Home / Romansa / Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku / Chapter 6. Malam Perpisahan

Share

Chapter 6. Malam Perpisahan

Author: El Hawra
last update Last Updated: 2023-07-03 12:38:55

Anna mulai terbiasa bangun pagi, meskipun awalnya sulit, berkali-kali ia kena tegur Harry.

Ternyata laki-laki yang kelihatannya cool itu sangat disiplin dan tegas kalau urusan kerjaan, pantas ia sudah sukses di usia yang terbilang masih muda.

Terkadang Anna nggak habis pikir, mengapa pria pekerja keras seperti Harry mau nikah muda? Kalau dilihat dari usia Harry yang sekarang 28 tahun sedangkan putrinya sekarang berusia 8 tahun, itu artinya dia menikah pada usia 19 atau 20 tahun.

Buat Anna usia segitu sedang asik-asiknya main, kuliah dan bebas mengekspresikan diri, tapi memang ada sebagian orang yang berprinsip untuk menikah muda.

Anna yang biasanya santai mau tak mau harus mengikuti aturan Harry. Karena dia sudah sepakat mengikuti persyaratan dari Harry terkait perjanjian menjadi pacar pura-puranya.

Setiap pagi Anna berangkat ke rumah Harry, memastikan semuanya yang terkait Amelia sudah siap, lalu mengantar gadis cilik itu ke sekolah.

Setelah itu barulah ia mengurus pekerjaannya sendiri. Untungnya dia punya asisten yang bisa diandalkan, jadi segala urusan pekerjaannya diurus asistennya, dia hanya datang untuk mengecek dan menerima laporan. Sebagian waktunya lebih banyak ia habiskan buat menemani Amelia.

Harry bukan tidak tahu siapa Joanna, diam-diam dia sudah menyelidiki.

Siapa sangka gadis yang berpenampilan tomboy, cuek dan kadang urakan itu pemilik sebuah butik ternama, memiliki usaha dibidang fashion dan industry kreatif, sangat bertolak belakang dengan penampilannya.

Selain itu Anna juga bisa diandalkan dalam mengurus Amelia. Meskipun kelihatannya cuek, sesungguhnya Anna memiliki jiwa keibuan yang kuat, yang membuat anak-anak betah dan gampang lengket kepadanya.

“Mel, nanti malam kita akan dinner di luar, kamu juga An, siap-siap ya," ujar Harry.

“Siap-siap apa? Makan ya makan tinggal jalan,”  sahut Anna cuek.

“Maksud Papa, Kak Anna dandan, pake gaun malam, pake high heel, kayak teman-teman Papa lainnya,” celetuk Amel.

“Huss Amel!”  sergah Harry.

“Wah teman-teman wanita Papa banyak ya Mel?” tanya Anna sambil tersenyum.

“Banyak Kak, tapi Amel nggak suka. Mereka genit-genit, suka nempel sana nempel sini sama lelaki, dan mereka suka pake baju yang kurang bahan.”

“Hahaha bukan kurang bahan Mel, itu memang modelnya begitu, biasanya dirancang untuk acara-acara pesta. Tapi Kakak juga nggak suka, Kakak lebih suka yang casual begini.”

“Tapi yang waktu malam-malam itu, Kak Anna cantik banget pakai gaun malam.”

“Itu terpaksa Mel, Kakak dipaksa nenek buat kencan buta.” Wajah Anna sedikit muram jika ingat kejadian itu.

“Udah jadinya gimana nih nanti malam?” Harry meminta kepastian.

“Memang nanti malam acara khusus ya, Mas? Maksudku apa ada pesta khusus gitu?”

“Nggak sih, tepatnya makan malam perpisahan aja, karena besok aku akan berangkat.”

“Hmm, oke aku paham. Mel kita cari pakaian, yuk!” ajak Anna.

“Pakaian? Mau cari gaun?”

“Haha, bukan gaun Mel, kita ya tetap dengan gaya kita, tapi beda dikit lah karena nanti malam acara perpisahan dengan Papa, biar agak berkesan dikit.”

“Oke Kak, kita couplean aja ya.” Amelia terlihat sangat senang.

“Mas, izin ajak Amel ke butik ya.”

“Oke An, kalau urusan fashion kamu memang ahlinya,” jawab Harry sambil tersenyum.

“Maksudnya?”

“Aku sudah tahu kok An, usaha kamu, nggak usah pura-pura lagi.”

“Siapa yang pura-pura? Nggak penting juga kan mendeklarasikan diri siapa aku, apa usaha atau profesi aku? Mas juga nggak pernah tanya ya, kan?”

“Iya, iyaaa. Ya sudah nih kamu bawa mobil aku aja, aku balik ke kantor sama Mang Ujang karena ada keperluan yang membutuhkan bantuan tenaga Mang Ujang.”

“Beneran? Aku boleh pergi berdua aja sama Amel, nih?”

“Iya.”

“Yess, Mel ayo!”

“Kakak yang nyetir?” tanya Amelia.

“Yup!”

“Yeaay, kalo Mang Ujang kayak siput.”

“Eit! Kalau gitu nggak jadi, kalian pergi sama Mang Ujang aja.”

“Yah Papa, nggak deh Pa, nggak ngebut, ya kan, Kak?”

“Yup.”

“Oke, kali ini kalian boleh pergi berdua, tapi kalau ketahuan ngebut seterusnya gak boleh lagi.”

“Siap boss!!”  jawab Anna dan Amelia kompak. Mereka pun bergegas berangkat.

Harry menatap keduanya sambil tersenyum, kini ia bisa tenang meninggalkan Amelia pada Anna.

***     

Amelia sangat senang, Anna mengajak gadis cilik itu ke butiknya, tentu saja Amelia tidak mengerti kalau butik itu adalah milik Anna.  Anna memilihkan baju semi casual dengan warna pink kesukaan Amelia,  mereka mengenakan pakaian dan aksesories yang sama, cantik dan elegant.

Mereka tiba di rumah Harry sesuai waktu yang telah ditentukan Harry, Anna sudah mulai terbiasa disiplin dan mengikuti pola hidup Harry.

Lelaki itu sudah menunggu mereka, Harry tertegun ketika Anna dan Amelia masuk, mereka Nampak kompak dengan balutan busana yang sama dan aksesories yang sama.

“Papa kok bengong? Kami cantik kan, Pa?”

“Ya, ya yaaa, sangat cantik.”  Harry mengangkat tubuh Amelia ke atas, gadis cilik itu pun tertawa senang.

“Hahaha, Papa Amel bukan anak kecil lagi Pa, masa diangkat begini.”

“Hmh bukan anak kecil ya, mentang-mentang punya teman orang dewasa. Tapi bagi Papa kamu tetap bayi kecil Papa, oke. Sekarang let’s go berangkaat!”

Harry mengadakan jamuan makan malam dengan beberapa orang terdekatnya, sebagai pelepasan dan perpisahan, karena kali ini Harry akan tinggal cukup lama di luar negeri.

Ia mendelegasikan urusan pekerjaannya kepada orang-orang kepercayaannya, dan mempercayakan Anna untuk mengurus urusan rumah dan putrinya.

Setelah mengucapkan beberapa patah kata mereka pun berfoto bersama, Amelia sangat senang, beberapa kali ia minta berfoto bersama Anna dan Papanya. Harry pun sangat menikmati kebersamaan mereka bertiga.

“Papa, ingat ya Pa, nanti kalau di sana jangan genit ya, Pa. Ingat! jangan nakal.”

Semua yang ada di situ tertawa melihat tingkah Amelia. Mereka sudah maklum, Amelia sangat posesif kepada wanita-wanita yang mendekati Papanya.

Tapi juga timbul tanda tanya di hati mereka, siapa Joanna itu, wanita yang sangat dekat dengan Amelia, keluarga Harry kah atau calon istrinya?

Pertanyaan-pertanyaan itu terlintas di benak mereka, namun mereka tidak mau menanyakannya, karena itu masalah pribadi bos mereka.

Tiba-tiba mereka semua dikejutkan dengan kedatangan seseorang.

Seorang wanita dengan penampilan seksi masuk, tubuhnya yang langsing dibalut dengan gaun malam warna hitam, nampak sangat anggun. Ia berjalan meliuk-liuk bagai damar ditiup angin.

"Halo, semuanya! Selamat malam. Kalian kangen aku, kan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku   Epilog

    Roda kehidupan terus berputar, mesin waktu pun terus berpacu. Hari demi hari berganti menjadi bulan, bulan pun terus berubah. Akhirnya kehamilan Anna pun genap 9 bulan.Seorang bayi laki-laki tampan telah dilahirkan, wajahnya sangat mirip dengan Harry, bak pinang dibelah dua. Anna merasa sangat takjub, ia benar-benar merasakan hidupnya menjadi sangat sempurna.Dulu, Anna selalu berpikir, menikah, lalu punya Anak, sangat merepotkan. Setiap hari hanya mengurus anak, sangat tidak bebas, itu sebabnya ia selalu berkeras menolak untuk menikah.Namun siapa sangka, berawal dari ide gilanya yang meminta lelaki yang tak dikenalnya itu untuk menikahinya. Ya, semua memang meluncur begitu saja tanpa ia pikirkan apa yang akan terjadi nantinya.Bermimpi pun tidak pernah, kalau ia akan menjadi istri seorang konglomerat berkebangsaan Inggris. Saat itu ia hanya asal meminta Harry menikahinya, yang dipikirkannya adalah bagaimana menyelamatkan sang nenek yang sedang koma.Siapa sangka, bak gayung bersam

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku   Chapter 115. Keajaiban

    “Ada apa Hubby?” tanya Anna melihat suaminya mematung setelah menerima panggilan telepon, “telepon dari mana?”Harry tidak menjawab, tapi kedua mata lelaki itu berkaca-kaca, ia langsung menatap Amelia dan bergegas memeluknya.“Sayang, Mommy …” Suara Harry terbata-bata seakan tak bisa lagi berbicara.“Ada apa dengan Sis Anne, Hubby?” potong Anna, ia menjadi cemas.Harry menghela napas panjang, ia berusaha mengatur berbagai perasaan yang bergejolak di hatinya, pria itu pun memeluk Amelia dan Anna. “Sis Anne … siuman.”“Apa? Mom sudah bangun?” Amelia seakan tidak percaya, Harry mengangguk.“Oh Tuhan!” Amelia langsung memeluk Harry dan Anna, tangis ketiganya pun pecah, tangis haru dan bahagia, sungguh tak bisa terucapkan dengan kata-kata.Begitu pun Nanny, wanita paruh baya itu tidak bisa lagi menahan tangisnya. Ia adalah saksi perjalanan keluarga ini, seketika terlintas semua kenangan masa lalu, saat-saat ia mulai mengasuh dua putra keluarga terkemuka ini, David dan Harry.Wanita itu p

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku   Chapter 114. Berita Gembira

    “Ada apa?” tanya Vincent kepada anak buahnya, “cepat periksa!”“Baik Boss” Pria itu pun bergegas, sementara Vincent membuka laci mejanya, mengeluarkan 2 buah pistol yang tergeletak di sana.“Gawat Boss!” ujar anak buah Vincent yang tadi melihat ke luar.“Ada apa?”“Kita sudah dikepung!” jawab lelaki itu terengah-engah.“Sial!” Vincent segera memeriksa monitor keamanan, baku tembak pun mulai terdengar.“Boss! Anda harus bersiap menyelamatkan diri, biar di sini anak-anak yang menghadapi.”“Ok, kamu kumpulkan bahan-bahan penting, cepat!”“Siap, Boss!” Tidak berapa lama keduanya pun masuk ke ruang rahasia.“Boss, bagaimana dengan Nona Rebecca?”“Ah tidak penting, kita tidak membutuhkannya, biar saja dia ditangkap tidak banyak juga informasi yang dia tahu.”“OK.” Keduanya pun memasuki lorong rahasia yang gelap dan sempit, namun lorong itu cukup panjang.Sementara itu pihak kepolisian terus merangsek masuk, baku tembak pun terdengar saling bersahutan, hal itu terdengar pula ke kamar Reb

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku   Chapter 113. Akhir Insiden

    Harry sangat cemas, berbagai bayangan buruk melintas begitu saja di benaknya, hal itu membuatnya jadi kurang fokus. Nyaris mobilnya menyenggol mobil lain.“Son, tenangkan dirimu. Jika kau tidak fokus seperti ini, akan sangat buruk dampaknya, sedapat mungkin kau harus menghindari guncangan.”Nanny mengingatkan Harry sambil menepuk bahu lelaki itu lembut. Harry menghela napas, lalu mengurangi kecepatan laju mobilnya.“Nyonya, apa rasanya kencang sekali?” tanya Nanny pada Anna sambil menletakan tangannya di atas perut Anna yang tidak mampu berbicara lagi, ia hanya mengangguk pada Nanny.“Oke, sepertinya kram perut, coba untuk rileks dan mengatur napas.” Anna kembali mengangguk, ia pun mengikuti intruksi Nanny.Tidak lama berselang mereka pun tiba di rumah sakit, Harry segera menggendong istrinya dan membawanya ke unit gawat darurat, tim dokter pun segera melakukan pemeriksaan.Harry sangat gugup, ia mondar-mandir gelisah. Nanny kembali menenagkannya, dan meminta anak asuhnya itu untuk d

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku   Chapter 112. Penyerangan

    Pelayan itu terengah-engah, nampak ia lari tergesa-gesa. “Ada apa?” tanya Nanny. Anna dan Amelia pun berhenti, ikut memperhatikan si pelayan.“Ada orang mabuk menabrak gerbang depan, ditegur security malah dia yang marah-marah dan minta ganti rugi.”Anna dan Nanny saling berpandangan sekilas, namun Nanny segera meminta izin kepada Anna untuk melihat ke luar.“Nyonya dan Nona tenang saja, biar saya yang urus,” ujar Nanny.“Okay, Nanny. Lihat saja kerusakannya, kalau dia minta ganti, bawa saja mobilnya ke bengkel, lalu panggil tukang untuk memperbaiki gerbang jika ada kerusakan.”“Baik Nyonya, saya permisi dulu.” Nanny pun bergegas ke luar diikuti pelayan tadi, Anna dan Amelia pun duduk sambil minum air putih.“Aneh ya, Ma. Masa dia yang menabrak malah minta ganti rugi sama kita.” Amelia berpendapat, mengomentari keributan yang dijelaskan sang pelayan.“Ya namanya orang cari keuntungan, bisa macam-macam, Sayang.” Anna tersenyum sambil meneguk air di botolnya.”Cari keuntungan?” Amel m

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku   Chapter 111. Tamu Tak Diundang

    Postman gadungan itu tersentak, ia menoleh dan melihat ke samping. Seorang lelaki mengenakan jaket dan kaca mata hitam dengan wajah dingin menodongkan pistol ke arahnya,Sontak lelaki yang sedang membuka seragam petugas post itu menggigil ketakutan, ia mengikuti isyarat si penodong untuk masuk ke dalam mobil, yang berhenti tidak jauh dari mereka, lalu melaju meninggalkan tempat itu.Sedangkan di kediaman Barnes, Harry tiba di rumah setelah mendapat telepon dari Nanny, wanita itu segera menyerahkan surat kedua yang dikirim si penjahat. Ia semakin marah membaca isinya, namun Nanny mengingatkan agar Harry tenang dan menenangkan Anna yang masih syock karena membaca isi surat itu.Harry segera menemui Anna yang sedang duduk sendirian di kamar. Wanita itu terlihat sedang memikirkan sesuatu. Yah, Anna memang sedang berusaha memperkirakan berbagai kemungkinan, bahkan yang terburuk.Tidak dipungkiri, sebelum menikah Anna adalah seorang gadis tomboi yang pemberani, ia tidak gentar menghadapi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status