Acara ulang tahun perusahaan semakin mendekati hari H. Selama tiga hari terakhir, Catra selalu pulang larut malam. Banyak dokumen yang harus dia cek dan tandatangani.
Saat berangkat ke kantor pun, kadang masih sangat pagi, sehingga tidak ada waktu untuknya bertemu ataupun bercengkrama dengan sang anak.
Saat Catra berangkat bekerja biasanya Dean belum bangun, dan saat pulang bekerja anaknya sudah terlelap tidur. Jangankan sang anak, Gisa saja kadang sudah terlelap saat sang suami sampai di rumah.
Walaupun suami istri tersebut bekerja di perusahaan dan kantor yang sama, namun mereka hanya bertukar kabar melalui telepon genggam, itu pun seperlunya saja.
Gisa tidak pernah mengkhususkan diri untuk datang ke ruangan suaminya, kecuali sang suami lah yang memanggilnya untuk datang.
Selain itu Catra juga banyak menghabiskan waktunya di luar perusahaan untuk meeting ataupun mengecek proyek ke lapangan.
***
Saat jam makan siang, Gisa dan
Terima kasih sudah membaca. Jangan menteror Author untuk up banyak ya, mampunya Author up hanya 1 bab sehari, itupun kalau Author sedang lenggang. Karena menulis bukan pekerjaan utama Author. Untuk ceritanya sendiri percayakan saja pada Author. Author bukan penganut konflik-konflik yang berat kok! Yang penting indah pada waktunya. Jangan lupa Vote!!! Bagi yang sudah Vote, terimakasih banyakšššš
Hari yang ditunggu-tunggu oleh para karyawan kantor telah tiba. Yaitu, acara ulang tahun perusahaan, yang akan digelar tepatnya nanti malam. Bagaimana para karyawan tidak excited, acara tersebut akan diselenggarakan disalah satu hotel milik Ganendra Group itu sendiri, yaitu Ganendra Luxury Hotel. Salah satu hotel termewah yang harga permalamnya bisa mencapai ratusan juta dengan fasilitas eksklusifnya yang lengkap. Ulang tahun perusahaan yang diadakan setiap satu tahun sekali itu pun, mereka jadikan sebagai hari raya bagi para karyawan Ganendra Group. Pasalnya, setelah acara itu selesai dan acaranya berjalan dengan lancar, bonus tahunan yang lumayan besar akan masuk kedalam rekening para karyawan kantor. Selain itu, mereka juga bisa menghabiskan waktu selama weekend, di hotel tempat acara berlangsung, lengkap dengan fasilitas mewahnya secara cuma-cuma tanpa harus mengeluarkan biaya ini itu. Mereka, cukup menunjukan kartu identitas karya
Tidak hanya Madava yang kehilangan senyumnya, tapi juga Gisa. Saat dilihatnya sang suami masuk bersama Fazzura disebelahnya. Catra terlihat gagah mengenakan Payas Agung yang memiliki warna senada dengan yang di kenakan oleh Gisa. Kalau Gisa memakai mahkota, lain halnya dengan Catra. Dia memakai ikat kepala dan sebuah bunga cempaka yang terselip di bagian telinganya. Bawahannya sendiri memakai kain songket mewah dengan keris yang disisipkan kedalam kamben. Itulah yang menyebabkan senyum Madava seketika luntur. Karena, atasannya memakai pakaian adat Bali juga. Harapan Madava untuk bisa berdansa bersama Gisa, dalam sekejap menjadi sirna. Madava yakin, sang CEO akan meminta perempuan cantik itu untuk menjadi pasangan dansa nya. Meskipun yang orang lihat Catra membenci Gisa karena insiden kesiangan waktu itu, namun Madava dapat melihat cinta pada mata bos nya itu. Bahkan keyakinan Madava bertambah besar, saat melihat dari warna pakaian yang
Gisa menatap tajam sang suami. "Apa yang Daddy lakukan?" ucap Gisa tanpa bersuara dan hanya menggunakan gerak bibirnya. Dia panik. Catra hanya tersenyum sinis dengan sudut bibir sebelah kanannya tersungging sedikit mengejek. "Oh, God!" pekik Gisa membuat orang-orang yang duduk disekitar Gisa menatapnya dengan tatapan penuh tanya. "Mommy," ucapnya kembali. Gisa menahan nafasnya. Dia menundukkan kepalanya. "Terima kasih atas segala dukungan yang Mommy berikan." ucap Catra melanjutkan kalimat dalam pidatonya. Gisa mengangkat kepalanya, menatap netra jamrud suaminya, dalam. "Untuk Deankara, anaku. Terima kasih sudah hadir!" lanjutnya, membuat Gisa berkaca-kaca saat mendengarnya. Beberapa orang mulai berbisik membicarakan sosok istri dan anak dari seorang Catra Ganendra. Mereka mulai penasaran seperti apa istri dari CEO yang terkenal dingin itu. "Kenapa kamu menangis?" tanya Danisha heran melihat sahabatnya mengeluarkan air matanya.
Catra menyeret Gisa ketempat sunyi, yang sepi dari lalu lalang orang-orang. Di sebuah sudut ruangan ballroom, mereka sekarang berada. "Daddy, mau kemana?" tanya Gisa pada suaminya. "Shuut," desis Catra menyimpan telunjuk di depan mulutnya, menyuruh sang istri berhenti bertanya. Gisa mengatupkan kembali mulutnya. Dia hanya mengikuti kemana sang suami akan membawanya. "Daddy," panggilnya kembali, saat mereka berhenti di sebuah pojok yang minim akan pencahayaan. Selain itu, tempat tersebut sangat sepi dari lalu lalang orang-orang. Catra menatap mata sang istri. Dia rengkuh tubuh istrinya masuk kedalam pelukannya. "Oh, God. Mahkota ini benar-benar mengacaukan momen yang seharusnya romantis, ini." keluh Catra saat mahkota yang di pakai istrinya menghalangi wajahnya. Gisa tergelak mendengar suaminya mendumel. Biasanya Catra hanya akan diam dan sangat jarang mengomentari apa yang di pakainya, kecuali apa yang dipakainya tersebut, bersifat ter
Gisa menatap kepergian Catra dengan tatapan yang memprihatinkan. Dia dapat melihat bagaimana tangan Fazzura merangkul dengan kepala yang disandarkannya pada bahu suaminya. Fazzura menoleh dengan sedikit senyum kearah Gisa. Entah senyuman apa yang Fazzura berikan. Senyuman meminta izin kah? Atau mungkin sebuah senyuman untuk mengejek? Hanya Fazzura dan Tuhan lah yang tau. Entah kenapa dada Gisa terasa sesak dalam sesaat. Gisa mengatur nafasnya yang mulai memburu. 'Tenang, Gisa!' ucapnya berusaha menenangkan dirinya sendiri. Gisa menepuk-nepuk dadanya. Kini selain sesak, dada itu terasa sakit. Gisa raih gelas yang sedang di bawa pramusaji. Dia tenggak isinya sampai tandas, dengan wajah yang berkerut merasakan rasa asing yang masuk kedalam tenggorokannya. Tidak cukup satu gelas, Gisa menghabiskan minuman yang sudah sangat lama tidak dicicipinya itu sebanyak 3 gelas. Kai yang kebetulan melihat kakak iparnya itu sempoyongan, akhirnya meminta Novera
Gisa kembali masuk kedalam selimut setelah mengetahui kalau yang berada di dalam kamarnya semalam adalah sang suami. Kepalanya yang sakit membuat Gisa malas untuk bergerak. Saat ini posisi Catra sendiri tengah menyandar pada dashboard tempat tidur. Dia hanya memakai celana pendek dengan bagian atas tubuhnya yang polos, terekspos. Gisa memeluk perut sixpack sang suami dengan kepala yang dia tenggelamkan kedalam pinggangnya. Kepala Gisa sendiri, masih sangat sakit karena efek alkohol semalam yang belum sepenuhnya hilang. "Ssshh ... " desis Gisa sambil sesekali memijat keningnya. Catra simpan buku yang tengah di bacanya di sebelah tubuhnya. Dia juga menurunkan kacamata bacanya kemudian menaruhnya di atas nakes sebelah tempat tidurnya. "Mommy, sini!" perintah Catra sambil menepuk bagian tengah tubuhnya. "Hem?" tanya Gisa bingung dengan kepala yang menengadah menatap netra suaminya. Catra buka lebar kedua kakinya, dan meminta Gisa u
Catra mematung sambil memegang dua pop corn ukuran jumbo ditangannya. Ketiga sahabat Gisa menatap Catra dengan tatapan penuh tanya. Gisa sendiri hanya bisa mengerenyitkan wajahnya, dengan pertemuan yang tanpa terduga dan tidak direncanakannya itu. "Bisa jelaskan semua ini kepada, kami?" bisik Danisha sambil menyenggol pundak Gisa. Gisa hanya menyengir. Dia belum menjawab kebingungan sahabat-sahabat nya. Catra sendiri melanjutkan langkahnya dan berdiri dihadapan sang istri, sambil memberikan pop corn yang di belinya. Catra kemudian membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai sapaan pada sahabat-sahabat dari istrinya tersebut tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya. Dia kembali menegakkan tubuhnya dengan sebelah tangannya yang dia masukan kedalam saku celana pendeknya. "Dad, kenalkan ini teman-teman, Mommy!" ucap Gisa memperkenalkan sahabat-sahabatnya. Danisha, Milea dan Derina, membungkuk sambil menjulurkan tangannya untuk b
Catra membawa Dean kedalam gendongannya. Gisa sendiri saat ini tengah mengecek kembali kebutuhan sang anak selama di kebun binatang. Mobil yang akan mengantar mereka ketempat tujuan pun, sudah terparkir rapih di halaman rumah mewah Catra. Abhi masuk ketempat kemudi mobil. Sementara Zeca, masih mengecek tempat duduk untuk memastikan keamanan bos kecilnya itu. Setelah semuanya dipastikan aman, Zeca memberitahu Catra kalau car seat nya sudah bisa digunakan. Catra menurunkan Dean dan menempatkannya pada car seat yang sudah terpasang di belakang kemudi. Catra memastikan kembali keamanan dari sabuk pengaman yang terpasang pada anaknya. "Baby, untuk sementara, ke Zoo nya sama uncle Abhi, ya!" Catra memberi pengertian pada anaknya. "Daddy harus ke Rumah sakit untuk menjemput, nenek," jelasnya. "Nanti, Daddy sama Mommy, nyusul Kakak ke sana, oke?" lanjutnya. Dean mengangguk sambil tersenyum mendengar sang nenek akan pulang. Catra mengus