Share

3. Tahi Lalat

“Apa kamu akan terus-terusan memakai gaun itu?” Antonio keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pinggangnya.

Jesika yang tengah duduk di sofa dekat ranjang langsung memalingkan wajahnya yang memerah. “A-aku….”

“Mandilah. Setelah itu kita turun makan malam.”

“Tapi …”

“Pakaian kamu ada di lemari,” ucap Antonio sambil menunjuk ke sebuah lemari putih besar.

Jesika menatap ke arah sana. Cukup lama dia terdiam memandangi lemari putih itu, sampai-sampai tidak sadar jika Antonio telah selesai berpakaian.

Lalu, saat terdengar langkah Antonio yang nyaris menggapai pintu, Jesika berteriak panik. “Tunggu!”

Antonio menghentikan langkahnya lalu menoleh. “Kenapa?”

Jesika bingung cara mengatakannya, tapi dia kemudian mengangkat tangan ke belakang, lalu memutar tubuh dan menunjukkan resleting gaunnya yang susah dijangkau.

Antonio tidak bereaksi apa-apa selain mendekat. Bibir itu mengatup rapat, tapi kakinya perlahan semakin dekat.

Jesika sudah berdiri sambil memunggungi sejak tadi. Dia sedikit menundukkan kepala sambil menggigit bibir bawah. Rasa takut dan was-was menyerang. Ketika tangan Antonio menyentuh resleting, kedua mata Jesika terpejam erat. Dia masih menggigit bibirnya sampai memerah, menahan debaran jantung yang menggila.

Hingga resleting itu mencapai satu posisi yang dia yakini bisa diraihnya, Jesika berteriak tiba-tiba. “Cukup!”

Tangan Antonio berhenti lalu ia bergerak mundur. Satu alisnya terlihat turun, menunggu Jesika berbalik badan.

Namun, wanita itu tidak berbalik dan masih menunduk. “Terima kasih.”

“Hm.”

Setelahnya, Antonio ke luar meninggalkan kamar. Setelah berada di luar, pria itu terdiam sejenak.

Antonio tahu Jesika merasakan kegugupan tadi. Pun, hal itu dirasakannya, terlebih saat dia melihat bagaimana punggung putih bersih milik Jesika yang dihiasi dengan satu tahi lalat di belakang leher.

Namun, tidak ingin terbawa perasaan lebih jauh, Antonio memutuskan segera turun ke lantai satu.

Sementara itu, di dalam kamar Jesika kembali didera perasaan gelisah. Dia mungkin bisa bernapas lega karena berhasil lari dari pernikahan paksaan yang dirancang orang tuanya. Namun, dia belum akan bisa tenang, karena pelariannya justru berakhir dengan dia terjerat pernikahan ini bersama orang asing yang baru dikenalnya.

‘Apa pernikahanku kali ini bernasib lebih baik?’

**

 “Di mana istrimu?”

Oh astaga! Antonio melupakan status barunya jika dia sudah menjadi seorang suami, dan memiliki seorang istri.

Antonio berdeham mencoba tenang. “Dia sedang mandi.”

“Kenapa tidak kamu tunggu?”

Sebelum perselisihan antara Megan dan Antonio terjadi, Ibu Antonio lebih dulu melerai. “Ibu, biarlah … nanti juga menyusul ke sini.”

Raut wajah Megan terlihat datar usai berdecak. “Dia itu orang baru di sini. Seharusnya kamu tunggu.” Wanita tua itu seolah tuli pada pembelaan Agatha—Ibu Antonio tadi.

“Iya, Nek,” desah Antonio.

Antonio mendesah berat sebelum mengangkat pantatnya. Dia terpaksa naik lagi ke lantai dua untuk menjemput wanita asing yang sekarang resmi menjadi istrinya.

Seharusnya tidak masalah jika Antonio langsung nyelonong masuk tanpa mengetuk pintu. Itu adalah kamarnya sendiri. Tak ada siapa pun di dalam sini.

Namun, Antonio seolah kembali lupa bahwa ada Jesika yang juga akan menghuni kamar itu bersama dirinya. Saat pria itu masuk, terlihat Jesika sedang menatap lekat pada dressing room yang memang telah lengkap terisi.

Tatapan heran, bercampur dengan kekaguman terpancar dari binar mata gadis itu. Namun, hingga lebih dari 5 menit, tidak ada satu pun yang diambil Jesika untuk dipakai … hingga akhirnya membuat Antonio menggeram, “Apa tidak bisa cepat sedikit?!”

Jesika terlonjak begitu saja ketika mendengar suara Antonio. Jesika yang hanya mengenakan handuk, sebisa mungkin memeluk tubuhnya sendiri.

“Kenapa Anda bisa ada di sini?”

“Ini kamarku.”

“Oh, maaf.” Jesika langsung menunduk. Dia benar-benar malu sekarang.

Antonio tidak ada niatan untuk tertarik menatap kemolekan tubuh Jesika, tapi dua matanya berkhianat. Aroma segar yang menguar dari tubuh Jesika bahkan mampu tercium olehnya.

Pria itu meneguk kasar salivanya. “Pakai bajumu. Aku tidak suka menunggu lama.”

“Bisakah Anda keluar dulu?”

Antonio masih mematung untuk beberapa detik sebelum kemudian melenggang keluar menunggu di atas ranjang. Dia duduk di sana, membuka ponselnya—melihat— seberapa banyak pesan yang masuk hari ini.

Pesan dari teman-temannya membuat ponselnya terasa penuh. Mereka menanyakan tentang pernikahan dadakan yang dengan teganya tidak mengundangnya. Antonio orang yang berpengaruh, semua akan menjadi topik hangat jika berita tentang pernikahannya tersebar luas.

Sayangnya, kenyatannya memang begitu. Berita sudah bersliweran muncul di televisi sejak kemarin.

[Siapa wanita yang sebenarnya dinikahi oleh Antonio—penyanyi tampan yang dikabarkan tengah mengalami keuangan yang sulit??]

“Berita sialan!” umpatnya sambil melempar ponsel ke tengah ranjang.

Orang tidak akan tahu siapa Antonio sebenarnya. Mereka sekaligus teman satu agensinya, hanya tahu kalau Antonio seorang penyanyi berbakat. Dia juga pernah bermain dalam serial televisi.

Sayanganya berita tidak mengenakkan kemudian tersebar. Antonio diduga terlibat sebuah skandal melecehkan seseorang. Seolah penilaian media yang buruk terhadapnya belum cukup, Antonio kembali dihujam ujian manakala kekasihnya kabur saat hari pernikahan tanpa kejelasan.

“Media memang benar-benar brengsek!” umpatnya sekali lagi.

Di balik dinding, diam-diam Jesika menguping. Dia mencoba mengingat-ingat sesuatu tentang pria aneh yang duduk di atas ranjang itu. “Wajahnya memang tidak asing, tapi siapa ya?”

Jesika mengeluarkan kakinya kemudian berdeham. Antonio langsung mengangkat wajahnya. Tatapannya terlihat datar sekaligus angkuh. “Kenapa ada Wanita selelet dirimu?”

Jesika hanya diam sambil memanyunkan bibir.

Antonio berdiri dengan memasukkan tangan ke dalam saku celana. Tatapannya semakin tajam pada lawan bicara. “Jangan katakan macam-macam ketika Nenek bicara. Dan jangan berani menjawab, itu tugasku!”

 Jesika mengangguk. Dari nada bicara dan raut wajah Antonio, Jesika menduga jika wanita tua itulah yang paling berkuasa di rumah mewah ini.

‘Haruskah aku dekati nenek itu?’

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status