“Mari ikut duduk dengan kamu, Nek,” Montana beranjak, lalu memberi satu kursi kosong untuk nenek. Dia lupa kalau di belakang Megan ada Jesika.“Tidak usah. Nenek akan makan di sebelah sana,” tolak Megan dengan lembut.Megan menarik lengan Jesika lalu mengajaknya pergi menuju meja nomor tiga. Meja yang tidak terlalu jauh dengan posisi Antonio duduk saat ini.“Hei, apa dia istrimu?” sikut Glen sambil memainkan kedua alis dan dagu terangkat. Tatapan yang lain sudah begitu penasaran.“Hm.”“Kenapa tidak kamu kenalkan pada kamu?” tanya Amelda.“Iya, seharusnya kamu kenalkan dia pada kami,” sambung Montana.Tatapan mereka semua penuh rasa curiga sekarang. otak mereka mulai berasumsi yang bukan-bukan tentunya. Melihat bagaimana Antonio yang tampak cuek ketika melihat istrinya datang, lalu ketika dia sama sekali tidak mencoba untuk mengenalkannya pada teman-teman.“Siapa mereka, Nek?” tanya Jesika.Jesika menarim satu kursi untuk nenek duduk lebih dulu, lalu menarik satu kursi kosong lagi unt
Jesika meletakkan wadah air sabunnya di dekt toilet dekat kolam renang. Setelahnya, Jesika masuk ke dalam untuk mengambil minum. Tenggorokan benar-benar kering dan tubuhnya berkeringat sekalipun petang hampir datang.Di saat Jesika tengan menuang air kedalam gelas, di belakang ada seseorang yang tengah mengamatinya dengan sinis. Kedua tangan terlipat seperti hendak mengintimidasi lalu memberi sebuah penghinaan.“Apa yang kamu lakukan pada Antonio?”Jesika hampir saja tersedak karena rasa terkejut. Dia sudah sedikit menumbahkan air dari dalam gelas, tapi buru-buru menariknya lalu meletakkan kembali di atas meja. Sambil mengelap kasar bibirnya yang basah dengan lenggannya, Jesika pun menoleh.“Nyo-nyonya?”Agatha menatap sinis lagi. “Aku heran kenapa Antonio bisa menikah dengan kamu? muncul dari mana kamu bisa sampai tepat di sana sudah mengenakan gaun pengantin?”Jesika menelan susah payah salivanya. Matanya berekedip lebih cepat tanda ia mulai gugup. Semua orang di rumah ini belum tah
“Aku harus tidur di mana?” Jesika tengah mondar-mandir di lantai utama lantai dua.Sambil terus mondar-mandir Jesika sesekali menggigit ujung-ujung kukunya mencoba untuk berfikir. Selama tinggal di sini, Jesika belum pernah berani masuk ke ruangan lain kecuali kamarnya sendiri bersama Antonio. Menurut Jesika masuk ke ruangan lain bisa dikatakan tidak sopan karena memang dirinya hanya orang lain di sini. Kalau pun menjelajahi rumah ini, Jesika hanya akan berakhir di balkon atau taman di belakang rumah. di lain ruang, Jesika hanya akan masuk ke sebuah ruang yang tentunya tak berpintu.Jesika menghentikan gerak kedua kakinya lalu menatap pintu yang tadi ditutup dengan keras. Ujung jemarinya masih ia gigiti, lalu tidak kama kemudian mulai merengek.“Harus apa sekarang? tidur di mana aku?”Jesika melangkah ke tepi, berpegangan pada pagar besi pembatas lalu melihat ke lantai bawah. Suasana di bawah sana terlihat sepi. Sekarang masih pukul enam, Jesika akan bertemu dengan penghuni rumah saat
Jesika selalu memandangi punggung lebar itu setiap kali berjalan di belakang Antonio. Dua pundak yang kokoh, badan tegak, lalu pinggang yang pas, kedua kaki yang panjang. Jesika tidak bisa menjabarkan lebih detail, tapi dia akan selalu mengatakan kalau pria itu memang sempurna.Lalu, apa yang membuat kekasihnya kabur? Apa dia seorang psycopath?Semalam selepas makan malam, Jesika ingin mengajak nenek ngobrol sekaligus bertanya tentang hal itu, namun sayangnya nenek tidur lebih awal karena paginya ada acara. Meskipun umurnya hampir mencapai tuju puluh tahu, tapi sungguh Wanita berambut putih Bernama Megan masih sangt fit.“Tuan …” panggil Jesika lirih.Antonio menoleh. Sambil menunggu Jesika membuka suara lagi, Antonio meraih tas dan ponsel yang dipegang Jesika.“Boleh aku bekerja? Aku suntuk berada di rumah.”Antonio terdiam lalu menoleh pada Tian yang berada tepat berdiri didepan moncong mobil.“Jadi uang yang aku berikan padamu tidak cukup?”“Bukan, bukan. Uang itu sangat cukup, leb
Nyatanya sekalipun Antonio putra dari salah satu pengusaha ternama dan juga salah satu cucu pemilik agensi besar, tidak membuat Namanya yang sedang buruk bisa terlupakan begitu saja. Mengenai rumor tentang pelecehan yang Antonio lakukan memang sudah beres, tapi pada kenyataanya pamor dia sebagai artis tetaplah menurun. Beberapa acara dan konser yang seharusnya ia lakukan pun terpaksa dibatalkan. Ada yang diikuti penjelasan, ada juga yang menghentikannya begitu saja.Melihat siapa yang berdiri menyapanya sekarang, Antonio sungguh tak berminat walau hanya sekedar tatap mata.“Hei! Hei!” wanita itu mundur lalu menghalangi jalan Antonio. “Jangan begitu. Kita tetap teman satu agensi, kan? Dan juga … memang kamu tidak merindukanku?”“Aku sedang tidak ada mood untuk bertengkar. Sebaiknya kamu menyingkir.”“Jangan begitu, Aku sudah lama menunggu kamu untuk datang lagi ke sini. Setidaknya ayo kita mengobrol.”Antonio menghela nafas panjang. “Aku tidak ada waktu sekarang. aku sedang buru-buru.”
“Jadi kamu mau mengambil tawaran papa waktu itu?” tanya Jack. Jack meletakkan berkas yang baru saja diantar bawahannya ke ruangannya di atas meja. Setelah itu, dia menghampiri sang putra yang duduk dengan wajah datar di sofa sambil bersandar.“Aku tidak ma uterus-terusan dikejar wartawan,” ujar Antonio.“Hanya itu?”Antonio menarik badan duduk dengan punggung mencondong bersangga kedua siku tangan pada paha lalu mengehela nafas panjang.“Bukan hanya itu saja. Aku bosan dengan semua ini. aku muak dengan berita yang semakin tidak bermutu.”Cukup memalukan memang datang kesini memohon pada ayah kerena waktu itu pernah menolak secara mentah-mentah tentang pekerjaan yang ditawarkannya.“Papa tidak bisa membiarkanmu mengurus perusahaan ini. kalau mau, kamu bisa mendirikan perusahaan sendiri.”Antonio terdiam menyimak.“Papa hanya tidak mau kamu menjadi topik hangat lagi karena masuk ke sini. Kamu bisa dianggap menumpang jabatan oleh mereka.”Mulanya Antonio berpikir kalau ucapan ayahnya it
Yang lain sudah berada di ruang makan, namun Antonio masih belum juga muncul. “Di mana Antonio, Sayang?” tanya Megan pada Jesika. “Katanya menyusul, Nek.” Wajah Megan tampak biasa saja setelah mendengar jawaban Jesika. Hanya saja ada satu Wanita yang memasang wajah sinis. “Kalian sedang tidak ada masalah, kan?” tanya Agatha. Wanita itu tersneyum sinis. “TidaK, Nyonya.” “Berhenti memanggil Nyonya. Dia bukan majikan kamu,” tegur Megan sambil menatap sedikit sipit. Jesika menelan makanannya susah payah merasa tenggorokannya benar-benar sempit. “Maaf, nek, tapi …” “Dia ibu mertua kamu. panggil saja mama seperti Antonio.” Wajah Agatha acuh tak acuh. Dia menikmati makan malam sambil merengut kesal. Kalau bukan karena hormat pada ibu mertua, sekarang ini mungkin Agatha sudah menyalak. Sunggu rasanya merasa rumah ini semakin sempit ketika ada Jesika. “Dan buat kamu, Agatha …” Megan menatap lurus pada menantunya itu. kalimatnya pelan, tapi jelas sekali ada penekanan. “Jesika di sini
“Kenapa juga aku harus merasa bersalah?” batin Antonio masih sambil menyusuri wajah itu.Berdiri tegak, kedua tangan terlipat di bawah dada. Berapa lama menjalin hubungan dengan sang kekasih sebelumnya, nyatanya baru Wanita ini yang bisa dengan leluasa tidur di kamarnya. Memang sekarang tangah berada di kamar tamu, akan tetapi biasanya satu kamar dengannya.“Kenapa aku bisa menariknya dalam pernikahanku?” Antonio masih bertanya-tanya sendiri di dalam hatinya. “Seharusnya aku tidak perlu melakukan hal ini, kan?”Antonio mendekat lagi, lalu menghela nafas sambil menarik selimut untuk menutupi Sebagian tubuh Jesika.Hingga pagi menjelang, Jesika terbangun ketika sebuah mimpi buruk datang. Seluruh tubuhnya berkeringat sementara nafanya berderu begitu cepat. Jesika terduduk menatap lurus ke depan. Nafasnya sampai terdengar begitu jelas di telinganya sendiri.“Ya Tuhan, ini Cuma mimpi.” Jesika mendesah berat sambil mengusap dadanya.Bagaimana mungkin sosok Joseph bisa datang di dalam mimpin