Share

Bab 9

"Apa katamu? Kamu datang untuk membeli mobil?" tanya Garry dengan nada melengking karena terkejut.

Saat berikutnya, Garry dan beberapa pramuniaga yang berdiri di sekitar pun tidak bisa menahan tawa. Orang-orang yang datang kemari untuk membeli mobil sangatlah kaya. Tidak ada yang mengenakan pakaian murahan seperti Josh.

"Josh, tempat ini adalah showroom Lamborghini. Yang kami jual adalah mobil mewah, bukan sepeda," jelas Garry sambil menahan tawanya.

Josh mengerutkan dahinya karena tahu bahwa Garry merendahkannya. Dia pun menimpali, "Aku tahu. Aku memang kemari untuk membeli mobil. Kenapa? Kalian nggak menyambutku?"

"Kami tentu menyambutmu. Tapi, kamu yakin bisa membeli mobil di sini?" tanya Garry yang tersenyum merendahkan.

Para pramuniaga di sekitar turut berbicara, "Hei, apa kamu tahu harga mobil di sini mencapai puluhan miliar?"

"Ya, mana mungkin kamu bisa membeli Lamborghini? Konyol sekali!" Mereka sama sekali tidak percaya bahwa seorang bocah yang mengenakan pakaian murahan sanggup membeli Lamborghini.

"Huh! Dasar bodoh!" Josh paling membenci orang-orang yang merendahkan orang miskin.

"Bocah, apa katamu?" Beberapa pramuniaga merasa kesal mendengar perkataan Josh. Mereka bisa berpura-pura patuh di hadapan para orang kaya. Namun, mereka tidak akan takut pada bocah miskin.

"Kawan-kawan, dia adalah teman SD-ku, biar aku yang melayaninya," ucap Garry sambil melambaikan tangannya kepada beberapa pramuniaga itu.

"Garry, bocah ini jelas-jelas nggak sanggup membeli Lamborghini. Kamu yakin mau membuang-buang waktu untuk melayaninya?" tanya para pramuniaga itu dengan heran.

Garry berjalan ke arah teman-temannya itu, lalu berbisik, "Bukannya dia berpura-pura kaya? Biarkan saja dia. Aku ingin lihat, gimana dia mengakhiri sandiwaranya ini."

Menurut tebakan Garry, Josh kemungkinan besar datang untuk melamar pekerjaan. Namun, setelah melihat teman lamanya, dia pun berpura-pura datang untuk membeli mobil agar tidak merasa malu.

Jadi, Garry pun ingin mengikuti permainan ini. Josh bilang dia datang kemari untuk membeli mobil. Kalau begitu, dia akan membawa Josh melihat-lihat mobil di sini. Dia ingin melihat apakah Josh bisa mengeluarkan uang miliaran atau tidak, juga melihat bagaimana Josh melanjutkan aktingnya. Ketika saatnya tiba, Garry baru akan mengejek dan mentertawakannya.

Kemudian, Garry tersenyum seraya bertanya, "Josh, katakanlah, mobil apa yang kamu inginkan?"

"Lamborghini Aventador," jawab Josh langsung.

"Aventador?" Semua orang tercengang mendengarnya. Kemudian, mereka menutup mulut sembari diam-diam tersenyum.

Aventador adalah mobil sport andalan Lamborghini. Harga mobil ini sekitar 16 miliar. Orang yang bisa membeli mobil seperti ini sudah pasti adalah anak orang kaya.

Garry terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Oke, aku akan membawamu melihatnya."

Seusai mengatakan itu, Garry membawa Josh ke ruang pameran. Beberapa pramuniaga di sana segera mengikuti karena ingin melihat bagaimana Josh mempermalukan dirinya sendiri nanti.

Dengan dituntun oleh Garry, Josh akhirnya tiba di depan Lamborghini Aventador yang berwarna jingga. Penampilan dan warna ini benar-benar keren!

"Keren sekali," puji Josh yang menatap mobil tersebut seraya mengangguk puas. Mobil sport yang diimpikannya selama ini sudah berada di hadapannya, bahkan akan segera menjadi miliknya.

"Berapa harga spesifik mobil ini?" tanya Josh sambil menatap Garry.

"Lima belas miliar seratus juta," jawab Garry. Kemudian, dia melipat lengannya dan bersiap-siap untuk melihat Josh dipermalukan. Dia bisa membayangkan betapa terkejutnya Josh saat mendengar harga ini.

"Masih lumayan, nggak termasuk mahal." Josh melambaikan tangannya dengan tidak acuh, seakan-akan jumlah uang ini tidak seberapa.

Garry pun menyahut seraya tersenyum mencibir, "Josh, apa kamu tahu seberapa besar nominal yang kusebutkan?"

"Tentu saja, nggak termasuk mahal," balas Josh yang tidak menyetujui perkataan Garry.

"Nggak termasuk mahal? Haha!" Mendengar ini, para pramuniaga di sekitar beserta Garry akhirnya tidak bisa menahan tawa mereka lagi. Seorang bocah yang mengenakan pakaian murahan mengatakan bahwa harga mobil ini tidak mahal. Mereka pun merasa perkataan Josh sangat konyol.

Garry akhirnya tidak tahan lagi sehingga berkata, "Josh, kamu benar-benar pintar berpura-pura. Kamu bilang nggak mahal, 'kan? Kalau begitu, cepat bayar. Kalau kamu bisa mengeluarkan uang sebanyak itu, aku akan makan kotoran untukmu!" Kemudian, dia membatin, 'Mari kita lihat, gimana kamu akan bersandiwara lagi!'

"Benar, cepat bayar kalau kamu memang mampu!" Para pramuniaga di sekitar turut berseru.

Josh tentu tahu apa yang ada di pikiran Garry. Dia pun mengeluarkan kartu bank dari dompetnya, lalu bertanya, "Bisa pakai kartu debit, 'kan?"

"Ini ... kartu diamond?" seru para pramuniaga saat melihat kartu yang dikeluarkan Josh. Mereka tahu bahwa kartu ini hanya untuk para VIP. Orang-orang yang memiliki uang di atas puluhan miliar baru bisa memiliki kartu ini. Dulu, pernah ada pelanggan yang membeli mobil dengan kartu ini.

Begitu melihat kartu tersebut, Garry sontak tercengang. Dalam sekejap, sekujur tubuhnya terasa kebas. Kartu ini membuktikan bahwa Josh bukanlah orang miskin, melainkan orang kaya!

"Nah, gesek kartuku. Aku nggak akan tawar-menawar lagi. Lagi pula, aku nggak kekurangan uang," kata Josh seraya menyodorkan kartunya kepada Garry.

"Kamu ... kamu ...." Garry membelalakkan matanya dengan terkejut. Dia tidak menduga bahwa Josh memiliki kartu diamond.

"Kenapa diam saja? Cepat gesek kartuku," perintah Josh sembari mengernyit.

"Ba ... baik!" Garry segera mengulurkan kedua tangannya yang gemetaran. Ketika memegang kartu tersebut, wajahnya seketika menjadi agak pucat. Saat ini, dia tidak berani bersikap lancang terhadap Josh lagi. Garry buru-buru berlari ke ruang kantor manajer dengan membawa kartu tersebut.

Sementara itu, Josh menatap pramuniaga lainnya. Tatapan Josh ini membuat mereka semua takut hingga memucat. Mereka menunduk karena tidak berani bertatapan dengan Josh. Bagaimanapun, mereka telah mengejeknya barusan. Mereka tidak akan sanggup menerima konsekuensinya jika Josh membuat perhitungan dengan mereka.

Satu menit kemudian, seorang pria paruh baya yang buncit berlari ke luar. Dia menyapa dengan wajah yang dipenuhi senyuman, "Halo, Tuan Josh. Aku manajer toko ini. Kami menyambut kedatanganmu dengan hangat."

"Hangat? Huh! Sampai sekarang, nggak ada yang mempersilakanku duduk atau memberiku air. Begitu aku masuk, para karyawan terus mengejekku. Ini yang dinamakan sambutan hangat?" sindir Josh seraya menggeleng.

Mendengar perkataan ini, raut wajah si manajer seketika menjadi suram. Dia pun menegur, "Apa yang kalian lakukan? Berani sekali kalian mengabaikan tamu VIP! Cepat minta maaf!"

"Tuan Josh, maafkan kami." Para pramuniaga itu buru-buru meminta maaf.

Kemudian, si manajer kembali membentak, "Bonus kalian akan dipotong! Kenapa masih diam saja? Cepat buatkan kopi!"

"Ba ... baik!" Setelah mengangguk, para pramuniaga itu pun bergegas berbalik dan pergi.

Saat ini, Garry kembali dengan membawa kartu bank Josh. Hanya saja, dia tampak sangat gelisah.

"Garry, sudah selesai belum?" tanya Josh sambil menatapnya dengan tidak acuh.

"Su ... sudah, totalnya 15 miliar 100 juta," jawab Garry yang menunduk dan menyerahkan kartu bank kepada Josh.

Garry masih sangat terkejut sekarang. Dia tidak menyangka bahwa Josh yang begitu diremehkannya dulu, ternyata sudah menjadi orang sukses. Meskipun dia tidak tahu bagaimana Josh melakukannya, ini adalah fakta yang tak terelakkan. Tentu saja, Garry merasa sangat gugup dan takut sekarang.

Josh mengambil kartunya, lalu berkata, "Garry, kalau aku nggak salah ingat, kamu bilang akan makan kotoran kalau aku bisa membeli mobil ini, 'kan?"

Ekspresi Garry seketika menegang. Dia membatin, 'Jangan-jangan, Josh ingin menyuruhku menepati janjiku?'

"Jo ... Josh, aku hanya bercanda barusan," sahut Garry seraya memaksakan senyuman.

"Masa? Kalau begitu, gimana dengan sikapmu yang terus menyindirku barusan? Kamu mau bilang semua itu hanya candaan? Aku bukan orang bodoh," balas Josh sambil tersenyum sinis.

Begitu mendengarnya, Garry ketakutan hingga ekspresinya berubah drastis. Dia tahu bahwa Josh sudah sukses sehingga bisa membeli Lamborghini. Mana mungkin Garry sanggup mengusik orang seperti ini? Apalagi, Josh sudah menjadi pelanggan toko ini. Hanya satu perintah darinya, dia bisa saja memecat Garry.

"Josh, aku sudah salah. Maafkan aku. Kita ini teman sekolah, tolong ampuni aku!" pinta Garry dengan ketakutan.

"Maaf sekali, kita sama sekali nggak dekat. Jadi, jangan sok dekat denganku," ujar Josh yang tersenyum sinis. Kemudian, dia menatap manajer toko dan berkata, "Pak, aku nggak ingin melihat orang ini di hadapanku."

"Baik." Manajer itu tersenyum minta maaf seraya mengangguk berulang kali. Sesudah itu, dia berbalik dan menegur, "Garry, kamu dipecat! Cepat tinggalkan toko ini!"

"Di ... dipecat?" Begitu mendengar kata ini, Garry langsung merasa sangat putus asa. Dia akhirnya mendapat pekerjaan yang begitu bagus, tetapi malah dipecat sekarang? Saat ini, dia merasa sangat menyesal. Seandainya dia tidak mengejek Josh dan melayaninya dengan ramah, dia pasti tidak akan berakhir seperti ini.

Kemudian, manajer itu langsung memanggil satpam yang tidak jauh dari sana. Dia memerintahkannya untuk mengusir Garry dari toko.

"Aku sudah bayar. Apa aku boleh membawa mobilnya sekarang?" tanya Josh kepada si manajer.

"Tuan Josh, masih ada beberapa prosedur yang harus diurus. Kami akan membantumu mengurusnya. Kamu bisa membawa mobil ini besok," jawab si manajer seraya tersenyum lebar.

"Oke. Kalau sudah selesai, langsung antar ke tempatku. Aku pergi dulu," kata Josh dengan tidak acuh.

"Baik, Tuan." Manajer itu terus tersenyum dan mengikuti di sisi Josh. Kemudian, dia pun mengantar Josh keluar dengan hormat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status