Share

4. Tiket Bulan Madu

“Kemari, Sayang!”

Sambutan hangat dari Nenek yang sudah menunggu di meja makan, diikuti tatapan kedua orang tua Antonio yang tidak bisa ditebak maksudnya itu benar-benar membuat Jesika gugup.

Seorang pelayan menggeser bangku makan untuk Jesika. Malu-malu, gadis itu menurut dan menghampiri Nenek Megan. Meski telah mengetahui Nenek memperlakukannya dengan baik, tetap saja membuat badannya terasa panas dingin. Kedua tangannya gemetaran dan basah.

 “Sini, Sayang,” ucap Megan lagi. “Duduk dekat Nenek.”

Jesika tersenyum, tapi jelas sekali sebuah senyum yang berbetuk seperti sebuah kepanikan yang disembunyikan.

Makan malam pun berlangsung. Tidak ada obrolan selama proses makan malam. Mereka semua terdiam menikmati hidangan yang ada. Suasan hening yang terasa, justru membuat Jesika semakin merasa gugup.

Ketika tiba waktunya menyantap hidangan penutup, Agatha berdehem membuat yang lain terkesiap sesaat. “Antonio, kamu tidak mau sedikit bercerita tentang istrimu sama nenekmu?” tanyanya.

Antonio yang masih mengunyah, mengangkat wajah. Ekspresinya terlihat santai. “Cerita tentang apa?”

“Bagiamana kalian bisa menikah, misalnya.”

Jesika yang sedari tadi hanya bisa menunduk, menelan ludah. Entah kenapa makanan terasa sulit sekali untuk ditelan.

Antonio menoleh ke samping, di mana sang nenek duduk di samping Jesika. “Apa Nenek ingin tahu?”

Megan tersenyum pada Antonio, tapi tangannya mengusap lengan Jesika. “Kamu bisa ceritakan kapan-kapan.”

Antonio balas tersenyum lalu mengucapkan kata terima kasih dengan lembut. Sebuah nada yang membuat Jesika cukup terkejut. Tadi, ketika di dalam ruangan pribadi, Antonio bersikap begitu keras ketika bebicara, namun saat didepan neneknya, semua itu berbading terbalik.

Di tengah tiga orang yang sedang saling melempar senyum, ada raut wajah kesal yang tengah menatap mereka. Bibir itu terlihat bergerak menandakan rasa tidak suka.

Selesai meneguk minum, Agatha langsung pamit pergi lebih dulu meninggalkan ruang makan.

Dalam batin Jesika, ia berkata, ‘Apa beliau tipe mertua seperti di dalam sebuah drama tv yang sering kutonton? Sepertinya tidak menyukaiku?’

Tidak lama, Jack menyusul sang istri ke dalam. Sementara di ruang makan, hanya menyisakan tiga orang saja.

“Kamu suka dengan rumah ini?” tanya Megan.

Jesika bingung harus menjawab apa. Dia sangat kagum dengan rumah mewah ini. Hidup di keluarga sederhana, jelas dia jadi salah satu anak yang memimpikan kemewahan sejak kecil. Namun dia tidak menyangka, jika mimpinya justru terwujud dengan cara yang tidak pernah dia pikirkan—dengan menikahi pria asing.

“Kalau Antonio tidak bersikap baik padamu, kamu bisa melaporkannya pada Nenek.”

Jesika tersenyum kecut. “I-iya, Nek.”

“Oh ya, Antonio. Nenek sudah siapkan tiket ke Bali untuk kalian.”

Kening Atonio berkerut. “Untuk apa tiket ke Bali?”

“Tentu saja untuk bulan madu. Bukankah anak sekarang selalu melakukan itu usai menikah?”

Jesika sudah menelan ludah sementara Antonio, pria itu kehilangan kata-katanya untuk menolak. “Tapi, Nek—”

“Kalian akan berangkat lusa. Jadi kalau bisa bersiap-siap dari sekarang saja.”

Di luar dugaan, Antonio beranjak menghampiri Megan, lalu berlutut sambil menggenggam kedua tangan neneknya yang sudah keriput itu. “Nek, aku tidak harus bulan madu jauh-jauh. Sungguh.”

“Lalu? Kamu mau bulan madu ke mana?”

Terlihat di netra Jesika, jika Antonio menahan geraman usai mendengar pertanyaan neneknya.

“Bukan begitu. Maksudku, aku tidak harus melakukan bulan madu.”

Plak!

Megan menampar lengan atas Antonio. Jesika, sampai ikut tersentak karena tidak mengira pria itu mendapatkan pukulan cukup keras, kendati tidak menyakiti.

“Nenek sudah pesankan tiket, dan kamu menolaknya? Jahat sekali kamu!”

 “Nek, bukan begitu …” Antonio kembali menggenggam lebih erat tangan neneknya. Tatapan memohon pria itu semakin terlihat jelas.

Alih-alih menjawab Antonio yang tengah memohon, Megan justru menarik tangannya lalu menoleh ke arah Jesika. Wanita tua itu bertanya, “Sayang, kamu mau kan bulan madu dengan Antonio?”

Jesika tersenyum kecut sambil menggaruk tengkuk. Sungguh memalukan sekali mendengar pertanyaan seperti itu. “Ah, aku ….”

“Nenek tidak mau tahu. Kalian harus berangkat ke Bali lusa. Kalau kalian menolak, nenek tidak segan-segan mengusir kalian!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nanik Nani
semangat .menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status