Anna mulai terbiasa bangun pagi, meskipun awalnya sulit, berkali-kali ia kena tegur Harry.
Ternyata laki-laki yang kelihatannya cool itu sangat disiplin dan tegas kalau urusan kerjaan, pantas ia sudah sukses di usia yang terbilang masih muda.
Terkadang Anna nggak habis pikir, mengapa pria pekerja keras seperti Harry mau nikah muda? Kalau dilihat dari usia Harry yang sekarang 28 tahun sedangkan putrinya sekarang berusia 8 tahun, itu artinya dia menikah pada usia 19 atau 20 tahun.
Buat Anna usia segitu sedang asik-asiknya main, kuliah dan bebas mengekspresikan diri, tapi memang ada sebagian orang yang berprinsip untuk menikah muda.
Anna yang biasanya santai mau tak mau harus mengikuti aturan Harry. Karena dia sudah sepakat mengikuti persyaratan dari Harry terkait perjanjian menjadi pacar pura-puranya.
Setiap pagi Anna berangkat ke rumah Harry, memastikan semuanya yang terkait Amelia sudah siap, lalu mengantar gadis cilik itu ke sekolah.
Setelah itu barulah ia mengurus pekerjaannya sendiri. Untungnya dia punya asisten yang bisa diandalkan, jadi segala urusan pekerjaannya diurus asistennya, dia hanya datang untuk mengecek dan menerima laporan. Sebagian waktunya lebih banyak ia habiskan buat menemani Amelia.
Harry bukan tidak tahu siapa Joanna, diam-diam dia sudah menyelidiki.
Siapa sangka gadis yang berpenampilan tomboy, cuek dan kadang urakan itu pemilik sebuah butik ternama, memiliki usaha dibidang fashion dan industry kreatif, sangat bertolak belakang dengan penampilannya.
Selain itu Anna juga bisa diandalkan dalam mengurus Amelia. Meskipun kelihatannya cuek, sesungguhnya Anna memiliki jiwa keibuan yang kuat, yang membuat anak-anak betah dan gampang lengket kepadanya.
“Mel, nanti malam kita akan dinner di luar, kamu juga An, siap-siap ya," ujar Harry.
“Siap-siap apa? Makan ya makan tinggal jalan,” sahut Anna cuek.
“Maksud Papa, Kak Anna dandan, pake gaun malam, pake high heel, kayak teman-teman Papa lainnya,” celetuk Amel.
“Huss Amel!” sergah Harry.
“Wah teman-teman wanita Papa banyak ya Mel?” tanya Anna sambil tersenyum.
“Banyak Kak, tapi Amel nggak suka. Mereka genit-genit, suka nempel sana nempel sini sama lelaki, dan mereka suka pake baju yang kurang bahan.”
“Hahaha bukan kurang bahan Mel, itu memang modelnya begitu, biasanya dirancang untuk acara-acara pesta. Tapi Kakak juga nggak suka, Kakak lebih suka yang casual begini.”
“Tapi yang waktu malam-malam itu, Kak Anna cantik banget pakai gaun malam.”
“Itu terpaksa Mel, Kakak dipaksa nenek buat kencan buta.” Wajah Anna sedikit muram jika ingat kejadian itu.
“Udah jadinya gimana nih nanti malam?” Harry meminta kepastian.
“Memang nanti malam acara khusus ya, Mas? Maksudku apa ada pesta khusus gitu?”
“Nggak sih, tepatnya makan malam perpisahan aja, karena besok aku akan berangkat.”
“Hmm, oke aku paham. Mel kita cari pakaian, yuk!” ajak Anna.
“Pakaian? Mau cari gaun?”
“Haha, bukan gaun Mel, kita ya tetap dengan gaya kita, tapi beda dikit lah karena nanti malam acara perpisahan dengan Papa, biar agak berkesan dikit.”
“Oke Kak, kita couplean aja ya.” Amelia terlihat sangat senang.
“Mas, izin ajak Amel ke butik ya.”
“Oke An, kalau urusan fashion kamu memang ahlinya,” jawab Harry sambil tersenyum.
“Maksudnya?”
“Aku sudah tahu kok An, usaha kamu, nggak usah pura-pura lagi.”
“Siapa yang pura-pura? Nggak penting juga kan mendeklarasikan diri siapa aku, apa usaha atau profesi aku? Mas juga nggak pernah tanya ya, kan?”
“Iya, iyaaa. Ya sudah nih kamu bawa mobil aku aja, aku balik ke kantor sama Mang Ujang karena ada keperluan yang membutuhkan bantuan tenaga Mang Ujang.”
“Beneran? Aku boleh pergi berdua aja sama Amel, nih?”
“Iya.”
“Yess, Mel ayo!”
“Kakak yang nyetir?” tanya Amelia.
“Yup!”
“Yeaay, kalo Mang Ujang kayak siput.”
“Eit! Kalau gitu nggak jadi, kalian pergi sama Mang Ujang aja.”
“Yah Papa, nggak deh Pa, nggak ngebut, ya kan, Kak?”
“Yup.”
“Oke, kali ini kalian boleh pergi berdua, tapi kalau ketahuan ngebut seterusnya gak boleh lagi.”
“Siap boss!!” jawab Anna dan Amelia kompak. Mereka pun bergegas berangkat.
Harry menatap keduanya sambil tersenyum, kini ia bisa tenang meninggalkan Amelia pada Anna.
***
Amelia sangat senang, Anna mengajak gadis cilik itu ke butiknya, tentu saja Amelia tidak mengerti kalau butik itu adalah milik Anna. Anna memilihkan baju semi casual dengan warna pink kesukaan Amelia, mereka mengenakan pakaian dan aksesories yang sama, cantik dan elegant.
Mereka tiba di rumah Harry sesuai waktu yang telah ditentukan Harry, Anna sudah mulai terbiasa disiplin dan mengikuti pola hidup Harry.
Lelaki itu sudah menunggu mereka, Harry tertegun ketika Anna dan Amelia masuk, mereka Nampak kompak dengan balutan busana yang sama dan aksesories yang sama.
“Papa kok bengong? Kami cantik kan, Pa?”
“Ya, ya yaaa, sangat cantik.” Harry mengangkat tubuh Amelia ke atas, gadis cilik itu pun tertawa senang.
“Hahaha, Papa Amel bukan anak kecil lagi Pa, masa diangkat begini.”
“Hmh bukan anak kecil ya, mentang-mentang punya teman orang dewasa. Tapi bagi Papa kamu tetap bayi kecil Papa, oke. Sekarang let’s go berangkaat!”
Harry mengadakan jamuan makan malam dengan beberapa orang terdekatnya, sebagai pelepasan dan perpisahan, karena kali ini Harry akan tinggal cukup lama di luar negeri.
Ia mendelegasikan urusan pekerjaannya kepada orang-orang kepercayaannya, dan mempercayakan Anna untuk mengurus urusan rumah dan putrinya.
Setelah mengucapkan beberapa patah kata mereka pun berfoto bersama, Amelia sangat senang, beberapa kali ia minta berfoto bersama Anna dan Papanya. Harry pun sangat menikmati kebersamaan mereka bertiga.
“Papa, ingat ya Pa, nanti kalau di sana jangan genit ya, Pa. Ingat! jangan nakal.”
Semua yang ada di situ tertawa melihat tingkah Amelia. Mereka sudah maklum, Amelia sangat posesif kepada wanita-wanita yang mendekati Papanya.
Tapi juga timbul tanda tanya di hati mereka, siapa Joanna itu, wanita yang sangat dekat dengan Amelia, keluarga Harry kah atau calon istrinya?
Pertanyaan-pertanyaan itu terlintas di benak mereka, namun mereka tidak mau menanyakannya, karena itu masalah pribadi bos mereka.
Tiba-tiba mereka semua dikejutkan dengan kedatangan seseorang.
Seorang wanita dengan penampilan seksi masuk, tubuhnya yang langsing dibalut dengan gaun malam warna hitam, nampak sangat anggun. Ia berjalan meliuk-liuk bagai damar ditiup angin.
"Halo, semuanya! Selamat malam. Kalian kangen aku, kan?"
“Halo semuanyaaa selamat malam.” Wanita itu menyapa yang hadir dengan suara terkesan merdu. Namun, tidak dengan Amel. Gadis cilik itu menyedekapkan tangannya sambil tersenyum sinis.Hanya saja, wanita itu tak mempedulikan tatapan Amel. Dia justru sedang merasa bangga karena menganggap sebagai pusat perhatian malam itu. Semua orang memang mengenalnya sebagai wanita yang selalu dekat dengan Harry, atau tepatnya ... selalu mendekati Harry dan berusaha mencari perhatian pria itu dan putrinya. Padahal, Harry sebenarnya biasa-biasa saja.“Selamat malam, Mba Elsa.” Untungnya, ada yang lain menjawab ucapan wanita itu.“Oho silahkan-silahkan, silahkan dilanjutkan menikmati makan malamnya,” ucap Elsa mendadak bergaya seakan nyonya rumah. Perlahan, ia pun mendekati Amelia dan menyapa dengan hangat.“Halo sayangku, manisku apa kabar? Wah, kamu cantik banget malam ini.” “Yah, aku emang udah cantik dari lahir, yang pasti cantiknya aku natural nggak dipoles-poles kayak Tante.” Jawaban nyelek
Tak lama, Harry menyimpan kembali bingkai foto itu, lalu beranjak tidur. Sementara itu, pagi-pagi sekali, Anna telah bangun. Ia membantu Amelia mandi dan berpakaian lalu turun untuk sarapan bersama Papanya. Lucunya, mereka sarapan layaknya sebuah keluarga lengkap. Amelia tentu sangat senang. Ia bahkan tak henti tersenyum. "Sayang, enggak usah ngantar ke bandara ya, Amel berangkat sekolah aja sama Kak Anna," ucap Harry tiba-tiba. Amelia mengangguk patuh. "Iya, Pa. Papa jangan lupa untuk selalu kabari Amel." "Siap, Putri Papa yang cantik!" balas Harry lalu menoleh pada Anna, "Oh ya, An. Nanti, kamu antar Amel bawa mobilku aja biar aku ke bandara diantar Mang Ujang." "Baik, Mas." Harry mengangguk puas. "Oke, Amel sekolah yang rajin ya. Jangan nakal, Sayang." "Iya Pa, Papa juga hati-hati di sana, jangan nakal, jangan genit, salam sama Nanny." "Hahaha, emang sejak kapan Papa genit?" tanya Harry balik. "Ya kali aja ada ulat bulu yang bikin gatal." Mendengar Amel mengungkit Els
Sepulang dari rumah Harry Anna langsung ke rumah sakit. Nenek menanyakan kabar Harry, Anna menjelaskan kalau Harry baru saja berangkat ke luar negeri dan tidak sempat pamit kepada nenek karena banyak pekerjaan yang harus di delegasikan. Nenek bisa mengerti, dan berpesan kepada Anna agar selalu menjaga komunikasi kepada Harry. Mama juga membawa berita gembira, kalau nenek sudah dibolehkan pulang. Anna sangat senang, ia bergegas pulang untuk mengambil mobil untuk menjemput nenek. "Akhirnya, nenek sudah dibolehkan pulang ya." "Iya, makanya setelah ini jangan menyakiti hati nenek lagi," timpal Mama. "Iya, Ma. Tapi nenek juga harus rajin olahraga, Nek. Senam jantung sehat, supaya jantung nenek kuat tidak mudah kumat ketika mendengar kabar buruk." "Kamu benar, An. Dokter juga nyuruh begitu, mulai besok nenek mau senam, supaya jantung nenek sehat supaya umur nenek lebih panjang." "Yeay, keren nenek nih." Setelah menjemput nenek Anna segera menghubungi Harry, ia melaporkan apa yang terj
Anna sangat cemas, mengapa nomor Amel enggak bisa dihubungi? Berkali-kali ia mengecek HP tidak ada panggilan masuk ataupun pesan dari Amel. Tidak biasanya Amel seperti ini. Biasanya Amel akan berkali-kali kirim pesan mengingatkan Anna.Anna mencoba menghubungi si bibi, tapi nomor si bibi pun tidak aktif. Kenapa semua nomor di rumah itu tidak ada yang aktif? Ini aneh. Anna mondar-mandir, ia sangat mengkhawatirkan Amelia.Anna mencoba menghubungi Harry, namun sepertinya Harry sangat sibuk, hanya pesan suara. Akhirnya Anna mencoba kirim pesan ke kotak suara Harry."Halo Mas, ini Anna. Ada sesuatu yang urgent, tadi aku mau ke rumah, tapi di halangi oleh tunangan Mas Harry, dia bilang aku enggak boleh lagi datang ke rumah dan harus menjauhi Amelia. Yang aku heran nomor Amel nggak bisa di hubungi, Amel pun tidak menghubungi aku, nomor rumah enggak bisa di hubungi sampai nomor si bibi pun enggak bisa. Oya security sudah diganti, jadi aku enggak dibolehin masuk. Aku khawatir sama Amel Mas, to
Hampir semalaman Anna berada di samping tempat tidur Amelia, hingga menjelang subuh akhirnya gadis kecil itu membuka matanya, saat itu Anna tertidur di atas kursi di sampingnya."Kak Anna ..." panggil Amelia pelan.Anna seperti sedang bermimpi, ia mendengar suara yang memanggilnya dari jauh. Perlahan Anna membuka mata dan mengangkat kepalanya, ia seperti linglung melihat Amelia sedang menatapnya."Amel? kamu sudah bangun sayang?" Anna berdiri, ia mengusap kepala gadis cilik yang tergolek lemah itu."Amel di mana kak?" tanya Amelia menatap Anna."Amel di rumah sakit sayang," jawab Anna sambil tersenyum.Amelia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan."Kenapa Amel bisa ada di rumah sakit kak?"Amelia memperhatikan botol infus yang tergantung disamping tempat tidurnya, ia juga mengangkat tangan kirinya yang ditempel selang infus yang terhubung ke botol yang menggantung."Umm ... Amel keracunan tepatnya over dosis obat tidur," jawab Anna."Siapa yang meracuni Amel Kak? pasti peremp
"Apa? Apa maksudmu?" tanya nenek bingung, ia menatap mama Anna yang sama bingungnya. "Siapa kamu?" tanya mama penasaran. Wanita itu perlahan bangkit, wajahnya sangat menyedihkan. Nenek tidak tega melihatnya ia mempersilahkan wanita itu duduk dan memberikan air minum padanya. "Saya Elsa, Elsa Delilah. Saya sebentar lagi akan menikah, namun belakangan ini tunangan saya menjauhi saya, bahkan putrinya jadi ikut membenci saya. Padahal saya sangat mencintainya, dan menganggapnya sebagai putri kandung saya sendiri. Tapi kehadiran orang ketiga diantara kami, telah merusak kebahagiaan kami." Elsa menangis pilu, seolah sangat menderita. "Memangnya siapa calon suami kamu?" tanya mama. "Harrison Barnes, biasa dipanggil Harry." "Harry?" Nenek dan mama tampak terkejut. "Ya Mas Harry, belakangan seorang gadis bernama Joanna menggodanya dan mendekati putrinya." "Putri? Harry punya putri?" Nenek bingung, "kamu pasti salah orang, mungkin Harry yang lain." Elsa tersenyum sinis. "Apa cucu
"Apakah Elsa yang menyerahkan foto-foto ini?" tanya Anna. Mama yang sudah melangkahkan kakinya akan meninggalkan Anna segera berhenti, wanita itu membalikkan tubuhnya dan menatap Anna. "Kamu sudah tahu, kan? Tapi mengapa An, mengapa kamu masih lanjutkan hubunganmu dengan Harry? apakah kamu bangga dicap sebagai pelakor, perusak hubungan orang lain?" "Tapi, Ma. Elsa bukan tunangan Mas Harry. Mereka tidak ada hubungan apa-apa." "Sudahlah Anna, kamu sedang dibutakan oleh cinta, jadi tidak bisa lagi berpikir realistis." "Ma, percaya sama Anna ...." Mama segera berlalu tak menghiraukan kicauan Anna, wanita itu sudah terlanjur kecewa kepada Anna. Ia tak pernah membayangkan putrinya akan berprilaku seperti itu, seperti nggak ada laki-laki lain aja. Anna segera masuk ke kamarnya, ia membanting pintu dengan keras dan melemparkan tubuhnya ke tempat tidur, pikirannya kacau. "Kurang ajar si Elsa itu, licik! beraninya main belakang," umpatnya. Drrtt Tiba-tiba ponsel Anna bergetar, ia sege
Anna tertegun, ia diam mematung sambil melihat ke ruang tamu. Itu memang benar Amelia dan pak Rama asisten Harry. Di atas meja tergeletak tumpukan berkas, Pak Rama sedang berbicara sambil menunjuk pada berkas-berkas di atas meja, mama dan papa Anna juga ikut melihat ke meja sambil mendengarkan penjelasan Pak Rama. Papa nampak manggut-manggut. Tiba-tiba Amelia mendongak, ia melihat ke arah Anna yang sedang berdiri tak bergerak di tangga. "Kak Anna!" panggil Amelia senang. Sontak Pak Rama, papa dan mama Anna ikut menoleh. Anna jadi linglung, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Loh, kamu ngapain berdiri di situ, An. Sini ke mari." Papa memanggil sambil tersenyum. "Baik, Pa." Anna bergegas turun. Amelia menghambur, memeluk Anna. "Kamu nggak sekolah, sayang?" "Amel izin, Kak. Mau jenguk nenek yang sakit." Anna menoleh, menatap Pak Rama, yang dibalas anggukan oleh lelaki itu. Tatapan Anna berpindah ke papanya, yang juga mengangguk sambil tersenyum. Sedangkan mama, perhatian