Share

95. Brutal

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-05-07 21:33:56
Sudah lewat pukul delapan malam, kantor pusat Adikara Global Energy nyaris sepenuhnya sunyi. Mariana duduk di balik meja kerjanya dengan mata yang mulai terasa berat. Di hadapannya terbuka beberapa berkas cetak dan laptop yang menampilkan file dokumen.

Ia sedang menyusun laporan triwulan internal—ringkasan kegiatan CEO, agenda kerja yang telah dijalankan, serta tindak lanjut dari hasil rapat sebelumnya. Laporan itu harus diserahkan esok pagi ke bagian dewan komisaris.

Deadline-nya sebenarnya minggu depan, tapi tadi siang, sekretaris komisaris mendadak memberi tahu bahwa jadwal rapat dimajukan. Mariana tidak punya pilihan selain menyelesaikannya malam itu juga.

Ia tidak memberi tahu Nate. Pertama, karena pria itu sedang mengurus penyelidikan yang menyita pikirannya. Kedua, karena Mariana tahu Nate pasti tidak akan membiarkannya lembur sendirian jika tahu. Dan Mariana tidak ingin membebani kekasihnya lebih dari ini.

Ia menarik napas dalam-dalam, memijit pelipis yang mulai berdenyut. Lamp
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   96. Sikap Tegas Nate

    Setelah tim medis membawa Bara pergi dan pihak keamanan memastikan kantor kembali steril, Nate menggenggam erat tangan Mariana yang terasa dingin. Jari-jari wanita itu tak henti menggigil, dan tubuhnya sesekali bergetar walau ia berusaha tegar.“Ayo kita pulang,” ucap Nate lembut.Mariana hanya mengangguk. Matanya sembap, wajahnya pucat. Ia tak mengucapkan sepatah kata pun ketika Nate merengkuh tubuhnya dan membawanya ke mobil.Sepanjang perjalanan, Mariana tetap diam. Pandangannya kosong menatap keluar jendela yang sudah gelap.Nate mengepalkan tangannya di atas kemudi. Ia membenci ini. Membenci kenyataan bahwa Mariana harus melalui semua itu 
 dan ia datang terlambat.Sesampainya di rumah, Nate langsung menggendong Mariana masuk. Di ruang tengah, mereka berpapasan dengan Bi Imah yang terkejut melihat kondisi Mariana—tapi tidak berani bertanya.“Bi, tolong buatkan teh hangat. Sekalian bawakan air hangat dan lap bersih ke kamar Mariana, ya,” ucap Nate cepat.“Baik, Tuan,” jawab Bi Ima

    Last Updated : 2025-05-08
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   97. Sadar?

    Dua hari setelah insiden itu, kantor pusat Adikara Global Energy berjalan seperti biasa. Pegawai lalu-lalang di lorong-lorong, mengejar tenggat sebelum istirahat makan siang tiba. Namun, kedatangan dua orang wanita di lobi utama membawa cerita lain hari itu.Bianca dan Ratna.Dengan wajah tegang dan mata sembap, Bianca melangkah cepat ke meja resepsionis. Ratna menyusul di belakangnya, dengan ekspresi yang tampak tidak bersahabat.“Kami ingin bertemu dengan Pak Nathaniel,” ujar Bianca tajam. “Bilang saja, Bu Ratna datang.”Resepsionis tampak terkejut, namun langsung mengangguk dan menghubungi lantai atas. Hanya dalam beberapa detik, mereka sudah mengantongi izin dan dipersilakan untuk naik.Kebetulan, di ruangan Nate sedang ada Arsita yang datang berkunjung. Kedatangan Ratna dan putri bungsunya lantas memercikkan ketegangan yang tak seharusnya ada.“Tante Ratna,” sambut Nate sopan seraya berjalan menghampiri. “Senang bertemu—”Namun, tamunya langsung memotong.“Senang bertemu?” Ratna

    Last Updated : 2025-05-08
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   1. Pengkhianatan dan Kehilangan

    “Astaghfirullah! Apa yang kalian berdua lakukan?!”Suara jeritan Mariana menggema di kamar tidur yang dulu menjadi saksi cintanya dengan sang suami. Namun kini, pemandangan di hadapannya menghancurkan segalanya.Tubuh Mariana limbung, tapi ia memaksa dirinya tetap berdiri. Napasnya tersengal sementara dadanya mulai terasa sesak.Di atas ranjang mereka, suaminya berbaring tanpa busana. Dan yang lebih menghancurkan hatinya, wanita yang bersamanya adalah Bianca—adik kandung Mariana sendiri.Mariana menatap mereka dengan mata yang bergetar, berusaha mencari penjelasan yang sebenarnya tak lagi diperlukan. Segala sesuatu sudah terpampang jelas di hadapannya.“Kalian 
 bagaimana bisa?” suaranya nyaris tak terdengar.Darah di tubuhnya terasa beku. Kepalanya berdenyut hebat, seolah-olah dunia yang selama ini ia kenal runtuh begitu saja. Air mata menggenang di pelupuk matanya dan mengaburkan pandangannya.“Ka-kak 
.” Bia tergagap, wajahnya pucat pasi saat buru-buru meraih selimut untuk menutupi

    Last Updated : 2025-03-13
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   2. Aku Ingin Bercerai

    Keesokan harinya,Langit kelabu menaungi pemakaman kecil itu, seolah turut berduka atas kehilangan Mariana. Rintik hujan jatuh perlahan, membasahi tanah merah yang masih basah oleh galian segar. Udara dingin menusuk, tapi tak sebanding dengan kehampaan yang menggerogoti hatinya.Meski rasa sakit pasca operasi masih terasa, tetapi Mariana meneguhkan hatinya untuk mengantar bayinya ke peristirahatan terakhir.Wanita itu duduk kaku di samping batu nisan, kedua tangannya saling mencengkeram erat di atas pangkuan. Mata sembabnya menatap kosong ke gundukan tanah merah yang baru saja ditutup.Di sanalah, di dalam bumi yang dingin itu, bayi yang seharusnya lahir dalam hitungan hari kini tertidur selamanya.Suara ustaz terdengar khidmat saat ia membacakan ayat-ayat suci. Isak tangis pecah di antara keluarga yang hadir, tetapi Mariana sendiri hanya terdiam, tak mampu mengeluarkan suara.‘Sayang 
 maafkan Mama.’ Suara itu hanya terucap dalam hati Mariana.Tidak ada air mata lagi yang bisa Marian

    Last Updated : 2025-03-13
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   3. Apa Salahku Pada Mereka?

    “Aku ingin bercerai, Bara. Aku nggak bisa lagi melihatmu tanpa merasa hancur.”Seisi ruangan seketika sunyi.Bara menegang, wajahnya langsung pucat saat menatap Mariana yang berdiri dengan ekspresi kosong. Kedua orang tua Mariana pun tak kalah terkejut mendengar perkataan putri sulung mereka itu.“Mariana,” gumam Bara tak percaya. “Kita bisa membicarakan ini. Tolong jangan buat keputusan ceroboh seperti itu sekarang.”Mariana tidak bergeming. Matanya tetap menatap lurus ke arah pria yang telah mengkhianatinya dan membuatnya terluka lebih dari apa pun.“Aku sudah memutuskan.” Suara Mariana terdengar tenang, tetapi di baliknya ada luka yang begitu dalam. “Nggak ada lagi yang perlu dibicarakan.”Bara melangkah maju, tetapi ayah Mariana langsung mengangkat tangan untuk menghentikannya. Tatapan tajam pria tua itu penuh peringatan saat menatap menantunya.“Meski kami tidak tahu apa yang terjadi. Tapi, sepertinya Mariana butuh waktu,” katanya tegas. “Jika kamu benar-benar peduli padanya, kam

    Last Updated : 2025-03-13
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   4. Saudara Tidak Tahu Malu

    Ratna—ibu Mariana—keluar dari kamar putrinya dengan langkah gontai. Matanya yang basah masih menyiratkan keterkejutan dan kesedihan yang mendalam. Saat pintu tertutup di belakangnya, ia mendapati suaminya, Armand, berdiri tak jauh dari sana.Pria tua itu mengernyit saat melihat wajah istrinya yang tampak terguncang. Dengan sigap, ia melangkah mendekat.“Ada apa, Bu? Apa kata Mariana?” tanya Armand, suara dan raut wajahnya menunjukkan kegelisahan.Ratna menatap suaminya, tetapi tak langsung menjawab. Air matanya kembali jatuh tanpa bisa ditahan. Kedua tangannya mengepal erat, berusaha menahan emosi yang begitu meluap-luap.“Sekarang di mana pria kurang ajar itu?” Suara Ratna terdengar parau, tetapi penuh amarah yang tertahan. Matanya celingukan menatap di belakang Armand, seolah-olah sedang mencari seseorang di sana.Armand semakin kebingungan. Keningnya berkerut. “Maksud Ibu, Bara?” tanyanya ragu.Ratna mengangguk tegas. Tarikan napasnya terdengar berat. “Iya, Mas. Sekarang di mana pr

    Last Updated : 2025-03-13
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   5. Bersikeras

    Mariana duduk diam di sisi ranjang, jari-jarinya gemetar saat ia membawa botol minyak kayu putih ke dekat hidung ibunya. Harapannya hanya satu—ibunya segera sadar.“Ibu ...,” gumamnya lirih.Waktu terasa berjalan begitu lambat, seakan menambah ketakutan yang menggelayuti hatinya. Mariana tidak pernah melihat ibunya jatuh pingsan seperti ini sebelumnya. Dan itu membuatnya begitu takut.Saat Mariana hampir kehilangan harapan, tubuh ibunya sedikit bergerak. Kelopak mata wanita paruh baya itu bergetar sebelum akhirnya terbuka perlahan.“Ibu!” seru Mariana dengan mata berkaca-kaca. Ia buru-buru menurunkan minyak kayu putih dan meraih tangan ibunya.Ratna menatap putrinya dengan sorot mata sendu, penuh penyesalan yang begitu dalam.“Maafin Ibu ya, Sayang ...,” suaranya terdengar lemah, tapi setiap kata yang keluar membawa luka di hatinya. “Ibu gagal mendidik Bianca sampai dia berbuat seperti ini ke kamu.”Mariana mengatupkan bibirnya dengan rapat. Ia ingin berkata banyak hal, ingin mengungk

    Last Updated : 2025-03-13
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   6. Talak Tiga

    Mariana menarik napas panjang, berusaha menahan sesak yang menggelayuti dadanya. Dengan langkah mantap, Mariana berbalik dan berjalan menuju pintu. Setiap langkah yang diambil terasa berat, seolah ada beban yang menahan pergelangan kakinya.Namun, ia tidak berhenti. Ia sudah membuat keputusan, dan kali ini, ia tidak akan goyah.Tangannya baru saja menyentuh kenop pintu ketika suara berat Armand menggema di ruangan itu.“Mariana, jangan pergi,” ucapnya tegas.Tubuh Mariana menegang. Perlahan, ia menoleh ke belakang dan mendapati ayahnya berdiri dengan tatapan yang begitu tegas.“Bara dalam perjalanan ke sini,” lanjut Armand. “Kita selesaikan semuanya sekarang juga.”Tatapan Mariana tidak berubah. Luka di matanya masih begitu jelas, tapi tidak ada lagi api kemarahan di sana. Ia tidak menolak, juga tidak menyetujui.Armand mendesah pelan, lalu melangkah mendekati putrinya yang masih terluka.“Ayah minta maaf jika kamu merasa ayah terlalu ikut campur. Tapi, ayah merasa ini adalah keputusan

    Last Updated : 2025-03-20

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   97. Sadar?

    Dua hari setelah insiden itu, kantor pusat Adikara Global Energy berjalan seperti biasa. Pegawai lalu-lalang di lorong-lorong, mengejar tenggat sebelum istirahat makan siang tiba. Namun, kedatangan dua orang wanita di lobi utama membawa cerita lain hari itu.Bianca dan Ratna.Dengan wajah tegang dan mata sembap, Bianca melangkah cepat ke meja resepsionis. Ratna menyusul di belakangnya, dengan ekspresi yang tampak tidak bersahabat.“Kami ingin bertemu dengan Pak Nathaniel,” ujar Bianca tajam. “Bilang saja, Bu Ratna datang.”Resepsionis tampak terkejut, namun langsung mengangguk dan menghubungi lantai atas. Hanya dalam beberapa detik, mereka sudah mengantongi izin dan dipersilakan untuk naik.Kebetulan, di ruangan Nate sedang ada Arsita yang datang berkunjung. Kedatangan Ratna dan putri bungsunya lantas memercikkan ketegangan yang tak seharusnya ada.“Tante Ratna,” sambut Nate sopan seraya berjalan menghampiri. “Senang bertemu—”Namun, tamunya langsung memotong.“Senang bertemu?” Ratna

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   96. Sikap Tegas Nate

    Setelah tim medis membawa Bara pergi dan pihak keamanan memastikan kantor kembali steril, Nate menggenggam erat tangan Mariana yang terasa dingin. Jari-jari wanita itu tak henti menggigil, dan tubuhnya sesekali bergetar walau ia berusaha tegar.“Ayo kita pulang,” ucap Nate lembut.Mariana hanya mengangguk. Matanya sembap, wajahnya pucat. Ia tak mengucapkan sepatah kata pun ketika Nate merengkuh tubuhnya dan membawanya ke mobil.Sepanjang perjalanan, Mariana tetap diam. Pandangannya kosong menatap keluar jendela yang sudah gelap.Nate mengepalkan tangannya di atas kemudi. Ia membenci ini. Membenci kenyataan bahwa Mariana harus melalui semua itu 
 dan ia datang terlambat.Sesampainya di rumah, Nate langsung menggendong Mariana masuk. Di ruang tengah, mereka berpapasan dengan Bi Imah yang terkejut melihat kondisi Mariana—tapi tidak berani bertanya.“Bi, tolong buatkan teh hangat. Sekalian bawakan air hangat dan lap bersih ke kamar Mariana, ya,” ucap Nate cepat.“Baik, Tuan,” jawab Bi Ima

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   95. Brutal

    Sudah lewat pukul delapan malam, kantor pusat Adikara Global Energy nyaris sepenuhnya sunyi. Mariana duduk di balik meja kerjanya dengan mata yang mulai terasa berat. Di hadapannya terbuka beberapa berkas cetak dan laptop yang menampilkan file dokumen.Ia sedang menyusun laporan triwulan internal—ringkasan kegiatan CEO, agenda kerja yang telah dijalankan, serta tindak lanjut dari hasil rapat sebelumnya. Laporan itu harus diserahkan esok pagi ke bagian dewan komisaris.Deadline-nya sebenarnya minggu depan, tapi tadi siang, sekretaris komisaris mendadak memberi tahu bahwa jadwal rapat dimajukan. Mariana tidak punya pilihan selain menyelesaikannya malam itu juga.Ia tidak memberi tahu Nate. Pertama, karena pria itu sedang mengurus penyelidikan yang menyita pikirannya. Kedua, karena Mariana tahu Nate pasti tidak akan membiarkannya lembur sendirian jika tahu. Dan Mariana tidak ingin membebani kekasihnya lebih dari ini.Ia menarik napas dalam-dalam, memijit pelipis yang mulai berdenyut. Lamp

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   94. Firasat dan Fakta

    Beberapa waktu telah berlalu sejak insiden tabrak lari Armand—ayah Mariana. Pria itu akhirnya diperbolehkan pulang setelah kondisi fisiknya dinyatakan stabil. Meski masih harus menjalani rawat jalan dan banyak beristirahat, Mariana dan Ratna akhirnya bisa bernapas lega.Namun tidak dengan rasa was-was yang terus menghantui Mariana.Mariana belum memberi tahu Nate tentang pesan-pesan ancaman yang ia terima. Ia memilih diam. Bukan karena tidak percaya pada pria itu, tapi karena tidak ingin membebani Nate, apalagi dalam kondisi seperti ini.Namun malam itu, segalanya terungkap secara tidak sengaja.Nate tengah memeriksa laporan proyek di ruang kerjanya ketika Mariana masuk untuk mengantarkan kopi. Tapi sebuah suara notifikasi membuat Mariana berhenti melangkah. Ponselnya yang tergeletak di meja kerja Nate tiba-tiba menyala.Nate tidak berniat mengintip, tetapi matanya secara refleks menangkap kata yang sangat mencolok di layar.[Kamu belum juga menurut. Bersiaplah kehilangan yang lain.]

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   93. Tinggalkan Nathaniel

    Bianca mendekat dan berhenti tepat di samping ibunya. Tatapannya sempat melirik ke arah Nate sejenak, lalu ia menyapa pria itu dengan nada sopan. Namun tak sekalipun ia menoleh pada Mariana, seolah kakaknya itu tak pernah ada di sana.Mariana tidak mempermasalahkan sikap dingin itu. Ia sudah terlalu lelah untuk peduli. Justru Nate-lah yang terlihat menahan kekesalannya.Nate melirik Bianca singkat, sorot matanya tajam, tetapi memilih diam demi menghormati situasi.“Gimana kondisi Ayah?” tanya Bianca.Ratna tersenyum tipis. “Sudah membaik. Kata dokter, kemungkinan besar ayahmu akan segera sadar. Tanda-tandanya positif.”“Syukurlah,” ucap Bianca singkat, kemudian duduk di kursi bersama Ratna.Suasana sempat hening beberapa saat. Bianca tampak sibuk membuka ponselnya, sementara Ratna mengelus punggung tangannya pelan-pelan. Melihat keadaan itu, Nate menoleh pada Mariana.“Kita cari sarapan dulu, ya?” ajaknya lembut.Ratna yang tak sengaja mendengar hal itu langsung menimpali. Ia mengarah

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   92. ICU

    Belum genap dua menit sejak pesan itu terkirim, ponsel Mariana berdering. Nama Nathaniel Adikara terpampang jelas di layar.Mariana menarik napas panjang sebelum menjawab. “Halo
?”“Moonie,” suara Nate terdengar rendah namun tajam, penuh kekhawatiran yang tak bisa ditutupi. “Kamu di mana sekarang?”“Di rumah sakit,” jawab Mariana lirih. Suaranya nyaris tenggelam oleh gemuruh emosi yang kembali menyeruak ke permukaan. “Ayah di ICU. Belum sadar.”“Rumah sakit mana?” tanya Nate cepat.“Rumah Sakit Sehat Bahagia.”“Aku ke sana sekarang.”“Nathaniel—”“Aku akan ke sana sekarang,” ulang Nate, tak memberi ruang untuk sanggahan. “Tunggu aku, Moonie.”Panggilan berakhir tanpa Mariana sempat menolak. Ia menatap layar ponsel yang kembali gelap, lalu menunduk, menyembunyikan wajahnya di antara jemari. Bagian dari dirinya lega karena Nate akan datang. Tapi bagian lain masih bergulat dengan rasa takut, bahwa semua ini akan menyeretnya lebih jauh ke dalam pusaran kekacauan.Sekitar tiga puluh menit

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   91. Tabrak Lari

    Hari-hari berlalu, dan meskipun segala sesuatunya tampak normal, ada yang berbeda dalam diri Mariana. Nate bisa merasakan perubahan itu. Setiap kali mereka berinteraksi, seperti ada jarak yang terbentang di antara mereka.Mata sang kekasih yang biasanya cerah dan penuh semangat, kini lebih sering terlihat kosong.Pagi itu, di ruang makan yang tenang, Nate memandangi Mariana dengan seksama. Wanita itu duduk di seberangnya, memegang cangkir teh dengan kedua tangan sementara matanya terfokus pada taman di luar jendela.“Moonie,” suara Nate memecah keheningan yang sempat menggantung. “Akhir-akhir ini aku perhatikan kamu tidak seperti biasanya. Kamu lebih banyak diam. Ada apa, Sayang?”Mariana menoleh pelan, terkejut. Dan untuk beberapa detik, ada kebisuan yang menggelayuti udara di sekitar mereka. Lalu dengan senyum yang hampir tak terlihat, Mariana menundukkan kepala dan mengaduk-aduk teh di dalam cangkirnya.“Aku cuma capek,” jawabnya lirih. Sebuah jawaban yang sudah Nate duga akan Mari

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   90. Celah

    Nate menatap mata Mariana cukup lama. Ia tahu Mariana tidak bodoh—wanita itu cukup peka membaca perubahan suasana. Tapi Nate juga tahu, terlalu cepat membagi informasi bisa berarti menambah beban yang tak perlu. “Tidak, aku tidak menyembunyikan apa-apa,” ujar Nate. Suaranya tenang, tapi hatinya berdebar kencang. Mariana menatap pria itu beberapa detik, seakan mencoba menerawang isi pikirannya. Namun akhirnya ia hanya mengangguk pelan. “Oke,” gumamnya singkat, lalu berbalik pergi. Begitu pintu tertutup, Nate mengembuskan napas panjang. Kepalanya tertunduk, tangannya mengepal di atas meja. Ia tahu ia harus menemukan pelaku secepat mungkin. Dan yang paling penting, ia harus menjaga Mariana tetap aman. Apapun caranya. Menjelang siang, suasana kantor perlahan mereda. Mariana duduk di pantry sambil memegang cangkir berisi teh hangat. Pandangannya menerawang ke jendela kaca yang menghadap ke luar. Namun pikirannya tidak benar-benar berada di sana. Ia kembali mengingat surat dan mawar hi

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   89. Mawar Hitam

    Mariana menghela napas. Matanya tampak getir saat menatap Nate yang berdiri tenang di sisinya.“Maaf,” ucapnya pelan seraya menunduk. “Aku hanya 
 hanya 
.”Ia tak mampu melanjutkan kalimatnya. Kata-kata seolah terhenti di tenggorokan, sementara pikirannya seperti benang kusut yang sulit diurai. Mariana sadar, perasaan tidak nyaman yang mengganggunya sejak tadi bukan semata karena Jeslyn, melainkan karena luka lama yang belum sepenuhnya pulih.Pernikahannya dengan Bara dulu hancur karena orang ketiga. Dan meski ia telah meyakinkan diri untuk membuka hati kembali bersama Nate, trauma itu ternyata tak pernah benar-benar pergi.Kehadiran Jeslyn di antara mereka cukup untuk membangkitkan ketakutan lama dan menggoyahkan keyakinannya.“Maaf, nggak seharusnya aku meragukanmu dan hubungan kita,” ucap Mariana lirih.Nate menunduk sedikit, lalu menarik dagu Mariana agar menatap langsung matanya. Seulas senyum hangat menghiasi wajahnya yang tampan itu.“Hey, dengar,” katanya lembut. “Aku tahu ad

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status