Share

Menyerbu Kantor Papa

Author: Kara
last update Huling Na-update: 2025-09-11 18:34:09

Pagi itu, sinar matahari menyelinap lewat tirai jendela kamar Tama dan Aluna. Di meja kerja kecil di sudut kamar, beberapa dokumen penting sudah tertata rapi. Tama—atau Papa—baru saja menerima telepon dari asistennya yang mengingatkan bahwa hari ini ada pertemuan penting dengan para investor besar. Biasanya, ia akan berangkat sendiri dan memastikan rumah tenang. Tapi pagi itu berbeda: Aluna sedang ada janji dengan dokter gigi, dan pengasuh pembantu yang biasa datang mendadak izin.

“Bun, gimana ini? Aku harus berangkat sebentar lagi,” kata Tama sambil merapikan dasinya.

Aluna menoleh sambil menggenggam tangan Rajen yang baru bangun. “Aku nggak bisa batalin jadwal dokter. Mereka udah atur sejak bulan lalu. Kamu bisa nggak bawa mereka sebentar aja? Rapatnya kan nggak terlalu lama, ya?”

Tama memandang ketiga malaikat kecil yang sedang berguling-guling di atas karpet. Raka sudah memegang mobil mainan, Rama menarik bantal, dan Rajen sedang mencoba memakai kaus kebalik. Mereka tampak begitu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma   Menyembunyikan Hubungan

    Langkah kaki Kyla terdengar cepat saat ia memasuki ruang ganti rumah sakit. Seragam putihnya rapi, rambutnya ia ikat tinggi seperti biasa, tetapi ada sesuatu di wajahnya yang sedikit lebih kaku. Ia melirik ke arah Gibran yang berjalan di sampingnya sambil menyodorkan botol air.“Jangan dekat-dekat begini di rumah sakit,” bisik Kyla, suaranya terdengar waspada. “Aku nggak mau orang-orang mulai bergosip.”Gibran menahan tawa, meski bibirnya sedikit terangkat. “Aku cuma nemenin kamu masuk. Kita kan baru aja dari kantor catatan sipil, Ky. Aku cuma pengen pastiin kamu nggak kelihatan terlalu gugup.”Sejak hari ini keduanya memutuskan untuk mengganti panggilan mereka. Tidak ada lagi lo-gue ketika berkomunikasi berdua.“Justru itu masalahnya." Kyla melirik sekeliling. Beberapa perawat lewat dan menatap mereka sekilas. “Kamu nggak boleh sering-sering muncul di sini. Apalagi sekarang lagi ada seleksi buat posisi dokter spesialis umum. Aku nggak mau rekan sejawat mikir aku aji mumpung.”Gibran

  • Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma   Piknik Seru di Taman Kota

    Sinar matahari pagi menembus tirai ruang keluarga sehingga menciptakan garis-garis emas di lantai. Aluna berdiri di dekat jendela dengan secangkir teh hangat di tangannya. Ia menarik napas panjang, menikmati aroma segar dari halaman yang basah oleh embun. Hari ini cuaca terasa berbeda langit biru bersih, angin lembut, dan suara burung bersahut-sahutan.Tama baru saja keluar dari kamar, masih menyingsingkan lengan kaus putihnya. Rambutnya sedikit berantakan, tetapi senyum santainya muncul begitu melihat istrinya. Aluna menoleh, matanya berbinar. “Pa, lihat deh. Cerah banget. Kalau kita nggak keluar rumah rugi, lho.”Tama mendekat, menepuk bahunya pelan. “Kamu kepikiran piknik?”Aluna mengangguk antusias. “Iya. Udah lama kita nggak makan di luar bareng anak-anak.”Biasanya akan ada jadwal untuk mereka makan di luar bersama walau pun hanya sekedar di depan halaman rumah. Bukan hal yang mahal tapi sangat istimewa untuk semuanya.Sementara itu, di lantai ruang keluarga, keranjang piknik ko

  • Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma   Menyerbu Kantor Papa (Part 2)

    Saat pada akhirnya semua orang keluar dari ruangan, Tama berakhir dengan terduduk di kursi rapat, melepas dasi. Triplets berlari-lari di sekeliling meja, seolah ruangan itu sekarang taman bermain mereka. Bahkan mereka tidak peduli bagaimana raut wajah yang penuh keprasahan itu tercetak di waja Tama.Randy mendekat sambil tertawa kecil. “Pak, sejujurnya… itu rapat paling menghibur sepanjang karier saya.”Tama hanya bisa mengusap wajahjya kasar. "Saya jadi bingung harus baangga atau malah malu."Tiba-tiba Raka datang menghampiri, menarik ujung jas Tama. “Pa, kita seru kan di kantor Papa?”Tama tidak bisa menahan senyum. “Iya, seru banget. Papa nggak akan lupa hari ini.”Rama menunjuk papan tulis yang penuh coretan krayon. “Itu karya kita, Pa. Biar kantor Papa cerah.”Rajen menambahkan, “Besok kita boleh ikut lagi?”Tama tertawa lepas. “Hmm… kayaknya Papa perlu rapat dulu sama Bunda buat jawab itu.” Karena saat mengiyakan, sudah pasti dirinya sendiri yang akan pusing dengan tingkah ajaib

  • Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma   Menyerbu Kantor Papa

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap lewat tirai jendela kamar Tama dan Aluna. Di meja kerja kecil di sudut kamar, beberapa dokumen penting sudah tertata rapi. Tama—atau Papa—baru saja menerima telepon dari asistennya yang mengingatkan bahwa hari ini ada pertemuan penting dengan para investor besar. Biasanya, ia akan berangkat sendiri dan memastikan rumah tenang. Tapi pagi itu berbeda: Aluna sedang ada janji dengan dokter gigi, dan pengasuh pembantu yang biasa datang mendadak izin.“Bun, gimana ini? Aku harus berangkat sebentar lagi,” kata Tama sambil merapikan dasinya.Aluna menoleh sambil menggenggam tangan Rajen yang baru bangun. “Aku nggak bisa batalin jadwal dokter. Mereka udah atur sejak bulan lalu. Kamu bisa nggak bawa mereka sebentar aja? Rapatnya kan nggak terlalu lama, ya?”Tama memandang ketiga malaikat kecil yang sedang berguling-guling di atas karpet. Raka sudah memegang mobil mainan, Rama menarik bantal, dan Rajen sedang mencoba memakai kaus kebalik. Mereka tampak begitu

  • Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma   Petak Umpet Bersama Papa

    Pagi itu, udara di rumah terasa segar. Matahari baru saja menembus jendela ruang tamu, menyinari lantai kayu yang bersih (atau setidaknya sebagian besar sudah bersih setelah drama tepung beberapa hari lalu). Raka, Rama, dan Rajen sudah bangun lebih pagi dari biasanya, seperti mendapat sinyal khusus dari tubuh kecil mereka bahwa hari ini akan ada keseruan baru.Aluna sendiri sedang menyiapkan sarapan sederhana—roti panggang, selai stroberi, dan susu hangat—sementara Tama duduk di sofa sambil menatap ketiganya dengan senyum penuh rencana. Hari ini dia punya ide permainan yang ia janjikan kemarin malam: petak umpet di rumah. Bagi Tama, ini bukan sekadar permainan biasa. Ini adalah “misinya” untuk melatih konsentrasi dan kerja sama di antara mereka.Walaupun dia tahu, sudah bisa ditebak rumah akan kacau kembali jika kegiatan baru akan dilaksanakan.“Raka, Rama, Rajen, hari ini kita main sesuatu yang seru, ya,” kata Tama sambil menatap mata ketiganya. “Ada permainan baru namanya petak umpe

  • Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma   Belajar Bernyanyi

    Pagi itu rumah sudah mulai terasa agak tenang setelah ribut-ribut sarapan. Tapi tenang versi keluarga Raka, Rama, dan Rajen tentu tidak sama dengan rumah biasa. Bagi mereka, “tenang” berarti tidak ada tangisan, dan rebutan. Melainkan tawa keras, langkah kaki kecil berlarian di lantai keramik, dan suara mainan yang dipukul-pukul seolah benda itu adalah drum.Aluna duduk di ruang tamu sambil memunguti mainan yang tercecer. Tangannya meraih gitar kecil hadiah ulang tahun dari Bi Susan yang kini sudah menjadi nenek bagi triplet.“Oke, hari ini kita belajar nyanyi, ya. Raka, Rama, Rajen, sini kumpul sama Bunda!” serunya dengan nada penuh semangat.Ketiganya langsung menghampiri. Raka paling depan dengan wajah penuh antusias. Rama datang dengan membawa boneka dinosaurus hijau yang warnanya sudah pudar. Rajen? Tentu beda sendiri. Ia malah menyeret sendok besar bekas sarapan.“Nyanyi apa, Bun?” tanya Raka dengan suara lantang.“Kita coba lagu yang gampang dulu. ‘Balonku Ada Lima’, mau?” jawab

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status