Share

Pembelaan Adik Ipar

Author: Fitria Salim
last update Last Updated: 2023-07-14 13:43:57

Mereka semua terperanjat kaget saat mendengar suara barang-barang seperti sengaja dilempar ke lantai. Gavin yang semula sudah tertidur lelap pun jadi menangis.

"Sepertinya dari rumahmu itu, Lian. Coba kita lihat, jangan-jangan, memang sudah gila betulan si Sari sampai ngamuk-ngamuk kaya gitu," ucap bu Tri yang seketika membuat Lian geram.

Lian menitipkan Gavin pada Kamila dan ia bersama dengan ibunya pergi ke rumahnya untuk melihat apa yang terjadi. Benar dugaan bu Tri, di dapur, ia melihat Sari tengah melempar barang-barang dapur ke lantai.

"Hei! Sudah hebat kamu rupanya, main buang-buang barang begini? Emang, kamu bisa gantinya kalau sampai rusak, hah?!" Bu Tri berteriak dengan tatapannya yang nyalang.

"Mana Gavin, Mas?!" teriak Sari dengan tatapan nyalang.

Lian sedikit terkejut melihat reaksi sang istri. Selama enam tahun berumah tangga, baru kali ini Lian melihat Sari menatapnya dengan tatapan seperti itu.

"Heh, Sari! Yang sopan kamu kalau ngomong sama suami. Mau jadi isteri durhaka, kamu?!"

Pertanyaan bu Tri sama sekali tidak digubris oleh Sari. Dengan segera, ia berlari menuju rumah sang ibu mertua. Tadi, ia tidak sengaja mendengar percakapan Lian bersama dengan bu Tri dan juga Kamila. Sekarang, Sari yakin jika anak bungsunya sedang bersama adik iparnya itu.

"Lian! Malah bengong kamu. Cepat, susul isteri gilamu itu! Bisa-bisa dia nanti nyakitin menantu kesayangan Ibu."

Lian tersadar dari keterkejutannya, dengan gerakan secepat kilat, Lian berlari menuju rumah sang ibu dan benar saja, sampai di sana, Lian melihat Sari baru saja menampar wajah Kamila.

"Sariii!" teriak bu Tri nyaring saat tangan kurus Sari berhasil mendarat tepat di wajah sang menantu kesayangan.

Sari juga segera mengambil Gavin dari gendongan Kamila saat adik iparnya itu tengah sibuk mengusap pipinya yang terasa panas.

"Sudah kelewatan isteri kamu itu, Lian! Kasih dia pelajaran, atau Ibu yang akan melakukannya!"

Lian maju kian mendekat ke arah Sari. Tangannya sudah terangkat guna melakukan hal yang sama seperti yang baru saja Sari lakukan terhadap Kamila, namun, suara seorang laki-laki lebih dulu menghentikan niatan Lian.

"Hentikan, Mas!"

Ketiga orang di dalam rumah itu menoleh ke arah sumber suara. Di ambang pintu, Sandi, suami Kamila itu menatap sang kakak dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Dengan gerakan sedikit cepat, Sandi menghampiri mereka yang masih terdiam.

Kamila yang semula terdiam juga tiba-tiba berlari menghambur ke dalam pelukan sang suami. Tak lupa kedua matanya ia paksa untuk mengeluarkan air mata. Berharap agar Sandi iba terhadapnya.

"Mas, Mbak Sari udah nampar aku. Lihat! Pasti di pipiku ada bekas tangannya, kan? Sakit sekali," adunya dengan air mata yang terus membanjiri pipi.

"Apa karena itu, Mas Lian mau menampar Mbak Sari kembali?" tanya Sandi pada sang kakak yang masih terlihat marah. Sedangkan Sari, dia buru-buru mendekap Gavin dengan wajah yang tiba-tiba terlihat panik.

"Aku cuma mau mendidik Sari, San. Bisa-bisanya dia nampar Kamila yang gak melakukan apa-apa."

"Bukan begitu cara mendidik seorang isteri, Mas. Dengan kamu menyakiti isteri, bukan didikan yang kamu berikan padanya, melainkan sebuah rasa sakit yang akan membekas selamanya."

Mendengar ucapan Sandi, Kamila terlihat muram. Menurutnya, justru Sandi yang keterlaluan karena tidak membelanya sebagai isterinya, melainkan membela Sari yang hanya kakak iparnya.

"Kamu, kok, malah belain Mbak Sari, sih, Mas? Yang isteri kamu itu, aku atau dia?"

"Aku tidak bermaksud membela Mbak Sari, Kamila. Bukan berarti juga aku tidak peduli padamu. Aku hanya ingin meluruskan apa yang dilakukan oleh Mas Lian yang memang salah."

Bu Tri yang sedari tadi sudah ingin melihat Sari diberi pelajaran oleh Lian pun menjadi kesal dengan Sandi. Memang, dari dulu, bu Tri tidak terlalu suka dengan sikap dan sifat Sandi yang lebih banyak menurun dari ayahnya, yaitu suaminya sendiri.

Sandi memang anak yang baik, pendiam dan juga penurut. Tapi, Sandi tidak sepenurut Lian kepada ibunya. Jika Lian bisa dan mau melakukan apapun yang ibunya minta, lain hal dengan Sandi. Jika menurut Sandi, apa yang diminta sang ibu tidaklah baik, maka, lelaki itu akan dengan tegas menolaknya.

"Halah! Kamu itu tahu apa, sih, San? Masmu itu cuma mau kasih pelajaran buat isterinya. Memangnya, kamu terima kalau isteri kamu ditampar begitu saja tanpa melakukan apa-apa?" ucap bu Tri dengan mata melotot. Sandi sudah biasa melihat ibunya bersikap seperti itu, jadi, ia tak pernah ambil pusing dalam menghadapinya.

"Bu, segala sesuatu itu pasti ada sebab dan akibatnya. Tidak ada asap kalau tidak ada api. Mbak Sari sudah menjadi kakak iparku selama enam tahun. Tentu aku sudah sangat hapal dengan sifatnya. Tidak mungkin Mbak Sari menampar Kamila kalau tidak ada penyebabnya."

"Jadi, kamu nuduh aku yang cari gara-gara duluan, Mas? Tega kamu sama aku, Mas! Sama isteri sendiri saja kamu tidak percaya."

Kamila yang terlanjur sakit hati dengan ucapan Sandi pun berlalu masuk ke dalam kamar. Sandi hanya mampu mengelus dada. Menghadapi ibu dan juga isterinya itu sama-sama melelahkan.

"Kamu lihat! Sekarang isteri kamu yang ngambek cuma gara-gara kamu belain si wanita gila itu. Udah, Lian, kamu bawa istri gilamu itu pulang. Muak Ibu lihat muka dia!" hardik bu Tri pada Lian dan Sari.

Sari pun hanya pasrah saat Lian menarik tangannya dengan keras. Ia memekik sakit saat pergelangan tangannya dicengkeram erat oleh sang suami. Sandi yang melihat wajah kesakitan kakak iparnya itu menjadi tidak tega. Apalagi, dalam gendongan Sari masih ada Gavin yang tengah menangis.

"Apa lagi, sih, San?!" teriak Lian dengan nada jengkel saat Sandi menghentikan langkahnya dengan cara menahan lengan sang kakak.

"Lepaskan tangan Mbak Sari, atau ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Baju Untuk Kia

    Sari turun dari mobil yang ia tumpangi bersama Damar. Seperti biasa, Sari mempersilakan Damar untuk sekadar duduk di kursi teras untuk menikmati secangkir teh buatannya."Terimakasih karena udah anterin aku hari ini ya, Mas."Damar buru-buru menelan air teh yang masih berada dalam mulutnya dan segera meletakkan cangkir teh ke atas meja."Sama-sama."Sari menyandarkan punggungnya dan menghela napas panjang. Ia sendiri tak tahu mengapa rasanya bisa selega ini. Tanpa sadar, Sari tersenyum sendiri membayangkan jika nanti saatnya Kia akan ikut bersamanya.Lamunan Sari buyar saat mendengar suara dering ponsel milik Damar. Buru-buru lelaki itu menjawab panggilan telepon untuknya."Ya, Bu?"Rupanya sang ibu yang menghubungi Damar. Sari tak ingin menguping pembicaraan ibu dan anak itu. Ia sendiri memilih untuk mengutak-atik ponsel miliknya sendiri."Aku tanya dulu ya, Bu. Bisa jadi dia sedang lelah. Kami baru saja pulang setelah berbelanja."Sari jadi merasa bahwa Damar dan ibunya tengah membi

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Membeli Kado

    Wajah Hesti seketika berubah cemberut saat Lian membentaknya di depan umum. Dalam hati, Hesti semakin merasa bahwa ia harus segera membalas dendam pada Lian.Setelah membentak Hesti, Lian berlalu menuju bagian baju anak perempuan yang tadi disambangi oleh Sari dan Damar.Saat ini, Sari sudah berpindah tempat. Mungkin sedang mencari barang-barang lain yang ingin ia berikan pada putrinya.Seketika Lian menelan ludahnya kasar saat melihat harga yang tertera pada baju tersebut.Itu baju yang hampir sama dengan yang Sari ambil tadi. Lian tidak menyangka jika baju anak-anak seperti itu harganya bisa mencapai lima ratus ribu.Ia jadi teringat masa dimana Sari meminta uang pada Lian untuk membelikan baju untuk anaknya itu karena baju-baju milik Kia sudah banyak yang tak muat."Eh, buat apa uang itu, Lian?" tanya bu Tri saat Lian menyerahkan uang senilai dua ratus ribu pada Sari.Padahal, Sari sudah merasa sangat senang karena ia akan pergi ke pasar guna membelikan anaknya itu baju baru."Buat

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Menguliti Lian

    Hari cepat sekali berganti. Setidaknya, itu yang dirasakan oleh Lian. Akhirnya, perceraiannya dengan Sari pun sudah sah secara hukum negara. Tuntutan Sari akan harta gono gini juga terkabul. Dalam waktu dekat, Lian harus menjual rumah itu agar hasil penjualan bisa ia bagi dengan Sari. Atau, jika Lian masih ingin mempertahankan rumah itu, Lian harus membayar separuh harga rumah pada Sari. Dan tentu saja Lian tak punya uang untuk itu.Berbeda dengan yang Sari rasakan. Selain perasaan lega karena kini statusnya sudah jelas, Sari juga merasa lebih baik karena tak ada lagi ikatan yang menyambung dirinya dan juga keluarga Lian selain Kia.Namun, Sari berjanji untuk tidak menciptakan permusuhan di antara keduanya. Bagi Sari, yang terputus darinya dan Lian hanyalah status suami dan isteri. Tapi, untuk menjadi orang tua Kia, mereka tetaplah berada di posisinya masing-masing."Udah, sih, Mas. Ikhlasin aja rumah itu. Toh, kamu bilang kalau bangun rumah itu pakai uang mbak Sari juga, kan? Berart

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Disuruh Lamaran

    Sari dan Damar saling berpandangan. Merasa sia-sia kebohongan yang mereka buat untuk mengelabuhi orang tua Damar."Ibu gak lagi becanda, kan?"Ibu dari Damar itu tertawa. Sesekali menepuk pundak sang suami karena merasa lucu, sebab sudah berhasil menipu anaknya sendiri."Ya enggak, lah, Damar. Namira itu memang saudara jauh kita. Tepatnya, dari keluarga ayah kamu. Ya, kan, dari dulu kamu jarang kumpul sama keluarga dari ayah kamu. Kebetulan juga, Namira kuliahnya di luar negeri, dapat beasiswa kuliah di China."Damar hanya bisa menggaruk kepalanya yang mendadak terasa gatal. Gara-gara ia yang tidak terlalu dekat dengan keluarga ayahnya, apalagi saudara jauh, ia jadi mudah ditipu."Tapi gak apa-apa ya, Pak. Kita nipu kamu juga ada hasilnya, kan? Sekarang, akhirnya kamu pulang bawa perempuan juga. Seneng Ibu rasanya, Mar.""Ngomong-ngomong, sudah berapa lama kalian berhubungan?" Ayah Damar yang sedari tadi diam, akhirnya mengeluarkan suaranya.Sari melirik ke arah Damar, seakan menyuruh

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Perjodohan Palsu

    "Ya gak usah ditanya lagi, lah, Hesti. Kalau bukan pelakor, apa namanya? Wong kamu sama Lian aja udah jalan bareng sebelum mereka sah bercerai," ucap bu Rasti membuat Hesti mengeram marah. Tapi, ia tidak ingin merusak imej sebagai seorang bidan jika harus marah-marah di depan umum."Tapi gak apa-apa, sih. Secara tidak langsung, kamu sudah menyelamatkan Sari dari mertua toksis macam bu Tri. Siap-siap aja kamu nanti, kalau gak kuat, langsung lambaikan tangan aja, ya. Jangan sampai gila kaya si Sari."Ketiga ibu itu tertawa bersama-sama. Merasa diolok-olok, Hesti sudah tak kuat terus berlama-lama disana."Ini Bu bidan, kembaliannya," ucap pemilik warung seraya menyerahkan beberapa lembaran uang pada Hesti.Tak ingin berlama-lama mendengar celotehan para ibu, Hesti lantas segera menaiki motornya dan segera pulang menuju rumah."Huuu ... malu, kan, dia. Makanya buru-buru pergi, tuh!""Iya. Profesinya mulia banget, tapi kelakuan orangnya gak ada mulia-mulianya. Ya udah yuk, Ibu-ibu, kita la

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Mulut Comberan

    Lian berkata dengan suara yang cukup keras hingga mengambil alih atensi orang-orang yang semula sibuk dengan urusan mereka masing-masing.Kini, nyaris semua pasang mata tertuju padanya. Sari hanya bisa melongo melihat apa yang sudah Lian lakukan di tempat umum seperti ini.Sari bangkit, diikuti dengan Damar yang ada di belakangnya. Lian masih menatap tajam ke arah Sari dan secara bergantian menatap ke arah Damar."Mas, apa yang kamu lakukan? Malu didengar orang, Mas!" desis Sari yang jujur saja merasa sangat malu."Kamu malu karena kamu merasa sudah memiliki laki-laki lain sebelum kita resmi bercerai, kan? Kalau aku, untuk apa malu? Aku mengatakan hal yang benar."Sari hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar jawaban Lian. Kedua mata Sari terasa makin lembab mengingat laki-laki di hadapannya, yang dulu pernah begitu ia damba, kini berubah menjadi laki-laki tak berperasaan."Biarin aja kenapa, sih, Lian. Bener kata kamu, tuh. Dia malu karena orang-orang jadi tahu kalau dia itu perempu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status