Share

Bab 11

Walaupun keluarga Agnes mempunyai perusahaan sendiri, perusahaan mereka tidaklah besar. Mobil ayahnya juga tidak semahal ini.

"Ini mobilku," ujar Josh. Begitu ucapan ini dilontarkan, Rubeus dan lainnya buru-buru menatap Josh.

"Sobat, berhenti bercanda," sahut Rubeus dengan tersenyum seraya menepuk bahu Josh. Dia mengira Josh sedang bercanda. Bagaimanapun, dia tahu betul situasi keluarga Josh.

Phebe juga tergelak dan berkata, "Huh! Orang sepertimu sanggup membeli Lamborghini? Aku masih percaya kalau melihatmu mengendarai sepeda."

"Pakaianmu jelas-jelas begitu murahan, kamu masih berani membual Lamborghini ini adalah milikmu? Dasar nggak tahu malu! Malah aku yang merasa malu karena berdiri bersamamu," timpal Agnes yang merasa kecewa sambil menggeleng. Jika tahu bahwa Rubeus akan memperkenalkannya kepada pria seperti ini, dia tidak akan datang.

"Maaf sekali, tapi aku nggak bercanda ataupun membual. Ini memang mobilku!" jelas Josh dengan tidak acuh.

Saat ini, pintu mobil Lamborghini akhirnya terbuka. Terlihat seorang pria paruh baya yang mengenakan jas turun dari kursi pengemudi. Begitu melihatnya, Josh langsung mengenalinya. Dia adalah manajer showroom Lamborghini.

Melihat ini, Phebe segera berkata, "Lihat, itu pemilik mobilnya. Josh, bukannya kamu membual tadi? Pemilik mobilnya sudah muncul. Apa lagi yang bisa kamu katakan sekarang?"

"Bukan, dia adalah manajer showroom Lamborghini, aku pernah melihatnya," timpal Agnes.

Di bawah tatapan semua orang, manajer itu menghampiri Josh seraya tersenyum. Dia membungkuk memberi hormat, lalu menyerahkan kunci mobil dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Josh, ini kunci mobilmu. Silakan."

Melihat pemandangan ini, Rubeus, Phebe, dan Agnes sontak tercengang hingga hanya bisa terdiam di tempat. Mereka sungguh tidak menduga bahwa si manajer akan menyerahkan kunci mobil kepada Josh. Itu artinya, Josh adalah pemilik mobil ini?

"Maaf sudah merepotkanmu. Malam-malam begini, kamu masih harus mengantarkan kunci untukku," balas Josh dengan nada datar sambil mengambil kunci tersebut.

"Tuan, jangan begitu sungkan. Asalkan kamu membutuhkan bantuan, aku tetap akan datang meskipun hari sudah tengah malam," ujar si manajer seraya tersenyum sopan. Kemudian, dia meneruskan, "Tuan, kalau begitu, aku pamit dulu. Kalau ada pertanyaan tentang mobil, silakan hubungi aku."

Sesudah manajer itu pergi, Josh menoleh menatap Rubeus dan lainnya. Dia bertanya sambil tersenyum, "Sekarang, kalian sudah percaya, 'kan?"

Mendengar ini, ketiganya baru tersadar dari keterkejutan mereka. Phebe dan Agnes menelan air liur. Mereka sulit untuk memercayai hal ini, tetapi bukti telah terpampang jelas sehingga mereka tidak punya pilihan lain selain percaya. Ketika teringat pada Josh yang memiliki mobil sport semahal ini, mereka benar-benar syok. Bukankah hanya miliarder yang bisa memiliki mobil semahal ini?

Saat ini, Agnes tiba-tiba tersenyum ramah. Dia berkata sambil maju untuk merangkul lengan Josh, "Josh, aku khilaf, makanya bersikap begitu buruk padamu. Tolong maafkan aku. Begini saja, kita masuk dan bersenang-senang lagi. Aku pasti akan menebus kesalahanku."

Ketika melihat sikap Agnes yang berubah drastis, Josh tak kuasa ingin tertawa. Wanita ini benar-benar matre! Josh tentu tahu bahwa sikap wanita ini tiba-tiba berubah karena uang.

"Asalkan aku mau, para wanita di bar yang lebih cantik darimu pasti bersedia menemaniku. Kamu kira dirimu sangat cantik dan pantas untukku?" timpal Josh sembari mendorong Agnes.

Sesuai dugaan, banyak wanita cantik dengan riasan tebal yang menghampirinya sekarang. Mereka mulai merayu Josh.

"Tampan, apa kita bisa berkenalan? Aku akan memberimu nomorku."

"Tampan, traktir aku minum dong!"

"Tampan, aku nggak punya janji malam ini."

Para wanita cantik dengan riasan tebal ini berinisiatif mengobrol dengan Josh, bahkan menempelkan tubuh mereka kepadanya. Tidak ada seorang pun yang kalah cantik dari Agnes. Melihat ini, beberapa wanita dengan paras biasa-biasa saja pun tidak berani maju untuk merayu Josh.

Josh mendongak dan berkata dengan tidak acuh, "Agnes, kamu lihat ini? Aku nggak kekurangan wanita, apalagi wanita rendahan sepertimu."

Begitu mendengar hinaan Josh ini, wajah Agnes sontak memerah. Jika orang biasa yang menghinanya, dia pasti sudah mengamuk. Namun, dia tidak berani marah karena mobil yang dikendarai Josh sudah cukup untuk membuktikan bahwa dia bukan berasal dari keluarga biasa.

Josh mengeluarkan segepok uang, lalu melemparkannya kepada para wanita yang menggodanya. Dia berteriak, "Ambil uangnya dan pergi dari sini. Aku nggak tertarik dengan kalian semua!"

Para wanita ini sangat kotor karena sudah pernah bercinta dengan banyak pria. Itu sebabnya, Josh sama sekali tidak tertarik.

"Terima kasih, Tampan!" Sesudah mengambil uang, para wanita itu buru-buru mengucapkan terima kasih seraya tersenyum. Kemudian, mereka baru meninggalkan tempat tersebut. Mereka tidak merasa kecewa. Wajar jika miliarder yang mengendarai mobil sport mahal tidak tertarik pada wanita murahan seperti mereka.

Kemudian, Josh menatap Phebe yang berdiri di sampingnya. Ketika berada di dalam bar, wanita ini juga terus menghinanya.

Begitu merasakan tatapan Josh, tubuh mungilnya pun gemetaran. Dia segera memaksakan senyuman dan berkata, "Josh, sebelumnya itu hanya salah paham. Aku minta maaf karena sudah salah menilaimu. Demi hubunganmu dengan pacarku, tolong ampuni aku."

"Aku akan memaafkanmu demi Rubeus. Tapi, jangan sampai kamu mengulanginya," sahut Josh dengan dingin.

Mendengar ini, Phebe pun menghela napas lega. Pada saat yang sama, dia tentu merasa menyesal. Padahal, dia bisa mendekati Josh jika bersikap ramah padanya sebelumnya.

Saat ini, Josh beralih menatap Rubeus. Rubeus masih belum pulih dari keterkejutannya. Dia berkata dengan terbata-bata, "Josh, ka ... kamu ...."

Sepengetahuan Rubeus, keluarga Josh sangat miskin. Lantas, mengapa Josh tiba-tiba memiliki mobil Lamborghini? Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi sekarang.

"Rubeus, cepat naik. Aku akan mengantarmu ke universitas dan menceritakan semuanya kepadamu," kata Josh sembari menepuk bahu Rubeus.

"Sayang, pergilah. Kami akan naik taksi pulang," ujar Phebe yang mendorong Rubeus. Menurut Phebe, Josh mungkin sudah menjadi kaya sekarang. Dia tentu berharap Rubeus bisa memiliki hubungan yang baik dengan Josh. Dengan begini, dia baru bisa mendapat keuntungan dari mereka.

Rubeus mengangguk, lalu mengikuti Josh dengan semangat dan duduk di dalam Lamborghini.

Seiring dengan suara mesin yang memekakkan telinga, Lamborghini tersebut melaju dengan cepat di bawah tatapan iri semua orang.

Di dalam mobil, Josh tersenyum seraya berkata dengan emosional, "Mobil ini memang keren. Tenaga dan suaranya benar-benar dahsyat!"

Keluarganya Rubeus memiliki mobil Volkswagen Jetta. Waktu itu, Rubeus pernah membawa mobilnya keluar secara diam-diam. Kadang, dia akan membiarkan Josh mengemudikannya. Jadi, Rubeus adalah orang yang mengajari Josh cara mengemudi.

"Tentu saja, ini adalah Lamborghini Aventador dengan engine V12. Aku nggak nyangka bisa menaiki mobil seperti ini," ujar Rubeus dengan penuh semangat. Kemudian, dia menoleh dan bertanya, "Josh, apa kamu sudah bisa memberitahuku sekarang? Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa kamu bisa membeli Lamborghini?"

Sampai sekarang, Rubeus masih sulit untuk memercayai kenyataan ini.

Josh tersenyum sembari menjawab, "Rubeus, apa kamu tahu Marcus Parker?"

"Marcus Parker? Orang terkaya di provinsi barat daya? Dia sangat kaya, semua orang mengenalnya!" sahut Rubeus.

"Aku adalah cucu luarnya," jelas Josh.

"Apa? Kamu ... cucu Marcus Parker?" teriak Rubeus yang membelalakkan matanya. Suaranya bahkan terdengar melengking saking terkejutnya.

"Josh, kamu pasti bercanda, 'kan? Kamu benar-benar cucunya Marcus Parker?" tanya Rubeus dengan suara yang masih melengking.

Tidak heran jika Rubeus tidak memercayai Josh. Bagaimanapun, hal ini terlalu di luar nalar. Apabila ada teman yang tiba-tiba mengatakan bahwa dia adalah anaknya presiden, siapa pun tidak akan bisa memercayainya.

Josh menjelaskan dengan tersenyum, "Aku juga baru tahu belakangan ini. Aku awalnya nggak percaya, tapi faktanya memang seperti itu. Kalau nggak, mana mungkin aku bisa membeli Lamborghini?"

Rubeus mengangguk mendengarnya. Meskipun tidak masuk akal, Lamborghini ini sudah membuktikan semuanya. Dia percaya pada ucapan Josh.

"Selain itu, apa kamu tahu alasan Daniel si Kejam dipecat?" tanya Josh yang berkemudi.

"Kenapa?" tanya Rubeus dengan penasaran.

"Karena aku menyumbangkan uang 20 miliar kepada universitas. Jadi, rektor pun memecatnya," sahut Josh.

"Gila! Kamu adalah mahasiswa kaya misterius itu?" Rubeus tercengang hingga terbelalak dengan lebar. Kemudian, dia melanjutkan sambil menepuk pahanya, "Aku akhirnya mengerti kenapa kamu nggak takut pada Daniel waktu itu. Aku kira kamu menjadi aneh karena putus cinta. Ternyata, kamu sudah yakin bahwa universitas akan memecat Daniel!"

"Selain itu, aku juga nggak mengerti kenapa kamu berani menantang dan melukai Armand. Sekarang, aku akhirnya mengerti semua. Ini karena kamu adalah cucu dari orang terkaya di provinsi barat daya. Latar belakangmu jauh lebih kuat darinya!" tambah Rubeus dengan penuh semangat.

Setelah mengetahui identitas Josh ini, misteri dalam hati Rubeus akhirnya terpecahkan. Rubeus terlalu bersemangat hingga tidak tahu harus mengatakan apa lagi, dia hanya berkata, "Keren, benar-benar keren. Haha!"

"Rubeus, dulu kita selalu ditindas di universitas. Tapi, mulai sekarang, kamu boleh menampar siapa pun yang berani menindas kita. Kalau ada masalah, aku yang akan mengurusnya," ucap Josh dengan penuh percaya diri.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status