Keesokan paginya, Keluarga Lindsay berkumpul kembali di ruang pertemuan.
Wajah semua orang terlihat suram dan dapat dipastikan jika masalah penanaman modal kemarin tidak berjalan lancar. Tidak terkecuali Wans. Pembahasan Wans dan Lou Zheng berjalan lancar, tapi karena terlalu gembira dia mengatakan jika sebenarnya Soraya yang seharusnya datang ke Grup Lou untuk membahas masalah kerja samanya.
Namun, Zheng marah dan berkata, "Suruh Soraya yang datang sendiri untuk membahasnya bersamaku, aku tidak akan membahasnya dengan orang lain selain Soraya! Kalian semua tidak layak!"
Wans marah sekali, kemudian di suruh keluar oleh Lou Zheng. Maka dari itu, Wans menatap Soraya dengan tatapan yang tajam ketika dia berjalan masuk.
"Sekarang semua orang panik memikirkan keadaan perusahaan dan hanya kamu yang terlihat santai, Soraya. K
Kakek Lindsay tentu mampu membedakan mana yang asli dan yang palsu. Maka dari itu dia sangat gembira, modal 100 juta dan mereka hanya menginginkan saham sebesar 10 persen. Bagi Keluarga Lindsay ini adalah sebuah hadiah besar. Wans mengepalkan tangannya, karena sangat menyesal. Jika dia tahu Langgang begitu mudah diajak kerja sama, maka dia tidak akan menukarnya. Sehingga dia tidak perlu dipermalukan oleh Lou Zheng. Kakek Lindsay memberikan kembali kontraknya kepada Soraya, "Soraya, kamu melakukannya dengan baik. Maka mulai dari sekarang kamu adalah penanggungjawab proyek ini, katakan saja jika kamu membutuhkan sesuatu kelak dan Kakek akan berusaha memberikannya kepadamu," ucap Kakek Lindsay dengan sangat bahagia. Soraya merasa tidak terbiasa karena baru pertama kali melihat Kakek bersikap begitu baik kepadanya. Tapi semuanya berjalan ke arah yang baik.
Dia melihat Sans dan berkata dengan penuh penyesalan, "Ibu menyuruhku pulang ke rumah." Sans tertegun sebentar dan segera mengangguk, "Baiklah, tidak apa sayang." Kali ini Soraya yang tertegun karena Sans menjawabnya dengan santai. Apakah dia tidak marah karena telah memasak begitu banyak makanan? Kemudian ia mengajak Sans untuk ikut pulang ke rumahnya. Tasya sangat semangat ketika Soraya kembali ke rumah dan mengajak anaknya duduk di sofa, "Anakku, kau benar-benar membuatku bangga! Kamu bahkan bisa mendapatkan kontrak dengan Langgang!" Soraya tersenyum sambil melihat ke arah Sans. Ia berpikir bahwa ini semua bantuan darinya. Sans balas tersenyum begitu dia melihat istrinya tersenyum. Tapi Tasya langsung marah setelah melihatnya, "Mengapa kamu tersenyum? Kamu hanya bisa bersembunyi di
Kakek Lindsay mengangguk, "Ya, Grup Hour sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Grup Lou. Jika seperti itu maka kamu yang akan mengambil alih proyek ini. Karena posisimu lebih tinggi, dan juga kamu lebih berpengalaman," ucapnya. "Terima kasih Kakek, Kakek ayo minum tehnya." Wans memberikan teh panas kepada Kakek Lindsay penuh semangat. Kakek Lindsay mengambilnya dan meminumnya, "Proyek ini sangat penting, maka kamu pergi selesaikan tanda tangan kontraknya besok. Kamu harus melakukannya dengan baik, karena Kakek menaruh harapan besar kepadamu." "Kakek tenang saja karena aku tidak akan mengecewakanmu, Kakek." Wans menjawabnya sambil tersenyum. ------- Keesokan harinya, semua keluarga Lindsay berkumpul. Kakek Lindsay melihat semua orang, "Mulai seka
"Ibu, kamu jangan marah lagi," ucap Sans dengan tenang. Lalu Sans melirik istrinya, "Soraya, tenang saja karena masih ada aku," ucapnya meyakinkan. Soraya sedikit tertegun sambil menatap Sans. Tasya kesal mendengarnya, "Apa yang kau bicarakan? Kau hanyalah sampah yang tidak berguna!" bentaknya. "Aku akan keluar menelepon dulu dan akan kembali sebentar lagi," ucap Sans tidak perduli dengan ucapan mertuanya. Tasya menatap Sans dan berkata, "Soraya, dia pergi menelepon setiap bertemu masalah, apakah akan berguna jika mengatakannya kepada orang lain? Apakah ia tidak pernah berpikir?" Soraya menatap ibunya dan berkata, "Ibu, sudahlah." Terlihat, mobil Audi milik Wans berhenti di perusahaan Real Estate Langgang. Wans memakai setelan jas dan terlihat tampan
Wans hanya terdiam membeku dan tidak berani bicara, apalagi ayahnya Zam. "Bukankah kamu mengatakan jika ada temanmu yang menjadi Manajer di sana? Mana hasilnya? Kamu bahkan tidak bisa masuk, dan juga tidak bertemu dengan orangnya!" ucap Kakek Lindsay dengan kecewa. "Aku juga tidak ingin....." Wans menunduk, temannya itu hanya seorang Manajer Logistik, sehingga dia sama sekali tidak bisa mengurus semua ini. Sebelum selesai berbicara, Kakek Lindsay memotong pembicaraan, "Sebelumnya kamu mengatakan dengan penuh percaya diri, tapi akhirnya kamu bahkan tidak bertemu orangnya! Ini adalah kerja sama yang menyangkut hidup dan mati Grup Lindsay kita!" ucapnya. "Kakek, jangan menyalahkan semuanya kepadaku. Aku hanya seorang pria, sedangkan Soraya sangat cantik. Mungkin saja dia memakai siasat lain! Direktur Zheng mengatakan hany
Setelah itu Sans langsung menutup teleponnya, Soraya merasa bingung dengan sikap suaminya. Sans hanya tersenyum tanpa bicara. Tidak lama kemudian, Wans menelepon lagi, tapi Sans langsung menolaknya dan juga mematikan ponselnya. "Apakah ada urusan penting?" tanya Soraya. Sans menggelengkan kepalanya, "Masalah proyek mungkin, sepertinya dia ingin memohon sesuatu kepadamu," ucapnya. Soraya mengerutkan keningnya, tanda ia semakin bingung. Sans tersenyum dan berkata, "Dia begitu buru-buru mencarimu, seharusnya kontraknya tidak berhasil dan mungkin saja dia bahkan tidak bisa bertemu dengan Ardi Miller." "Kenapa kamu bisa tahu dengan Manajer Langgang? Apakah kamu mengenalnya?" tanya Soraya dengan kaget. Sans juga kaget, karena dia keceplosan mengucapkan nam
"Ada masalah darurat di kantor, kamu harus segera ke sana," ucap Wans dengan sedikit cemas. Soraya menghela napas, ia bersiap untuk ikut pergi ke kantor bersama Wans. "Tidak! Kamu sedang tidak enak badan. Kau harus beristirahat dengan baik, aku tidak mengijinkanmu untuk pergi kemanapun," ucap Sans dengan tegas. Soraya terkejut, ia menatap mata Sans dengan keheranan. Suara suaminya begitu ringan dan lembut, namun juga terdengar tegas. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Sans begitu tegas, jantungnya pun berdetak lebih cepat. Perasaan seperti ini membuatnya seperti seorang wanita yang dicintai oleh pria dengan cinta yang tidak terbatas, membuat hatinya terasa manis. Soraya tampak tertegun sejenak, kemudian teringat kembali dengan masalah uang. Ia tidak punya uang untuk membayar hutang kepada Wans, apa yang harus ia la
"Bajingan!" Wans menggertakkan giginya dengan sangat marah, raut wajahnya juga sudah menjadi kelabu. Sans kemudian tersenyum, "Kenapa? Kamu tidak bersedia? Jangan lupa bahwa kamu ke sini untuk meminta tolong. Jika kamu mengacaukan semuanya, apa yang akan dikatakan oleh Kakek Lindsay nanti? Apa dia akan mengusirmu dari kediaman Lindsay?" tanya Wans. Kakek Lindsay sangat mengerti dengan masalah uang ini. Kalau dia sampai tahu, sudah bisa ditebak apa yang akan dia lakukan. Sorot mata Wans menjadi suram, dia menatap Sans dengan tidak percaya. Tasya dan Ken masih kaget setelah mendengar percakapan mereka. Sedangkan Soraya hanya menatap suaminya dengan kagum. Pertama kalinya, ia melihat Sans seperti ini setelah sekian lama. "Apa kamu sudah mempertimbangkannya?" tanya Sans dengan tersenyum.