Share

Twenty

Author: Kara
last update Last Updated: 2022-11-12 21:31:20
"Kalau loe gimana? Apa yang bakal loe ceritain ke gue?"

Saat Lyan beralih ke arahku, aku baru menyadari jika aku membuat keputusan yang salah.

Pikiranku kosong. Aku tidak tahu apa-apa tentang diriku sendiri. Apa yang harus aku ceritakan padanya disaat dia menatapku dengan mata yang penuh binar dan rasa ingin tahu yang tinggi.

Aku harus berpikir cepat. Memutar otak untuk menceritakan sesuatu agar dia tidak curiga. Tapi apa yang harus kuceritakan? Aku memang memiliki kenangan tentang masa-masa indahku selama sekolah dan kuliah, tapi jika dia menanyakan sesuatu kemungkinan besar aku tidak bisa menjawab karena apa yang aku ceritakan hanyalah kenangan yang tidak sengaja kuingat.

Keheningan yang terjadi membuat suasana menjadi canggung. Saat aku akan memulai bercerita Lyan sudah bersandar di kursinya dan menatapku dengan sorot mata penuh luka.

"It's okay. Kalau loe ngerasa nggak nyaman buat cerita."

Rasa bersealah menggerogotiku, "Bukan itu. Gue cuma-" tidak memiliki apa-apa untuk dice
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma   Petak Umpet Bersama Papa

    Pagi itu, udara di rumah terasa segar. Matahari baru saja menembus jendela ruang tamu, menyinari lantai kayu yang bersih (atau setidaknya sebagian besar sudah bersih setelah drama tepung beberapa hari lalu). Raka, Rama, dan Rajen sudah bangun lebih pagi dari biasanya, seperti mendapat sinyal khusus dari tubuh kecil mereka bahwa hari ini akan ada keseruan baru.Aluna sendiri sedang menyiapkan sarapan sederhana—roti panggang, selai stroberi, dan susu hangat—sementara Tama duduk di sofa sambil menatap ketiganya dengan senyum penuh rencana. Hari ini dia punya ide permainan yang ia janjikan kemarin malam: petak umpet di rumah. Bagi Tama, ini bukan sekadar permainan biasa. Ini adalah “misinya” untuk melatih konsentrasi dan kerja sama di antara mereka.Walaupun dia tahu, sudah bisa ditebak rumah akan kacau kembali jika kegiatan baru akan dilaksanakan.“Raka, Rama, Rajen, hari ini kita main sesuatu yang seru, ya,” kata Tama sambil menatap mata ketiganya. “Ada permainan baru namanya petak umpe

  • Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma   Belajar Bernyanyi

    Pagi itu rumah sudah mulai terasa agak tenang setelah ribut-ribut sarapan. Tapi tenang versi keluarga Raka, Rama, dan Rajen tentu tidak sama dengan rumah biasa. Bagi mereka, “tenang” berarti tidak ada tangisan, dan rebutan. Melainkan tawa keras, langkah kaki kecil berlarian di lantai keramik, dan suara mainan yang dipukul-pukul seolah benda itu adalah drum.Aluna duduk di ruang tamu sambil memunguti mainan yang tercecer. Tangannya meraih gitar kecil hadiah ulang tahun dari Bi Susan yang kini sudah menjadi nenek bagi triplet.“Oke, hari ini kita belajar nyanyi, ya. Raka, Rama, Rajen, sini kumpul sama Bunda!” serunya dengan nada penuh semangat.Ketiganya langsung menghampiri. Raka paling depan dengan wajah penuh antusias. Rama datang dengan membawa boneka dinosaurus hijau yang warnanya sudah pudar. Rajen? Tentu beda sendiri. Ia malah menyeret sendok besar bekas sarapan.“Nyanyi apa, Bun?” tanya Raka dengan suara lantang.“Kita coba lagu yang gampang dulu. ‘Balonku Ada Lima’, mau?” jawab

  • Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma   Drama Sarapan

    Pagi yang riuh di rumah Aluna dan Tama selalu punya babak lanjutannya. Kalau di babak pertama rumah sudah heboh karena bangun tidur dan rebutan mainan. Babak kedua biasanya jatuh pada saat sarapan. Dan benar saja, begitu jam menunjukkan pukul tujuh kurang, meja makan sudah berubah jadi arena drama yang nggak kalah seru dari sinetron televisi.Hari ini, Aluna memutuskan untuk membuat menu agak berbeda. Bukan nasi goreng seperti kemarin, tapi roti tawar panggang dengan selai stroberi, ditambah potongan buah pisang agar lebih sehat. Di gelas-gelas kecil sudah terisi susu hangat yang siap diminum. Kedengarannya sederhana, bukan? Tapi bagi keluarga dengan tiga anak kembar usia tiga tahun, tidak ada yang benar-benar sederhana.“Bunda, ini roti siapa?” tanya Raka, yang selalu paling cepat duduk di kursi. Ia menunjuk roti panggang di piring putih dengan ekspresi seolah sedang menilai menu di restoran mahal.“Itu punya kamu, Nak. Raka duduk dulu, jangan ribut,” jawab Aluna.Belum sempat Raka m

  • Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma   Pagi yang Cerah

    Jam baru menunjukkan pukul enam pagi. Matahari bahkan belum benar-benar naik sempurna, tapi rumah berwarna krem di ujung jalan itu sudah riuh luar biasa. Bukan karena televisi menyala atau suara radio kencang, melainkan suara teriakan, tawa, dan tangisan tiga bocah mungil yang berusia tiga tahun.“Bunda… Raka lapar!” teriak seorang bocah dengan rambut acak-acakan, sambil berlari ke dapur. Itu si sulung kembar, Raka, yang meski hanya berbeda beberapa menit dari saudara-saudaranya, selalu merasa dirinya paling tua dan paling berhak duluan.Belum sempat Aluna menjawab, suara lain menyusul.“Bunda… Rama juga lapar, tapi Rama mau susu dulu…” suara ini lebih lembut, disertai tatapan mata bulat yang penuh harap. Itulah Rama, si kembar nomor dua, paling kalem, paling penurut, tapi justru sering bikin Aluna kewalahan karena manja.Dan tentu saja, tak lama kemudian terdengar suara ketiga, lebih keras, disertai langkah kecil yang berisik.“Bunda! Rajen nggak mau nasi, mau biskuit ajaaaa!” teriak

  • Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma   End season 1 (Tama dan Luna)

    Setelah tadi seharian mereka bermain air, triplet jadi tidur lebih cepat dari biasanya. Mereka nampak kelelahan, tapi celotehan-celotehan tentang liburan tadi sempat mengisi makan malam mereka, meski begitu mereka terlihat bahagia. Luna yang menemani mereka membaca buku sebelum tidur kembali menikmati waktunya sendiri sambil menatap triplet. Dia mengusap pelan ketiganya sambil membenahi posisi selimut. Tidak lupa kecupan selamat malam yang dia daratkan di kening triplet setelah mereka jatuh ke alam mimpi.Dia menyukai kondisi mereka yang sekarang, tapi dia masih memiliki keinginan untuk kembali menambah anak. Dia hanya ingin Tama tidak merasa takut kembali setelah sebelumnya dia mengalami kondisi yang cukup mengkhawatirkan di kehamilan pertama. Sayangnya Tama masih kekeh dengan keputusannya. Menurut dia triplet sudah cukup untuk mengisi kelanjutan kisah mereka kedepannya. Apalagi mengurus triplet juga bukan pekerjaan mudah dan Tama sangat mengetahui hal itu. Ditambah tawaran untuk me

  • Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma   Berenang

    "Udah sayang. Nangisnya udahan yuk," bujuk Tama yang kini tengah memeluk Luna yang masih menangis setelah melihat keadaan anak-anak mereka tadi. Keadaan ketiganya yang nampak mengenaskan itu malah semakin membuat tangis Luna semakin awet.Rambut hitam legam nan mengkilap milik triplet yang sudah dirawatnya sepenuh hati sejak mereka lahir telah raib dalam satu hari benar-benqr telah menjandi cobaan tersendiri bagi Luna. Entah bagaimana ceritanya sampai mereka bisa mendapatkan alat cukur milik Tama yang mana berhasil ketiga gunakan dengan teramat baik itu."Huhuhu, rambut anak-anak aku sayang. Habis... Alis Raka juga ikutan hilang sayanggg. Aku enggak rela. Huhuhu.." isak Luna sambil menyembunyikan wajahnua dj dada Tama. Tama sendiri tengah mengehela nafas sambil menatal ketiga putranya yang sibuk bermain. Mereka tidak ambil pusing dengan penampilan baru mereka. Yang lebih terlihat stress dan tertekan adalag Luna. Tama berulang kali mencoba mencerna apa yang sedang terjadi, tapi berak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status