itu mengangguk, tadi sempat terjadi kehebohan karena Zea jatuh pingsan. Tidak hanya itu, Zea juga mengalami pendarahan hebat yang membaut semua orang cemas bukan main.“Karena darahnya masih terus keluar tapi pasien belum juga sadarkan diri, maka kami menyarankan untuk melakukan operasi Caesar. Detak jantung bayinya sudah melemah, sebaiknya bayinya segera dikeluarkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.Deg!Tubuh Abraham langsung melemas mendengar itu.Cobaan apalagi yang sudah Tuhan persiapan untuk Zea, pikirnya.“Lakukan apapun asalkan

  • Mendadak Dinikahi CEO Arogan   99. Koma

    Malam ini Nathan benar-benar menepati janjinya untuk membawa sang istri jalan-jalan di sekitar kompleks Mansion mereka.Sampai tiba di taman Mansion yang sudah disulap menjadi begitu indah oleh Natan sebelumnya, data mengajak Zea untuk duduk berdua di sana."Gimana? Kamu suka kejutan dari aku?" tanya Natan kepada Zea yang sejak tadi tidak banyak bersuara karena terlalu terpesona dengan keindahan kelap-kelip lampu di taman belakang mansion mereka."Suka banget, Mas. Ini wow banget, kenapa bisa Mas kepikiran sulap taman belakang jadi sebagus ini?" Zea bertanya sambil tak bosan-bosannya untuk memperhatikan keadaan sekitar."Itu tidak penting, Baby. Yang terpenting bagi aku itu kamu sudah suka dengan kejutan yang aku buat," bisik Natan.Nathan menatap lekat mata indah yang membuatnya tertarik pada Zea pada pandangan pertama."Kamu cantik sekali malam ini, bahkan bunga-bunga di sana kalah cantiknya sama kamu." Natan merasa tidak bosan

  • Mendadak Dinikahi CEO Arogan   98. Momen

    Semakin lama penyakit yang Natan derita semakin parah, Natan sudah melakukan berbagai pengobatan selama empat bulan ini meskipun masih ia rahasiakan dari Zea.“Saran saya segera beritahu keluarga Anda, Tuan. Ini bukanlah sesuatu yang wajar untuk dirahasiakan lagi, kita tidak tau sampai kapan Anda bisa bertahan dari penyakit ini.” Dokter Johan yang merawat Natan selama ini memberi saran terbaik untuk Natan.“Justru itu yang saya takutkan, Dok. Saya tidak ingin istri saya yang sebentar lagi akan melahirkan malah harus stress memikirkan saya.” Natan bimbang sekarang.Dokter Johan juga tampak diam. “Atau beritahu saja Tuan Pradipta dan juga keluarga angkat Anda.” Dokter benar-benar menyarankan agar penyakit Natan diketahui oleh keluarga terdekatnya.“Saya akan pikirkan itu nanti, jadi kapan proses pengobatan saya yang selanjutnya?” tanya Natan setelah diam agak lama.“Dua Minggu lagi dari sekarang, ini sangat beresiko. Kemungkinannya hanya ada dua, selamat atau—”“Cukup, saya tidak ingin

  • Mendadak Dinikahi CEO Arogan   97. saat apa?

    Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, Anes sudah tampil cantik dengan gaun pengantin berwarna Navy pilihannya.Pada akhirnya, akad nikah lah yang menjadi akhir dari kata-kata Darren yang selalu mengatakan tidak menyukai gadis kecil yang merepotkan.“Selamat, Nes. Sekarang lo udah jadi istri orang, kurangin dikit bego lo kalau bisa. Takutnya Kak Darren bisa mati muda gara-gara kelak lo,” ucap Alea.“Nggak usah ngatain gue sekarang, Lea. Gue nggak akan berubah semudah itu, ya kali sifat yang udah tumbuh dari lama bisa gue ubah gitu aja.” Anes mengerucutkan bibirnya.Anes merasa Alea seperti meledek dirinya.“Jangan ribut sekarang, waktunya kita foto-foto.” Zea menengahi perdebatan kedua sahabatnya.“Mas, sini!” Dengan senyum lebarnya, Zea memanggil Nathan untuk mendekat ke tempat pengantin.Begitu pula dengan Alea, dia ikut memanggil Akas untuk berfoto bersama dengan mereka.Sekarang mereka bertiga sudah bukan

  • Mendadak Dinikahi CEO Arogan   96. Penyakit

    Sesuai dengan permintaan Zea, Akas benar-benar menepati janji untuk bertanggung jawab.Dengan berani, Akas membawa kedua orang tuanya ke rumah Alea dan mengakui kesalahannya pada kedua orang tua Alea.Awalnya tentu saja Surya dan Reni marah, tapi memikirkan Deva yang sedang berbadan dua, akhirnya mereka setuju untuk menikahkan Akas dengan Alea.Dan saat ini, Akas dan Alea sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Baru saja Akas melantunkan ijab kabul di depan penghulu dan para saksi pernikahannya.“Jangan nangis lagi, sekarang lo juga udah jadi istri orang. Gue nggak nyangka bentar lagi kita bakal jadi ibu bareng-bareng.” Zea memeluk Alea yang tidak berhenti menangis sejak tadi.“Lo nggak marah sama gue?”“Enggak, Lea. Gue udah punya Mas Natan, Akas udah nggak ada lagi di hati gue.” Zea tersenyum tanpa beban agar Alea tidak terus kepikiran.“Gue nggak dipeluk?” Anes mengerucutkan bibirnya.Gadis polos itu muncul

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status