Share

Bab 10

Setelah keluar dari showroom, Josh langsung kembali ke universitas. Dia tidak melihat Armand di ruang kelas. Kemungkinan besar, Armand masih diopname di rumah sakit.

Sementara itu, identitas penyumbang misterius masih menggemparkan Universitas Sunrise. Semua orang sudah mengetahui hal ini, tetapi tidak ada yang tahu siapa tuan muda kaya ini.

Ketika masuk ke ruang kelas, Josh menemukan amplop berisi uang 40 juta beserta sebuah surat di laci mejanya. Dia segera membacanya.

[ Josh, terima kasih atas niat baikmu. Tapi, aku nggak bisa menerima uang ini secara cuma-cuma. ]

Meskipun tidak tertera nama si penulis, Josh tahu bahwa Elsa yang menulisnya. Uang ini adalah uang yang diberikan Josh kemarin malam.

"Gadis ini menolak uang yang kuberi secara cuma-cuma? Tsk tsk, menarik sekali," gumam Josh yang tak kuasa menahan senyuman. Kemudian, dia mendongak menatap Elsa yang duduk di barisan paling depan. Gadis itu sedang membaca buku sekarang.

Melihat ini, Josh membatin dengan emosional, 'Gadis ini benar-benar berbeda dari mantan kekasihku.'

Josh baru menyadari bahwa dia sepertinya agak tertarik dengan Elsa. Tiba-tiba, Rubeus yang semeja dengannya menepuknya dan bertanya, "Josh, kenapa kamu terus menatap Elsa? Jangan-jangan, kamu menyukainya? Sadarlah, kamu sudah punya pacar!"

"Aku sudah putus dengan Hazel 2 hari yang lalu," jawab Josh.

"Apa? Kalian putus? Kenapa?" Rubeus sungguh tercengang mendengarnya.

"Dia nggak suka aku miskin," balas Josh sambil merentangkan tangannya.

"Gila. Pantas saja, kamu begitu aneh 2 hari ini. Ternyata, kamu putus cinta!" seru Rubeus yang akhirnya mengerti. Kemudian, dia meneruskan seraya menepuk bahu Josh, "Begini saja, aku akan mentraktirmu minum malam ini."

Rubeus mengira suasana hati Josh buruk karena putus cinta. Dia tentu harus menemani Josh minum-minum. Mendengar ini, Josh pun mengangguk dan menyetujuinya, "Oke."

....

Pukul 20.00, di Bar Sensey. Begitu masuk, suara musik yang memekakkan langsung terdengar. Jujur saja, Josh kurang menyukai lingkungan seperti ini. Bar selalu ramai pada malam hari sehingga ada banyak orang sekarang.

Setelah melihat Josh, Rubeus buru-buru melambaikan tangan untuk memanggilnya, "Josh, di sini!"

Josh mengangguk, lalu bergegas menghampiri Rubeus. Begitu duduk, Rubeus langsung berbisik, "Josh, karena kamu sudah putus, aku akan memperkenalkan wanita cantik untukmu supaya kamu bisa memulai lembaran baru."

Josh baru mengerti bahwa Rubeus mengajaknya minum-minum karena khawatir dirinya sedih. Itu sebabnya, Rubeus juga ingin memperkenalkan wanita baru kepadanya.

Mendengar ini, Josh seketika menyunggingkan senyuman getir. Kecemasan Rubeus sudah berlebihan. Meskipun demikian, dia tetap merasa tersentuh dengan tindakan temannya ini.

Selain Rubeus, masih ada 2 gadis yang duduk bersama Josh. Mereka berdandan dengan sangat cantik. Salah satunya adalah kekasih Rubeus yang bernama Phebe Zacharia. Sementara itu, Josh tidak pernah bertemu dengan gadis yang satu lagi. Namanya adalah Agnes Minogue, dia adalah wanita yang ingin diperkenalkan Rubeus kepada Josh.

"Josh, cepat sapa dia," ujar Rubeus sembari menyenggol tubuh Josh.

"Halo, namaku Josh," kata Josh sambil mengulurkan tangannya. Meskipun tidak tertarik pada gadis ini, dia tetap menjaga harga diri Rubeus.

Agnes mengamati Josh. Ketika melihat pakaian Josh, dia pun mencebik dan terlihat agak kecewa. Dia merespons dengan singkat tanpa berniat berjabat tangan dengan Josh, "Namaku Agnes."

Josh pun menggeleng seraya tersenyum getir dan menarik tangannya kembali. Dia tentu tahu bahwa Agnes ini meremehkannya sehingga tidak ingin berjabat tangan dengannya.

Saat ini, Phebe berkata, "Rubeus, kamu bilang mau memperkenalkan pacar untuk Agnes. Aku kira siapa, ternyata Josh. Kalau begitu, kamu beri tahu Agnes tentang keluarga Josh dulu."

Josh langsung mengernyit mendengarnya. Phebe jelas-jelas tahu bahwa keluarganya sangat miskin, tetapi masih menyuruh Rubeus mengatakannya. Jelas, gadis ini ingin menghinanya miskin.

Josh memiliki kesan yang buruk terhadap Phebe. Gadis ini jelas sangat licik. Dulu, Josh sudah pernah menasihati Rubeus untuk tidak berpacaran dengannya. Sayangnya, Rubeus telah dibutakan oleh cinta. Dia sama sekali tidak mendengar nasihat Josh.

"Aku berasal dari keluarga yang sangat miskin, nggak perlu dijelaskan lagi," ujar Josh sambil menyesap birnya.

Rubeus menyadari bahwa suasana menjadi sangat canggung. Jadi, dia buru-buru mencairkan suasana, "Err ... meskipun sahabatku ini nggak kaya, dia sangatlah cerdas. Dia pasti bisa menemukan pekerjaan yang baik setelah tamat. Masa depannya pasti sangat cerah!"

Agnes terkekeh-kekeh dingin, lalu menimpali, "Hehe. Dia hanya mahasiswa dari universitas biasa. Kalaupun bekerja keras seumur hidup, dia tetap kalah jauh dari anak orang kaya."

Phebe turut berbicara, "Benar. Belakangan ini, ada seorang mahasiswa kaya misterius di universitas. Dia menyumbang uang sampai 20 miliar. Meskipun Josh bekerja keras seumur hidup, dia nggak akan bisa dibandingkan dengan mahasiswa ini."

"Tentu saja," sahut Josh sambil tersenyum. Dia awalnya ingin mengatakan bahwa mahasiswa misterius itu adalah dirinya. Namun, orang-orang ini tidak akan memercayainya. Sebaliknya, kedua gadis ini akan mengejeknya pintar membual.

"Kamu tahu diri juga. Apa kamu tahu latar belakang Agnes? Asal kamu tahu saja, keluarganya memiliki perusahaan. Mana mungkin kamu pantas untuknya!" ejek Phebe dengan angkuh.

"Maaf sekali, justru dia yang nggak pantas untukku," ujar Josh dengan tidak acuh. Kini, dia adalah cucu dari orang terkaya di provinsi barat daya. Dia sama sekali tidak tertarik dengan putri dari keluarga kecil.

"Apa? Kamu bilang Agnes nggak pantas untuk orang kampungan sepertimu? Berani sekali kamu bicara begitu. Dasar nggak tahu malu!" teriak Phebe yang seolah-olah telah mendengar lelucon terbesar.

Raut wajah Agnes pun terlihat kesal. Berani sekali orang kampungan seperti Josh mengatakan hal itu. Kemudian, dia mengeluarkan sebuah undangan seraya berkata dengan sombong, "Hei, kamu tahu undangan apa ini? Ini adalah undangan dari kantor cabang Grup Vagant Kota Sunrise. Orang miskin sepertimu nggak akan bisa menghadiri acara semewah ini!"

"Wah, undangan dari Grup Vagant. Aku iri sekali padamu!" seru Phebe dengan ekspresi kagum.

Grup Vagant sangat terkenal di 3 provinsi barat daya. Meskipun hanya undangan dari kantor cabang, orang-orang tetap saja merasa sangat keren. Apalagi, reputasi dan status kantor cabang Grup Vagant Kota Sunrise sangat luar biasa. Bagi orang-orang seperti Phebe dan Agnes, perusahaan ini benar-benar sulit untuk dijangkau.

Mendengar ini, Josh tak kuasa memperlihatkan senyuman nakal. Dia adalah dirut kantor cabang Grup Vagant, tetapi Agnes malah mengeluarkan undangan itu untuk menyombongkan diri.

"Agnes, kamu akan menghadiri pesta ini Sabtu nanti, 'kan? Mungkin saja, kita akan bertemu nanti," kata Josh sembari tersenyum. Dia adalah bintang utama acara ini. Jika Agnes datang, dia tentu akan bertemu dengan Josh. Entah bagaimana reaksi gadis ini saat mendapati bahwa Josh adalah dirut kantor cabang?

"Bertemu denganmu? Mana mungkin! Kamu nggak berhak untuk hadir," ejek Agnes dengan sinis.

"Belum tentu. Kalau dia menjadi petugas kebersihan di sana, dia mungkin bisa masuk," hina Phebe sambil menutup mulutnya untuk tertawa.

"Sudah, jangan dibahas lagi. Ayo, kita berdansa," usul Rubeus karena merasa suasana menjadi makin buruk. Kemudian, dia menyarankan, "Aku akan berdansa dengan Phebe. Josh, Agnes, kalian berdansa bersama saja."

"Maaf, tapi dia nggak pantas berdansa denganku," sahut Agnes dengan dingin tanpa melirik Josh. Kemudian, dia langsung berjalan ke lantai dansa sendirian.

"Ini ...." Rubeus benar-benar merasa canggung. Dia ingin memperkenalkan pacar baru untuk Josh, tetapi malah mengacaukan semuanya. Dia pun berkata dengan ekspresi menyesal, "Josh, maafkan aku. Aku nggak nyangka akan menjadi begini."

"Nggak masalah, Rubeus." Josh menepuk bahu Rubeus karena tahu bahwa sahabatnya ini tulus ingin membantu.

Pada akhirnya, Rubeus tidak pergi ke lantai dansa dan menemani Josh minum. Saat ini, Josh menerima telepon dari showroom Lamborghini. Lantaran bar terlalu berisik, dia terpaksa pergi ke toilet untuk menjawab telepon.

Pihak showroom mengatakan bahwa semua prosedur telah selesai diurus. Mereka bertanya kapan dan ke mana mobil ini harus diantar. Setelah mempertimbangkan sesaat, Josh menyuruh mereka untuk langsung mengantarnya ke Bar Sensey. Jadi, dia bisa langsung membawanya nanti.

Sekitar 30 menit kemudian, Agnes meninggalkan lantai dansa. Dia berkata, "Hari ini nggak seru, kita pergi saja."

Begitu keluar, Agnes melihat sebuah Lamborghini Aventador yang berwarna jingga tengah berhenti di depan pintu masuk bar. Mobil itu tidak lain adalah milik Josh. Mobil sport sekeren ini tentu sangat menyita perhatian orang-orang.

"Wah, keren sekali Lamborghini ini!"

"Siapa pemilik mobil ini? Kalau mobilnya berhenti di depan pintu masuk bar, itu artinya si pemilik ada di dalam. Wanita yang beruntung mungkin bisa berkenalan dengan pemiliknya malam ini!"

"Alangkah bagusnya kalau aku punya mobil sekeren ini!"

....

Banyak sekali anak muda yang mengelilingi mobil ini. Mereka berdiskusi sambil mengeluarkan ponsel untuk memotret. Bahkan, ada beberapa wanita cantik yang menunggu di sana. Begitu tuan muda pemilik mobil ini muncul, mereka akan langsung maju untuk merayunya.

Lamborghini Aventador memiliki julukan penakluk dunia malam. Julukan ini tentu disertai alasan. Di Kota Sunrise ini, tidak banyak anak orang kaya yang sanggup membeli mobil semewah ini.

"Wah! Lamborghini!" seru Agnes dan Phebe dengan takjub saat melihat mobil ini.

"Andai saja pacarku punya mobil ini. Dia pasti akan terlihat sangat keren!" ujar Phebe dengan iri.

"Jangan mimpi. Mobil ini harganya hampir 16 miliar. Aku nggak mungkin bisa membelinya," sahut Rubeus seraya menggeleng dan tersenyum getir.

Agnes juga berkata dengan iri, "Entah siapa pemilik mobil ini. Seandainya aku bisa berkenalan dengan tuan muda itu ...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status