Saat ini tepat di depan Dena berdiri seorang wanita dengan pakaian modis menenteng sebuah tas branded di tangan."Mau cari siapa Mbak?" tanya Dena."Siapa yang kamu panggil Mbak emang saya Mbak kamu, dasar jalang?!" bentak wanita itu dengan wajah kesal.Apasih orang dirinya tanya baik-baik jawabnya ngegas lagian dirinya cuman salah panggil emang gak bisa bicara baik-baik? lagian sepertinya umurnya lebih tua darinya wajar dong ia panggil Mbak,, batinnya kesal."Mau cari siapa Tante?" menatap malas wanita di depannya itu."kamu!" bentaknya keras seraya menunjuk ke wajah Dena,, "Dasar, gak diajarin sopan santun ya sama orang tua kamu?!" "Ehh Tante jangan bawa-bawa orang tua saya ya!!" seru Dena tak terima."Cihh saya gak ada urusan dengan kamu minggir kamu pembantu baru ya di sini?!" Mulut Dena reflek menganga,, "Apa?!" Orang secantik aku dikata pembantu? benar-benar ini Tante mulutnya minta dicabein kayaknya."Siapa yang Tante bilang pembantu?" seru Dena tak terima."Dena kenapa ribu
Deva turun dari lantai atas, Darren berada di dalam gendongan pria itu tengah memeluk lehernya."Darren!!" Atika menyongsong maju mendekat ke Darren rupanya si kecil takut sehingga memeluk leher Deva makin erat menyembunyikan wajahnya ke leher sang Papa."Papa" cicitnya."Tidak apa-apa itu Mama Atika, Mama Darren juga" Langkah Atika terhenti melihat ketakutan putra kandungnya. Wajahnya berubah sedih.Atika kembali menunjukkan senyum walaupun hatinya sakit sebab anak kandungnya sendiri takut dengannya. Namun mengingat memang saat itu dia berpisah dengan Deva tat kala umur Darren masih 1 tahun jadi wajar bocah itu tak mengenalinya dan bahkan takut dengannya."Mama mau ajak Darren ke time zone lohh Darren mau gak?" ucapnya begitu lembut agar Darren tak lagi takut."Darren lagi ditanya itu sama Mama jangan sembunyi gini mau gak diajak ke time zone?!" dengan lembut pria itu menarik tangan sang putra agar melepaskan pelukannya."Ayo coba lepas dulu!" "Papa" cicit Darren mengangkat wajah
Sampai di mall mereka segera menuju time zone yang berada di lantai 5 mall ini, tujuan utama mereka ke mall kan memang untuk mengajak Darren ke time zone.Dan demi mendekatkan Darren dengan sang Ibu kandung Deva menyuruh anaknya itu berjalan beriringan dengan Atika, menggandeng tangan wanita itu. Yahh walaupun diawal tadi mereka susah payah membujuk Darren karena bocah kecil itu tak mau tapi pada akhirnya dia mau juga.Deva dan Dena sendiri berjalan di belakang mereka dengan Dena yang menggandeng lengan Deva.Dia harus menjaga betul-betul suaminya,, itu kata Dena.Soalnya ada wanita yang sangat berpotensi mengambil suaminya,, ada di depan mereka."Tumben kamu terus menggandeng lengan saya mana erat banget lagi? jangan bilang kamu sudah jatuh cinta sama saya?"Dih pede mampus ini orang,, pikir Dena namun dia memilih untuk tidak mengutarakannya."Karena aku harus menjaga kamu Mas" dia memilih menjawab seperti itu."Maksudnya? emang saya anak kecil perlu dijaga segala?""Bukan karena kam
"Bagaimana kamu berhasilkan mendekati Deva?" tanya Mama Tiwi alias Mama kandung Atika kepo.Atika tak berkata apapun namun dari wajahnya sudah terlihat jelas bahwa dia gagal."Pasti gagal itu" ucap Sherly dengan nada ejekan.Adik satu-satunya Atika itu tersenyum mengejek matanya fokus menatap televisi yang tengah menayangkan sebuah drama di depannya."Apa maksud lo?" sentak Atika tak terima apalagi setelah melihat ekspresi adiknya itu."Tapi benarkan yang gue katakan? lo gagal" Atika bungkam karena memang yang dikatakan Sherly benar adanya."Tuhkan lo diem berarti tebakan gue benar" ucapnya memberi pernyataan bukan lagi pertanyaan."Benar Tik kamu gagal?" Mama Tiwi menarik bahu sang putri mengarahkan pandangannya pada beliau."A-aku bukannya gagal,,""Terus apa, belum berhasil gitu maksud lo?" "Iya!" "Alahh bullshit ngaku aja kalau memang lo gagal udahlah nyerah aja sampai kapanpun lo gak akan bisa mendapatkan Mas Deva kembali" "Jaga ucapan lo gue yakin bisa mendapatkan Mas Deva
"Dena lain kali jangan berbicara seperti itu pada Atika, bagaimanapun dia adalah Mama kandungnya Darren kalau dia mau ke sini ya biarkan saja" "Kok kamu jadi belain dia terus mojokin aku begini?" Dena merasa tak terima karena secara gak langsung Deva memojokkannya."Bukan begitu,," "Halahh bilang saja kamu masih cinta sama dia,, masih sayang sama dia? kenapa gak balikan? kenapa kamu malah mau dijodohkan dengan aku?" "Dena tunggu!! kenapa jadi merembet kemana-mana sih bukannya saya sudah bilang kemarin, saya dan Atika itu hanyalah masa lalu" "Terserah,,"Ada apa sih kok Mama denger dari luar kalian lagi ribut ya?" suara Mama Kumala terdengar memotong ucapan Dena."Mama!" panggil Deva, "Mama kok ke sini pagi-pagi gini?" lanjutnya bertanya."Memangnya kenapa Mama gak boleh ke sini?" "Gak bukan itu maksud Deva. Jelas boleh Ma" "Ini kalian kenapa Mama dengar dari luar kok kalian sepertinya ribut? selesaikan masalah dengan kepala dingin jangan sampai pertengkaran kecil jadi besar!!"
Sebuah mobil berwarna hitam terlihat mengebut di jalan raya kecepatannya di atas rata-rata menyalip ke kanan ke kiri macam pembalap profesional. Rupanya yang berada di dalam mobil adalah Dena. Perempuan yang baru menikah itu tanpa pandang bulu mengklakson setiap kendaraan yang menghalangi jalannya. Bahkan tak jarang dia mendapat makian akibat ulahnya itu. Tidak, bukan ingin menjadi jagoan namun ini urgent. Secepat mungkin dia harus sampai di sekolahan Darren putra sambungnya itu. Tadi dia tengah asik bermain ponsel namun tiba-tiba sebuah telfon masuk yang ternyata dari sang suami,, mengabarkan bahwa Darren berantem di sekolah mengharuskan orang tua datang ke sekolah dan kebetulan juga suaminya itu harus ke luar kota mendadak. Dan di sinilah Dena,, Akhirnya setelah hampir 15 menit berkendara dengan kecepatan yang sangat ekstrim mobil yang Dena kendarai telah tiba di depan sekolah sang putra sambung. Dia langsung turun berlari tanpa tentu arah karena dia juga gak tau harus
"Mami Dena pulang!!" seru Dena dengan penuh kebahagiaan. Dia berjalan masuk dengan menggandeng tangan Darren.Mungkin karena ini tempat baru jadi Darren agak sedikit merasa takut dia menarik tangan Dena berusaha agar perempuan itu tak masuk.Merasakan tarikan di tangannya Dena menghentikan langkahnya, "Ada apa?" berjongkok di depan Darren.Darren diam namun dia menggeleng, "Tenang saja ini rumah Oma dan Opa" ucapnya berusaha menenangkan putra sambungnya itu."Oma dan Opa itu Mama dan Papanya Mama. Sama seperti Darren yang punya Papa dan Mama, Mama pun juga punya dan ini rumah Papa dan Mamanya Mama" jelas Dena terperinci."Jadi Darren gak perlu takut mereka gak gigit kok" lalu dia tertawa kecil dengan leluconnya itu."Bukankah Darren pernah bertemu dengan mereka? itu lohh saat di bandara. Darren ingat tidak?" "Darren ingat" "Darren masih ingat rupanya. Mereka baikkan gak gigit?" bocah kecil itu mengangguk."Kalau begitu bisa kita masuk sekarang kita obati dulu luka Darren?" lagi-lag
Di sebuah hotel.Di sebuah kamar hotel seorang pria duduk di atas ranjang punggungnya bersandar ke kepala ranjang dengan setengah badan tertutupi selimut putih tebal. Dari arah kamar mandi terdengar suara gemericik air pertanda ada seseorang di dalam sana.Benda pipih di tangan pria itu bergetar sebuah panggilan dari nomor asing tertera di layar namun dia langsung mematikannya begitu saja tanpa berniat mengangkat. Kembali benda pipih di tangannya itu bergetar dengan nomor yang sama dan lagi pria itu mematikan sambungan telfonnya.Dan untuk ketiga kalinya pun tetap sama seperti sebelum-sebelumnya. Pria itu mematikannya kembali namun kali ini sebuah makian demi menjelaskan betapa kesalnya dia meluncur mulus dari mulutnya,, "Sialan ganggu aja!" Ceklek,, Bertepatan dengan itu pintu kamar mandi terbuka menampilkan seorang wanita mengenakan handuk kimono dan handuk kecil di kepala."Sayang kenapa wajah kamu kok cemberut begitu?" ucapnya begitu lembut.Dia berjalan melenggak-lenggokka
Untuk kedua kalinya Elora datang ke rumah Deva dan Dena tanpa sepengetahuan pria itu tentunya."Lohh Elora kenapa ada di sini? mau ketemu suami saya tapi Mas Deva lagi gak ada, lagi ada di kantor" "Gak kok saya ke sini mau bertemu dengan kamu" "Bertemu saya? ada apa? mau ngomongin bisnis? hahaha, kan gak mungkin saya gak ngerti masalah begituan" "Boleh kita berbicara di dalam saja?" wajah Elora tetap serius tak terpengaruh oleh candaan Dena."Ohh boleh,, ayo silakan masuk" Dena pun akhirnya tak lagi bercanda melihat wajah serius Elora.Dena pun berjalan masuk diikuti Elora di belakangnya, "Silakan duduk dulu biar saya ambilkan minum" "Iya,," Tak berapa lama Dena kembali dengan teh di tangannya menaruhnya di atas meja, "Silakan diminum dulu tehnya" "Iya terima kasih,," Elora mengambil cangkir teh tersebut menyeruputnya sedikit.Lantas Dena duduk di sofa tepat di depan Elora, menunggu Elora selesai meminum teh buatannya.Melihat Elora kembali menaruh cangkir tehnya baru Dena mem
Mobil sedan hitam Deva berhenti di depan lobby perusahaan. Deva turun dari mobil setelah Yono sang asisten pribadi membukakan pintu mobil untuknya.Deva berjalan lebih dulu diikuti Yono di belakangnya, "Pak siang ini anda ada meeting dengan Bu Atika" beritahu Yono.Seketika Deva menghentikan langkahnya, "Atika?" gumamnya pelan, amat pelan sampai hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya."Sekedar info saja siapa tau anda tidak mau bertemu dengan beliau"Hmm sungguh pengertian sekali ya Yono ini. Deva membalikkan badan sembari mengerutkan kening, "Kok Atika?" "Begini Pak,, Pak Riyan telfon saya beliau bilang gak bisa menghadiri meeting dengan Bapak karena sedang ada di luar kota karena tiba-tiba ada keperluan mendadak. Tapi, sebagai gantinya Bu Atikah lah yang akan menggantikan beliau" "Kenapa dia gak bilang sendiri kepada saya?" "Untuk masalah itu saya tidak tahu-menahu Pak" "Baiklah, tolong bilang sama Neny untuk menggantikan saya meeting dengan Atika" "Baik Pak" ucap Yono sem
Pagi hari."Sebenarnya kapan kamu bisa membuat Deva dan istrinya bercerai? Mama sudah gak sabar mau Deva menjadi menantu Mama lagi" tiba-tiba Mama Atika itu berucap saat Atika baru sampai di lantai bawah."Ma Tika mau ngomong sesuatu sama Mama,,""Kenapa? ahh sudahlah Mama gak mau dengar apapun pokoknya kamu harus bisa membuat dia bercerai dari istrinya itu dan menjadikan dia menantu Mama lagi. Mama hanya mau dia yang menjadi menantu Mama bukan orang lain apalagi mantan pacar kamu yang mokondo itu!" "Tapi Ma,," "Gak ada tapi-tapian. Mama harap kamu segera mewujudkan harapan Mama itu!" "Iya Ma," Atika lantas menoleh ke Sherly yang sedari tadi menatap dia tajam, menaikkan kedua bahunya.Sherly langsung melengos begitu saja membuat Atika menghela nafas kasar.Sialan kenapa gue jadi terjebak diantara posisi yang sulit begini sih,, umpatnya."Baiklah kalau begitu Mama mau siap-siap pergi arisan dulu kamu harus segera bergerak cepat!""Baik Ma,," Melihat keberadaan sang Mama yang tak la
"Ma aku pulang!" seru seorang wanita sembari menggeret koper memasuki rumah. "Ngapain lo pulang merusak pemandangan aja" sahutan ketus seseorang dari ruang keluarga. "Lo gak suka lihat gue balik?" "Iyalah," "Kalau begitu buang saja mata lo biar gak bisa lihat gue" "Lo,," "Apa?" "Ada apa sih ini Atika, Sherly, kenapa ribut-ribut?" "Dia duluan Ma" yahh begitulah mereka selalu seperti tom and jerry kalau bertemu, selalu ribut. "Sudahlah kalian jangan ribut terus pusing Mama dengarnya! Atika kamu baru pulang nak, bagaimana lancar kerjaannya?" "La-lancar Ma,," ekspresi Atika terlihat aneh, seperti ketakutan dan dia bahkan tak berani menatap mata sang Mama. "Baiklah kamu istirahat sana gihh jangan lupa mandi!" "Ba-baik Ma,," gegas Atika menaiki tangga, menggeret koper bersamanya. Pintu kamar dia tutup sontak Atika menyandarkan punggungnya di pintu menghela nafas lega. Kalian percaya kalau dia keluar kota karena pekerjaan? tentu saja itu bohong. Dia keluar
Elora mengendarai mobilnya tak tentu arah, tak ada tujuan. Yang jelas dia tak ingin pulang ke rumah.Sampai akhirnya Elora melihat suatu taman. Banyak pohon tumbuh di sana membuat pemandangannya begitu asri, bunga warna-warni dan ada juga permainan bagi anak kecil.Lantas dia membelokkan setir memilih singgah di taman tersebut. Turun dari mobil Elora langsung berjalan mencari bagian sudut yang tak terjamah oleh orang. Duduk di sebuah bangku panjang, muat untuk sekitar 3 orang dewasa. Tamannya lumayan ramai, banyak keluarga kecil yang berkumpul dan bermain bersama di taman itu.Matanya berkaca-kaca melihat para orang tua dan anak-anak mereka tengah bermain, "Tanpa sadar aku baru saja hampir merusak keluarga kecil orang lain, aku baru saja hampir merusak kebahagian sebuah keluarga" "Aku wanita jahat" diapun menangis di bangku itu. Hatinya begitu merasa bersalah karena menyukai pria beristri. Pasti istrinya sakit hati kalau tau aku menyukai suaminya. Tanpa sadar aku menyakiti wanita l
Weekend."Ini Mas teh di minum dulu" ucap Dena sembari meletakkan secangkir teh di hadapan sang suami yang tengah fokus pada berkas-berkasnya."Terima kasih ya" pria itu mengambil teh yang dibawakan sang istri menyeruput sedikit lalu kembali meletakkan di atas meja."Kamu lagi banyak kerjaan ya Mas sampai weekend juga harus kerja, yahh walaupun kerjanya di rumah sih?" "Iya bentar lagi ada proyek baru jadi banyak banget kerjaan, maaf ya" Dena berjalan mendekati sofa di ruang kerja sang suami duduk di atasnya, "Ngapain juga minta maaf" gumamnya."Kalau kamu mau keluar bersama Darren gapapa, pakai kartu kredit aku, belanja apapun yang kamu dan Darren mau" "Gak mau ahh. Kamunya kerja capek-capek masa aku belanja terus" "Iya gak masalah orang aku kerja kan memang buat kalian berdua" "Gak mau ahh,," setelah itu Dena terdiam sejenak, lanjut berkata,, "Mas kalau capek istirahat dulu saja jangan dipaksakan nanti sakit" "Iya Mas ngerti" Lalu Dena berdiri, "Kalau begitu aku ke bawah dul
Kamar Deva dan Dena.Dena duduk di kursi rias, mengaplikasikan skincare di wajah. Deva sendiri duduk di ranjang memainkan ponsel. "Tadi seru banget ya kan Mas?" tanya tanya Dena, melihat ke arah yang suami dari kaca."Iya,," setuju pria itu.Padahal tadi kan dia hanya melihat anak dan istrinya main saja, tak ikut main. Tapi demi tak membuat sang istri marah dia hanya bisa setuju. Apakah sekarang Deva sudah menjadi suami-suami takut istri? "Kapan-kapan kita ke pasar malam lagi ya Mas?" "Iya,, atur saja" Dena bangun dari kursi meja riasnya jalan menuju ranjang, "Aku bahagia banget apalagi saat melihat wajah bahagia Darren" ucapnya sembari menaiki ranjang. Spontan deva menurunkan ponselnya menatap penuh makna kepada Dena, "Terima kasih sudah sangat menyayangi Darren"Dena tertawa kecil, "Dia kan anak aku juga Mas sejak aku menikah sama kamu" "Ternyata Mama nggak salah pilih" "Hah?" "Kamu wanita baik. Pasti berat harus menikah dengan seorang duda. Bukan hanya menjadi seorang ist
Di sebuah restoran steak.Di salah satu meja sebuah restoran keluarga kecil Deva duduk, Dena dan Darren sebelahan sementara Deva duduk di depan Dena.Pelayan datang membawakan pesanan mereka yaitu 3 steak sesuai jumlah anggota keluarga.Mata Dena dan Darren berbinar-binar menatap steak mereka. Sungguh,, jika gak tau orang pasti mengira mereka adalah anak dan ibu kandung, sama persis ekspresi wajahnya.Dena mulai memotong steak selesai dia ingin memberikannya pada Darren. Deva,, pria itu juga ingin memberikan steak yang telah dia potong ke Dena."Ini,," ucap Dena dan Deva berbarengan."Lohh,," sontak kedua pasangan suami istri itu saling pandang, sama-sama saling membeku.Beberapa detik,, Dena kembali melanjutkan kegiatan awalnya, mengganti steak Darren dengan punyanya. Kemudian dia mengambil steak yang berada di tangan sang suami, mengganti dengan steak Darren yang belum dipotong."Makasih yang Mas hehehe" Dengan canggung Deva pun mulai kembali memotong steak yang awalnya milik Dar
Ceklek,,"Lohh Dena kok gak ada di kamar dia kemana?" ucap Deva bingung. Dia baru pulang kerja bergegas ke kamar karena berpikir bahwa sang istri ada di kamar tapi ternyata kamarnya kosong.Lantas kembali dia tutup pintu kamarnya."Dia kemana sih? apa jangan-jangan ada di kamar Darren?" kontan Deva melangkahkan kaki menuju kamar sang putra semata wayang, langsung dibukanya pintu di depannya tanpa mengetuk terlebih dahulu."Kamu ada di sini rupanya" dan benar saja tebakannya. Dena berada di kamar sang putra.Entah mereka tengah ngapain posisinya Dena tengah memangku Darren.Kemudian pria dengan satu anak itu masuk ke dalam kamar sang putra, "Kalian lagi ngapain? lagi main ya? kok Papa gak diajak?"Bukannya menjawab Dena malah berbisik kepada Darren.Setelah itu, "Gak mau Papa bau belum mandi" "Apa?" dia tercengang."Kamu bilang Papa bau? nakal ya kamu, sini biar Papa gelitikin kamu" Darren mulai tertawa, meliuk-liukkan badannya, kegelian karena digelitikin."A-ampun Pa, a-ampun Mama