Share

Chapter 6. Malam Perpisahan

Anna mulai terbiasa bangun pagi, meskipun awalnya sulit, berkali-kali ia kena tegur Harry.

Ternyata laki-laki yang kelihatannya cool itu sangat disiplin dan tegas kalau urusan kerjaan, pantas ia sudah sukses di usia yang terbilang masih muda.

Terkadang Anna nggak habis pikir, mengapa pria pekerja keras seperti Harry mau nikah muda? Kalau dilihat dari usia Harry yang sekarang 28 tahun sedangkan putrinya sekarang berusia 8 tahun, itu artinya dia menikah pada usia 19 atau 20 tahun.

Buat Anna usia segitu sedang asik-asiknya main, kuliah dan bebas mengekspresikan diri, tapi memang ada sebagian orang yang berprinsip untuk menikah muda.

Anna yang biasanya santai mau tak mau harus mengikuti aturan Harry. Karena dia sudah sepakat mengikuti persyaratan dari Harry terkait perjanjian menjadi pacar pura-puranya.

Setiap pagi Anna berangkat ke rumah Harry, memastikan semuanya yang terkait Amelia sudah siap, lalu mengantar gadis cilik itu ke sekolah.

Setelah itu barulah ia mengurus pekerjaannya sendiri. Untungnya dia punya asisten yang bisa diandalkan, jadi segala urusan pekerjaannya diurus asistennya, dia hanya datang untuk mengecek dan menerima laporan. Sebagian waktunya lebih banyak ia habiskan buat menemani Amelia.

Harry bukan tidak tahu siapa Joanna, diam-diam dia sudah menyelidiki.

Siapa sangka gadis yang berpenampilan tomboy, cuek dan kadang urakan itu pemilik sebuah butik ternama, memiliki usaha dibidang fashion dan industry kreatif, sangat bertolak belakang dengan penampilannya.

Selain itu Anna juga bisa diandalkan dalam mengurus Amelia. Meskipun kelihatannya cuek, sesungguhnya Anna memiliki jiwa keibuan yang kuat, yang membuat anak-anak betah dan gampang lengket kepadanya.

“Mel, nanti malam kita akan dinner di luar, kamu juga An, siap-siap ya," ujar Harry.

“Siap-siap apa? Makan ya makan tinggal jalan,”  sahut Anna cuek.

“Maksud Papa, Kak Anna dandan, pake gaun malam, pake high heel, kayak teman-teman Papa lainnya,” celetuk Amel.

“Huss Amel!”  sergah Harry.

“Wah teman-teman wanita Papa banyak ya Mel?” tanya Anna sambil tersenyum.

“Banyak Kak, tapi Amel nggak suka. Mereka genit-genit, suka nempel sana nempel sini sama lelaki, dan mereka suka pake baju yang kurang bahan.”

“Hahaha bukan kurang bahan Mel, itu memang modelnya begitu, biasanya dirancang untuk acara-acara pesta. Tapi Kakak juga nggak suka, Kakak lebih suka yang casual begini.”

“Tapi yang waktu malam-malam itu, Kak Anna cantik banget pakai gaun malam.”

“Itu terpaksa Mel, Kakak dipaksa nenek buat kencan buta.” Wajah Anna sedikit muram jika ingat kejadian itu.

“Udah jadinya gimana nih nanti malam?” Harry meminta kepastian.

“Memang nanti malam acara khusus ya, Mas? Maksudku apa ada pesta khusus gitu?”

“Nggak sih, tepatnya makan malam perpisahan aja, karena besok aku akan berangkat.”

“Hmm, oke aku paham. Mel kita cari pakaian, yuk!” ajak Anna.

“Pakaian? Mau cari gaun?”

“Haha, bukan gaun Mel, kita ya tetap dengan gaya kita, tapi beda dikit lah karena nanti malam acara perpisahan dengan Papa, biar agak berkesan dikit.”

“Oke Kak, kita couplean aja ya.” Amelia terlihat sangat senang.

“Mas, izin ajak Amel ke butik ya.”

“Oke An, kalau urusan fashion kamu memang ahlinya,” jawab Harry sambil tersenyum.

“Maksudnya?”

“Aku sudah tahu kok An, usaha kamu, nggak usah pura-pura lagi.”

“Siapa yang pura-pura? Nggak penting juga kan mendeklarasikan diri siapa aku, apa usaha atau profesi aku? Mas juga nggak pernah tanya ya, kan?”

“Iya, iyaaa. Ya sudah nih kamu bawa mobil aku aja, aku balik ke kantor sama Mang Ujang karena ada keperluan yang membutuhkan bantuan tenaga Mang Ujang.”

“Beneran? Aku boleh pergi berdua aja sama Amel, nih?”

“Iya.”

“Yess, Mel ayo!”

“Kakak yang nyetir?” tanya Amelia.

“Yup!”

“Yeaay, kalo Mang Ujang kayak siput.”

“Eit! Kalau gitu nggak jadi, kalian pergi sama Mang Ujang aja.”

“Yah Papa, nggak deh Pa, nggak ngebut, ya kan, Kak?”

“Yup.”

“Oke, kali ini kalian boleh pergi berdua, tapi kalau ketahuan ngebut seterusnya gak boleh lagi.”

“Siap boss!!”  jawab Anna dan Amelia kompak. Mereka pun bergegas berangkat.

Harry menatap keduanya sambil tersenyum, kini ia bisa tenang meninggalkan Amelia pada Anna.

***     

Amelia sangat senang, Anna mengajak gadis cilik itu ke butiknya, tentu saja Amelia tidak mengerti kalau butik itu adalah milik Anna.  Anna memilihkan baju semi casual dengan warna pink kesukaan Amelia,  mereka mengenakan pakaian dan aksesories yang sama, cantik dan elegant.

Mereka tiba di rumah Harry sesuai waktu yang telah ditentukan Harry, Anna sudah mulai terbiasa disiplin dan mengikuti pola hidup Harry.

Lelaki itu sudah menunggu mereka, Harry tertegun ketika Anna dan Amelia masuk, mereka Nampak kompak dengan balutan busana yang sama dan aksesories yang sama.

“Papa kok bengong? Kami cantik kan, Pa?”

“Ya, ya yaaa, sangat cantik.”  Harry mengangkat tubuh Amelia ke atas, gadis cilik itu pun tertawa senang.

“Hahaha, Papa Amel bukan anak kecil lagi Pa, masa diangkat begini.”

“Hmh bukan anak kecil ya, mentang-mentang punya teman orang dewasa. Tapi bagi Papa kamu tetap bayi kecil Papa, oke. Sekarang let’s go berangkaat!”

Harry mengadakan jamuan makan malam dengan beberapa orang terdekatnya, sebagai pelepasan dan perpisahan, karena kali ini Harry akan tinggal cukup lama di luar negeri.

Ia mendelegasikan urusan pekerjaannya kepada orang-orang kepercayaannya, dan mempercayakan Anna untuk mengurus urusan rumah dan putrinya.

Setelah mengucapkan beberapa patah kata mereka pun berfoto bersama, Amelia sangat senang, beberapa kali ia minta berfoto bersama Anna dan Papanya. Harry pun sangat menikmati kebersamaan mereka bertiga.

“Papa, ingat ya Pa, nanti kalau di sana jangan genit ya, Pa. Ingat! jangan nakal.”

Semua yang ada di situ tertawa melihat tingkah Amelia. Mereka sudah maklum, Amelia sangat posesif kepada wanita-wanita yang mendekati Papanya.

Tapi juga timbul tanda tanya di hati mereka, siapa Joanna itu, wanita yang sangat dekat dengan Amelia, keluarga Harry kah atau calon istrinya?

Pertanyaan-pertanyaan itu terlintas di benak mereka, namun mereka tidak mau menanyakannya, karena itu masalah pribadi bos mereka.

Tiba-tiba mereka semua dikejutkan dengan kedatangan seseorang.

Seorang wanita dengan penampilan seksi masuk, tubuhnya yang langsing dibalut dengan gaun malam warna hitam, nampak sangat anggun. Ia berjalan meliuk-liuk bagai damar ditiup angin.

"Halo, semuanya! Selamat malam. Kalian kangen aku, kan?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status