Beranda / Rumah Tangga / Mendadak Gila Karena Mertua / Perdebatan Kakak dan Adik

Share

Perdebatan Kakak dan Adik

Penulis: Fitria Salim
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-14 13:45:18

"Atau apa? Memangnya, apa yang mau kamu lakukan, Sandi? Jangan ikut campur urusan rumah tanggaku dengan Sari!" sentak Lian yang tak suka dengan sikap sang adik.

"Jangan pikir, aku gak tahu kalau kamu sering main tangan sama Mbak Sari karena suruhan Ibu, Mas. Aku bisa melaporkan kamu ke polisi atas kasus kekerasan dalam rumah tangga."

Ucapan Sandi telak membuat rahang Lian mengeras karena geram. Sedangkan bu Tri, ia cukup terkejut saat Sandi seolah tengah mengancam kakaknya sendiri. Mendengar kata 'polisi' ternyata juga membuat bu Tri sedikit takut dan merasa geram dengan anak bungsunya itu.

"Heh, Sandi! Jangan macam-macam kamu, ya! Masa, kamu mau laporin kakakmu sendiri ke polisi."

Sandi yang semula masih menghadap ke arah Lian dan Sari pun kini berbalik menjadi menghadap ke arah bu Tri yang tampak emosi. Sandi sangat menyayangi ibunya, tapi, jika wanita yang sudah melahirkannya itu berbuat salah, tentu Sandi tak akan segan untuk mengingatkan.

"Sandi gak tahu, apa yang bikin Ibu begitu tidak menyukai Mbak Sari. Tapi, Sandi hanya mengingatkan Ibu saja, kalau apa yang selama ini Ibu lakukan itu salah. Dan untuk kamu, Mas Lian. Dulu, aku sendiri yang menjadi saksi, betapa kamu mencintai dan memperjuangkan cinta kamu buat Mbak Sari. Tapi, kenapa kamu selalu menuruti Ibu untuk menyakitinya?"

Lian terdiam, ia mengingat hal itu. Tentang ia yang berjuang untuk mendapatkan restu dari kedua orang tua Sari untuk meminangnya. Sari yang nyaris dijodohkan dengan anak seorang camat pun urung karena Lian berhasil merebut hati kedua orang tua Sari.

Karena Sari adalah anak yang penurut, ia pun menerima pinangan Lian atas saran bapaknya. Sebenarnya, Sari juga sudah menaruh hati kepada Lian sejak lama. Hanya saja, anak itu terlalu pemalu. Sehingga, ia hanya bisa menyembunyikan perasaannya. Dan tanpa Sari tahu, ternyata Lian juga sama menaruh hati padanya.

Lian bilang, Sari itu gadis yang anggun. Kecantikan yang dimilikinya tak seperti gadis kebanyakan. Sari begitu alami tanpa polesan. Sikap sopan dan pemalunya juga lah yang membuat Lian jatuh hati pada anak kepala dusun itu.

Lamunan Lian buyar saat telinganya mendengar suara rintihan dari arah belakangnya. Rupanya, Sari yang tengah merintih dengan tangan mencengkeram erat perut bagian bawahnya. Dengan sigap, Lian mengambil Gavin dari gendongan Sari.

"Mbak Sari, kamu kenapa, Mbak?" tanya Sandi cepat saat melihat kakak iparnya merintih kesakitan.

"Perutku ... sakit."

Tak tahan dengan rasa sakitnya, dengan wajah yang sudah kian memucat, tubuh Sari tiba-tiba saja limbung. Beruntung, Sandi dengan sigap menopang tubuh ringkih itu.

"Mas, bantu aku angkat tubuh Mbak Sari! Kita letakkan di sofa saja!" pekik Sandi yang sudah menopang seluruh berat tubuh Sari.

Sebenarnya, bisa saja mengangkat tubuh Sari sendirian. Tapi, ia merasa segan, sebab masih ada Lian selaku suami Sari di sana. Lian pun mengangguk dan mendekati ibunya untuk menitipkan sang anak.

"Tolong pegang Gavin sebentar, Bu."

"Halah, pasti cuma pura-pura itu. Emang dasar, tukang cari gara-gara, drama terus hidupnya."

Kedua anak lelakinya tak menggubris ucapan bu Tri. Tubuh Sari sudah sempurna merebah di atas sofa. Lian mengipasi wajah Sari dengan kipas tangan milik bu Tri yang tergeletak di atas meja. Sedangkan Sandi, lelaki itu masuk ke dalam kamarnya untuk mencari minyak angin.

"Udah pulang belum wanita gila itu?" tanya Kamila yang semula tengah asik bermain ponsel sambil duduk berselonjor di atas ranjang.

"Jaga ucapanmu, Mila! Mbak Sari bukan wanita gila. Dia sedang pingsan di depan sana. Aku mau cari minyak angin, di mana kamu menyimpannya?"

Kamila merotasikan bola matanya malas, pandangannya kembali tertuju pada benda pipih di tangannya.

"Yakin dia pingsan betulan? Jangan-jangan, cuma mau cari perhatian kamu."

Tangan Sandi yang masih sibuk mencari botol minyak angin di dalam laci itu terhenti. Merasa bahwa apa yang dikatakan sang istri sudah begitu kelewatan.

"Kamila, berhenti bicara ngawur. Mbak Sari itu kakak iparku, isteri dari kakak kandungku sendiri. Aku sudah mengenalnya selama enam tahun, aku kenal betul siapa dia."

Kamila melempar asal ponsel di tangannya. Wajahnya merengut, terlihat sekali jika ia tak suka dengan jawaban yang dilontarkan suaminya. Ia pun berdiri lalu berjalan dan berhenti tepat di depan sang suami.

"Kamu kenapa, sih, Mas? Dari dulu selalu saja lebih membela Mbak Sari dari pada aku. Harusnya kamu itu bela aku, isteri kamu!"

Merasa perdebatan itu tak akan ada ujungnya, Sandi memutuskan untuk segera keluar dari kamar karena matanya tak sengaja menangkap adanya botol bening itu di atas bufet di sebelah ranjangnya.

"Kalau kamu masih mau berdebat, nanti saja. Di luar, Mbak Sari masih membutuhkan pertolongan."

"Lho, kok, malah pergi, sih? Mas! Berhenti atau aku bakal pulang ke rumah orang tuaku hari ini! Mas!"

Sandi sudah berada di ruang tamu dan memberikan botol minyak angin itu kepada Lian. Dengan segera, Lian membuka tutup botol itu dan didekatkannya ke arah lubang hidung Sari.

"Sandi, itu isterimu kenapa teriak-teriak?" tanya bu Tri yang sedikit khawatir dengan menantu kesayangannya itu.

"Nanti juga berhenti sendiri, Bu. Biarkan saja."

"Kamu ini, San, istri lagi marah malah ditinggal ngurusin orang gila. Awas kamu, kalau sampai menantu kesayangan Ibu kenapa-kenapa!"

Tak mau melihat adegan yang memuakkan di hadapannya, bu Tri memilih untuk pergi melihat Kamila yang masih terdengar uring-uringan di dalam kamar. Gavin yang masih digendongnya pun ia berikan kepada Sandi.

"Gendong dulu, nih!"

Terlihat adanya pergerakan dari Sari. Dahinya mengerut seperti menahan sakit, lalu tak lama, kelopak mata yang sedikit menghitam itu perlahan terbuka.

"Jahat! Dasar kamu orang jahat!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Baju Untuk Kia

    Sari turun dari mobil yang ia tumpangi bersama Damar. Seperti biasa, Sari mempersilakan Damar untuk sekadar duduk di kursi teras untuk menikmati secangkir teh buatannya."Terimakasih karena udah anterin aku hari ini ya, Mas."Damar buru-buru menelan air teh yang masih berada dalam mulutnya dan segera meletakkan cangkir teh ke atas meja."Sama-sama."Sari menyandarkan punggungnya dan menghela napas panjang. Ia sendiri tak tahu mengapa rasanya bisa selega ini. Tanpa sadar, Sari tersenyum sendiri membayangkan jika nanti saatnya Kia akan ikut bersamanya.Lamunan Sari buyar saat mendengar suara dering ponsel milik Damar. Buru-buru lelaki itu menjawab panggilan telepon untuknya."Ya, Bu?"Rupanya sang ibu yang menghubungi Damar. Sari tak ingin menguping pembicaraan ibu dan anak itu. Ia sendiri memilih untuk mengutak-atik ponsel miliknya sendiri."Aku tanya dulu ya, Bu. Bisa jadi dia sedang lelah. Kami baru saja pulang setelah berbelanja."Sari jadi merasa bahwa Damar dan ibunya tengah membi

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Membeli Kado

    Wajah Hesti seketika berubah cemberut saat Lian membentaknya di depan umum. Dalam hati, Hesti semakin merasa bahwa ia harus segera membalas dendam pada Lian.Setelah membentak Hesti, Lian berlalu menuju bagian baju anak perempuan yang tadi disambangi oleh Sari dan Damar.Saat ini, Sari sudah berpindah tempat. Mungkin sedang mencari barang-barang lain yang ingin ia berikan pada putrinya.Seketika Lian menelan ludahnya kasar saat melihat harga yang tertera pada baju tersebut.Itu baju yang hampir sama dengan yang Sari ambil tadi. Lian tidak menyangka jika baju anak-anak seperti itu harganya bisa mencapai lima ratus ribu.Ia jadi teringat masa dimana Sari meminta uang pada Lian untuk membelikan baju untuk anaknya itu karena baju-baju milik Kia sudah banyak yang tak muat."Eh, buat apa uang itu, Lian?" tanya bu Tri saat Lian menyerahkan uang senilai dua ratus ribu pada Sari.Padahal, Sari sudah merasa sangat senang karena ia akan pergi ke pasar guna membelikan anaknya itu baju baru."Buat

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Menguliti Lian

    Hari cepat sekali berganti. Setidaknya, itu yang dirasakan oleh Lian. Akhirnya, perceraiannya dengan Sari pun sudah sah secara hukum negara. Tuntutan Sari akan harta gono gini juga terkabul. Dalam waktu dekat, Lian harus menjual rumah itu agar hasil penjualan bisa ia bagi dengan Sari. Atau, jika Lian masih ingin mempertahankan rumah itu, Lian harus membayar separuh harga rumah pada Sari. Dan tentu saja Lian tak punya uang untuk itu.Berbeda dengan yang Sari rasakan. Selain perasaan lega karena kini statusnya sudah jelas, Sari juga merasa lebih baik karena tak ada lagi ikatan yang menyambung dirinya dan juga keluarga Lian selain Kia.Namun, Sari berjanji untuk tidak menciptakan permusuhan di antara keduanya. Bagi Sari, yang terputus darinya dan Lian hanyalah status suami dan isteri. Tapi, untuk menjadi orang tua Kia, mereka tetaplah berada di posisinya masing-masing."Udah, sih, Mas. Ikhlasin aja rumah itu. Toh, kamu bilang kalau bangun rumah itu pakai uang mbak Sari juga, kan? Berart

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Disuruh Lamaran

    Sari dan Damar saling berpandangan. Merasa sia-sia kebohongan yang mereka buat untuk mengelabuhi orang tua Damar."Ibu gak lagi becanda, kan?"Ibu dari Damar itu tertawa. Sesekali menepuk pundak sang suami karena merasa lucu, sebab sudah berhasil menipu anaknya sendiri."Ya enggak, lah, Damar. Namira itu memang saudara jauh kita. Tepatnya, dari keluarga ayah kamu. Ya, kan, dari dulu kamu jarang kumpul sama keluarga dari ayah kamu. Kebetulan juga, Namira kuliahnya di luar negeri, dapat beasiswa kuliah di China."Damar hanya bisa menggaruk kepalanya yang mendadak terasa gatal. Gara-gara ia yang tidak terlalu dekat dengan keluarga ayahnya, apalagi saudara jauh, ia jadi mudah ditipu."Tapi gak apa-apa ya, Pak. Kita nipu kamu juga ada hasilnya, kan? Sekarang, akhirnya kamu pulang bawa perempuan juga. Seneng Ibu rasanya, Mar.""Ngomong-ngomong, sudah berapa lama kalian berhubungan?" Ayah Damar yang sedari tadi diam, akhirnya mengeluarkan suaranya.Sari melirik ke arah Damar, seakan menyuruh

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Perjodohan Palsu

    "Ya gak usah ditanya lagi, lah, Hesti. Kalau bukan pelakor, apa namanya? Wong kamu sama Lian aja udah jalan bareng sebelum mereka sah bercerai," ucap bu Rasti membuat Hesti mengeram marah. Tapi, ia tidak ingin merusak imej sebagai seorang bidan jika harus marah-marah di depan umum."Tapi gak apa-apa, sih. Secara tidak langsung, kamu sudah menyelamatkan Sari dari mertua toksis macam bu Tri. Siap-siap aja kamu nanti, kalau gak kuat, langsung lambaikan tangan aja, ya. Jangan sampai gila kaya si Sari."Ketiga ibu itu tertawa bersama-sama. Merasa diolok-olok, Hesti sudah tak kuat terus berlama-lama disana."Ini Bu bidan, kembaliannya," ucap pemilik warung seraya menyerahkan beberapa lembaran uang pada Hesti.Tak ingin berlama-lama mendengar celotehan para ibu, Hesti lantas segera menaiki motornya dan segera pulang menuju rumah."Huuu ... malu, kan, dia. Makanya buru-buru pergi, tuh!""Iya. Profesinya mulia banget, tapi kelakuan orangnya gak ada mulia-mulianya. Ya udah yuk, Ibu-ibu, kita la

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Mulut Comberan

    Lian berkata dengan suara yang cukup keras hingga mengambil alih atensi orang-orang yang semula sibuk dengan urusan mereka masing-masing.Kini, nyaris semua pasang mata tertuju padanya. Sari hanya bisa melongo melihat apa yang sudah Lian lakukan di tempat umum seperti ini.Sari bangkit, diikuti dengan Damar yang ada di belakangnya. Lian masih menatap tajam ke arah Sari dan secara bergantian menatap ke arah Damar."Mas, apa yang kamu lakukan? Malu didengar orang, Mas!" desis Sari yang jujur saja merasa sangat malu."Kamu malu karena kamu merasa sudah memiliki laki-laki lain sebelum kita resmi bercerai, kan? Kalau aku, untuk apa malu? Aku mengatakan hal yang benar."Sari hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar jawaban Lian. Kedua mata Sari terasa makin lembab mengingat laki-laki di hadapannya, yang dulu pernah begitu ia damba, kini berubah menjadi laki-laki tak berperasaan."Biarin aja kenapa, sih, Lian. Bener kata kamu, tuh. Dia malu karena orang-orang jadi tahu kalau dia itu perempu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status